Akhir Dialog Yaman dan Kegagalan Koalisi Arab Saudi
-
Perundingan Damai Yaman di Stockholm
Babak keempat perundingan damai Yaman digelar mulai 6 Desember di Stockholm, Swedia dengan dihadiri kubu-kubu Yaman dan dipimpin oleh Martin Griffiths, Utusan khusus sekjen PBB untuk Yaman.
Perundingan damai kali ini berakhir hari Kamis (13/12) dengan statemen akhir dan berbagai sumber melaporkan ekslasi serangan besar-besaran Arab Saudi ke Yaman.
Eskalasi serangan koalisi Saudi terjadi ketika di hari-hari terakhir perundingan damai Yaman, berbagai kubu Yaman mencapai kesepakatan terkait penerapan gencatan senjata di pelabuhan al-Hudaydah di bawah pengawasan PBB dan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui pelabuhan tersebut.
Poin yang patut untuk direnungkan adalah kebijakan munafik AS terhadap perundingan damai Swedia yang menarik perhatian pengamat politik atas agitasi Gedung Putih bagi kelanjutan kejahatan Arab Saudi di Yaman.
Departemen Luar Negeri Arab Saudi seraya merilis statemen terkait perundingan Stockholm mengguliskan isu ini bahwa masih harus dilakukan lobi lebih besar di mayoritas perincian kesepakatan yang dicapai di perundingan ini. Ini sama halnya dengan lampu hijau AS kepada Arab Saudi untuk melanjutkan kejahatannya di Yaman dan pelanggaran kesepakatan damai Swedia.
Perilaku AS dan kaolisi agresor Saudi terhadap perundingan damai Swedia mengindikasikan bahwa koalisi ini beserta sponsornya tidak puas dengan hasil perundingan damai Swedia yang berhasil menorehkan prestasi politik dan kemanusiaan bagi rakyat Yaman berkat upaya keras Ansarullah. AS dan Saudi melalui sabotasenya berusaha mencegah pelaksanaan kesepakatan yang berhasil diraih di perundingan damai Swedia.
Akhirnya setelah empat tahun resistensi Ansarullah dan sepekan perundingan damai, rakyat Yaman berhasil memaksa koalisi Arab Saudi dan masyarakat internasional menerima realita ini bahwa solusi tunggal untuk keluar dari krisis Sanaa adalah solusi politik.
Realita yang ada sungguh sangat berbeda dengan apa yang diklaim petinggi Saudi bahwa perang Yaman akan berakhir hanya tiga pekan atau apa yang dijanjikan Uni Emirat Arab bahwa al-Hudaydah akan jatuh. Dengan demikian baik Arab Saudi maupun Uni Emirat Arab ingin keluar dari perang Yaman dengan terhormat melalui perundingan diplomatik.
Dalam koridor ini, koalisi Arab Saudi dan sponsor utamanya, yakni Amerika Serikat meriah tujuan mereka melalui perundingan yang sebelumnya gagal diraih melalui perang. Namun mengingat keunggulan Ansarullah di perundingan Swedia yang didukung oleh kemenangan gerakan ini dalam melawan kubu agresor selama beberapa bulan terakhir, koalisi Saudi kali ini pun gagal meraih ambisinya.
Hasil dari perundingan Swedia sejatinya penekanan atas kebenaran Ansarullah yang senantiasa menekankan bahwa krisis Yaman hanya dapat diakhiri melalui solusi politik. Kemenangan ini bagi kubu Ansarullah dan di antaranya isu al-Hudaydah merupakan isu penting dan kubu agresor di bawah kesepakatan Swedia semakin tertekan oleh opini publik untuk menerapkan gencatan senjata di Provinsi al-Hudaydah dan menyetujui pengiriman bantuan kemanusiaan ke Yaman. Ini menunjukkan kegagalan koalisi Saudi untuk menyempurnakan blokade Yaman.
Dihentikannya operasi militer di al-Hudaydah dan kebebasan kapal berlabuh di pelabuhan ini sama halnya dengan dimulainya penerimaan bahan makanan dan obat-obatan serta seluruh kebutuhan pokok. Ini adalah kemenangan besar bagi Ansarullah dan kekalahan koalisi Arab Saudi.
Kemenangan lainnya adalah Ansarulalh sebagai salah satu pihak berunding diakui secara resmi oleh PBB dan bahkan oleh pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi yang telah mengundurkan diri. Ini artinya keberadaan Ansarullah legal dan sah serta pasukan muqawama Yaman yang sampai saat ini ditolak oleh Arab Saudi dan sekutunya.
Sayed Hadi Sayyed Afqahi, pengamat isu internasional terkait prestasi kesepakatan kubu Yaman di Swedia bagi Ansarullah mengatakan, kesepakatan ini sebuah kemenangan politik besar bagi Ansarullah, karena sebelumnya anasir Arab Saudi menyatakan anggota kubu Ansarullah adalah pemberontak.
Ia mengungkapkan, namun kini ketika PBB mengundang Ansarullah untuk terlibat dalam perundingan, ini sebuah indikasi penting pengakuan resmi wakil mayoritas rakyat Yaman ini yang menguasai wilayah strategis negara ini.
Prestasi lainnya yang dibawa Ansarullah bagi rakyat Yaman di perundingan damai Swedia adalah ketidakberdayaan pasukan Abd Rabbuh Mansur Hadi di medan tempur dan koalisi Arab Saudi untuk merebut kota dan pelabuhan al-Hudaydah, meski mereka mendapat lampu hijau dari AS dan Barat selama satu bulan untuk mengerahkan segenap kemampuannya. Tapi pada akhirnya mereka terpaksa berunding.
Di sisi lain, bandara udara Sanaa masih tetap berada di bawah pengawasan Ansarullah dan pasukan rakyat, berbeda dengan keinginan koalisi Saudi. Dengan demikian syarat Saudi dan pasukan bayarannya selama perundingan damai Swedia adalah bandara udara Sanaa diberikan kepada mereka atau bandara lain yang berada di bawah kendali mereka akan ditukar dengan badara Sanaa. Tapi mereka tetap gagal.
Transformasi Yaman menunjukkan berlanjutnya kekalahan politik dan militer koalisi Saudi di Yaman serta membuat mereka semakin putus asa dan kebingungan. Eskalasi serangan ke Yaman pasca perundingan damai ini membenarkan hal ini.
Pendekatan seperti ini ditujukan untuk menutupi kegagalan politik dan militer koalisi Saudi dan hanya akan membuat esensi anti perdamaian dan haus perang pemimpin Arab Saudi kian jelas bagi masyarakat dunia. Hasilnya adalah mereka akan semakin terkucil di kancah internasional. (MF)