Jangan Putus Asa
-
Imam Muhammad Baqir as
Suatu hari salah seorang sahabat Imam Baqir as datang menemui beliau. Selain pertanyaan yang telah disampaikannya, saat pamitan dia berkata, “Wahai putra Rasulullah Saw! Semoga Allah memanjangkan umur Anda, sehingga kami bisa memanfaatkan wujud Anda.
Ketika kami bertemu Anda, sebelum kami keluar, hati kami merasa tenang dan kami melupakan dunia. Kekayaan masyarakat bagi kami tampak sederhana dan tidak bernilai. Namun, begitu kami jauh dari Anda dan berkumpul dengan para pedagang dan masyarakat, kami kembali mencintai dunia.”
Imam Baqir as berkata, “Karena bolak-balik inilah makanya hati disebut dengan Qalbun.” Kemudian beliau berkata, “Para sahabat Rasulullah Saw berkata kepada beliau, “Kami khawatir menjadi munafik.”
Rasulullah Saw bertanya, “Karena sebab apa? Mereka menjawab, “Ketika kami bersama Anda, Anda menyadarkan kami dan menjadikan kami mengingat akhirat. Oleh karena itulah kami takut dan melupakan dunia dan tidak tertarik kepadanya, sehingga seakan-akan kami melihat akhirat, surga dan neraka dengan mata kepala sendiri. Kondisi ini ada selama bersama Anda. Begitu kami berpisah dengan Anda dan melihat keluarga dan kehidupan kami, kami tidak lagi punya kondisi sebagaimana kondisi yang kami rasakan saat bersama Anda. Seakan-akan kami tidak pernah punya kondisi seperti ini. Dengan ciri khas seperti ini berarti kami munafik.”
Rasulullah Saw berkata, “Tidak sama sekali.”
Kejadian dan perubahan ini karena was was setan yang menjadikan kalian cenderung kepada dunia. Demi Allah! Bila kalian selalu dalam kondisi yang pertama, maka malaikat akan bersalaman dengan kalian dan kalian akan mendapatkan kekuatan bahkan berjalan di atas air.
Sesungguhnya seorang mukmin senantiasa dalam ujian dan cobaan. Berdosa dan bertaubat, kemudian berdosa lagi dan bertaubat. Kalian mendengar bahwa Allah Swt berfirman, “Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suci.” Juga berfirman, “Mohonlah ampunan kepada Allah kemudian bertaubatlah.”
Perluasan Pertanian
Imam Baqir as berkata, “Seseorang melihat Amirul Mukminin Ali as menunggangi kudanya dan membawa barang berat berupa biji kurma ke padang sahara. Beliau ditanya, “Apa bawaan berat ini?”
Imam Ali as menjawab, “Bila Allah menghendaki, seratus ribu pohon kurma.” Imam Ali membawa biji kurma itu ke padang sahara dan dengan jerih payah beliau menanamnya dan merawatnya dengan baik, sehingga pelan-pelan tumbuh subur dan muncullah kebun kurma yang memiliki seratus ribu pohon kurma.
Azab Muawiyah Di Alam Barzakh
Imam Baqir as berkata, “Suatu hari saya dan ayah saya [Imam Ali Zainul Abidin as] pergi ke Mekah. Kami berdua mengendarai onta. Tiba-tiba onta kami berhenti. Kami melihat ke depan ternyata di sana tampak seorang lelaki tua yang lehernya dibelenggu dengan rantai yang berat dan dia diseret. Dia berkata, “Hai Ali bin Husein! Berikan air kepadaku.”
Ayahku berkata, “Orang ini adalah Muawiyah, jangan kasih air kepadanya, karena Allah juga tidak memberi air kepadanya.:
Pemandangan mengerikan ini adalah sedikit alam barzakh yang disingkap untuk Imam Baqir dan Imam Sajjad as dan mereka melihat bagaimana Muawiyah disiksa di alam barzakh.
Larangan Bercanda Dengan Perempuan Non Mahram
Abu Bashir mengatakan, “Waktu itu saya berada di Kufah. Saya mengajari al-Quran salah seorang perempuan. Suatu hari saya bercanda dengannya.”
Kejadian ini sudah lama berlalu sampai ketika saya bertemu Imam Baqir as di Madinah. Beliau menyalahkan saya dan berkata, “Barang siapa yang berdosa di tempat sunyi, maka Allah tidak memandangnya dengan pandangan kasih sayang, ucapan apa ini yang engkau sampaikan kepada wanita itu?”
Saya benar-benar malu dan menunduk dan bertaubah. Imam Baqir as berkata kepada saya, “Hati-hatilah, jangan sampai diulangi!”
Mata-Mata Yang Mengawasi Kalian
Abu Bashir berkata, “Saya mendengar Imam Baqir as berkata kepada seorang lelaki warga Afrika, “Bagaimana keadaan Rasyid?”
Dia berkata, “Ketika saya keluar dari negara, dia masih hidup dan sehat dan menyampaikan salam untuk Anda.”
Imam Baqir as berkata, “Semoga Allah merahmatinya.”
Dia berkata, “Rasyid mati?”
Imam Baqir as berkata, “Iya.”
Dia berkata, “Kapan?”
Imam Baqir berkata, “Dua hari setelah kepergianmu.”
Dia berkata, “Demi Allah! Dia tidak sakit dan tidak ada sebab apa-apa.”
Imam Baqir as berkata, “Memangnya setiap orang yang mati harus mati karena ada sebabnya atau sakit?”
Perawi mengatakan, “Saya berkata, siapakah Rasyid itu?”
Imam Baqir as berkata, “Dia adalah salah satu pengikut dan pecinta kami.” Kemudian beliau berkata, “Setiap kali kalian berpikir bahwa kami tidak punya mata yang mengawasi kondisi kalian dan telinga yang mendengarkan ucapan kalian. Maka ketahuilah bahwa kalian benar-benar salah.
Demi Allah! Tidak ada yang tersembunyi bagi kami dari tingkah laku kalian. Untuk itu, anggaplah kami para imam senantiasa hadir dan biasakanlah diri kalian dengan kebaikan dan jadilah orang yang baik dan saya menganjurkan kalian kepada hal ini.” (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Muhammad Baqir as