Pada 2018, 23.000 Milisi di Suriah Berhasil Ditumpas
(last modified Sun, 09 Dec 2018 13:19:24 GMT )
Des 09, 2018 20:19 Asia/Jakarta
  • Senjata milisi di Suriah
    Senjata milisi di Suriah

Kepala Staf Umum Militer Rusia Jenderal Valery Gerasimov pada tanggal 5 Desember 2018 mengatakan, selama tahun 2018 ini, militer Suriah telah memberantas 23.000 milisi dan membebaskan 387 permukiman di Suriah.

Operasi yang sukses adalah di Ghouta Timur, Homs dan Suriah selatan. Lebih dari 40.000 milisi bersenjata telah menyerah dan bergabung dengan pasukan pemerintah. Mereka menyerahkan 650 unit senjata dan peralatan militer kepada pasukan Suriah (SAA).

 

Menurut Jenderal Gerasimov, lebih dari 230.000 orang dievakuasi melalui koridor kemanusiaan selama operasi-operasi tersebut. Dia juga menyinggung situasi di zona yang dikendalikan Amerika Serikat di timur laut Suriah. Menurutnya, situasi di sana semakin parah. Dia mengatakan, situasi di perbatasan timur Eufrat memburuk.

 

AS, lanjutnya, mendukung Kurdi Suriah dan berusaha menciptakan formasi pemerintahan yang independen dari pemerintah pusat. Mereka sudah membentuk pemerintahan dari apa yang disebut Federasi Demokratis Suriah Utara. AS mendukung aspirasi separatis Kurdi dengan mengirimkan senjata dan peralatan militer kepada mereka, dan mereka membiarkan penindasan suku-suku Arab oleh suku Kurdi.

 

Menurut pejabat tinggi militer Rusia itu, kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS) sekarang kebanyakan terkonsentrasi di tepi timur sungai Eufrat. Jenderal Gerasimov menuturkan, AS selalu memberi tahu kepada kami tentang beberapa pertarungan melawan Daesh di timur Suriah. Namun kita melihat sebaliknya. Sel-sel tidur teroris telah menjadi aktif dan sebagai hasilnya, Daesh telah mulai memperluas zona pengaruhnya di bagian timur Suriah.

 

Dinas intelijen Rusia, kata Jenderal Gerasimov secara rutin memantau konvoi truk yang membawa tanker minyak, yang bergerak dari wilayah timur Suriah (wilayah yang dikontrol pasukan koalisi pimpinan AS) ke wilayah Turki dan Irak, di mana dana dari penjualan minyak tersebut dihabiskan untuk membiayai teroris Daesh.

 

Krisis Suriah meletus sejak tahun 2011 menyusul serangan luas milisi bersenjata dan kelompok-kelompok teroris Takfiri yang didukung oleh AS dan sekutunya di kawasan. Mereka berusaha menggulingkan pemerintahan sah Presiden Bashar al-Assad.

 

Kelompok-kelompok teroris dukungan Barat dan sekutunya itu telah melakukan berbagai kejahatan mengerikan di Suriah yang menyebabkan ribuan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Namun berkat perlawanan gigih rakyat Suriah, kini negara ini berhasil merebut berbagai daerah yang diduduki milisi dan kelompok teroris dukungan asing. Idlib adalah wilayah besar terakhir yang masih di bawah pendudukan milisi dan teroris. (RA)