Upaya Saudi dan UEA Merongrong Perbatasan Iran
Dinas intelijen Arab Saudi dan Uni Emirat Arab terus berupaya menganggu dan merusak keamanan perbatasan Republik Islam Iran.
Hal ini diungkapkan oleh Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, Pasdaran pada hari Sabtu (16/2/2019) di acara pemakaman para syuhada serangan teror Sistan-Baluchestan, yang berlangsung di kota Isfahan, Iran tengah.
Komandan Pasdaran Iran, Mayjen Mohammad Ali Jafari mengatakan, kami memiliki informasi akurat terkait upaya luas dinas-dinas intelijen Saudi dan UEA untuk menciptakan ketidakamanan khususnya di tenggara Iran dengan memperhatikan peluang yang terbuka di Baluchestan, Iran dan Pakistan.
Pada hari Rabu (13/2) sebuah bus pengangkut pasukan penjaga perbatasan Iran di jalan raya Khash-Zahedan, Provinsi Sistan va Baluchestan, Iran tenggara, menjadi sasaran serangan bom bunuh diri yang mengakibatkan 27 pasukan gugur dan 13 lainnya terluka.
Kelompok teroris Jaish Al Adl mengaku bertanggung jawab atas serangan teror ini. Target mereka adalah menunjukkan ketidakmampuan Republik Islam Iran dalam menjaga keamanannya sendiri.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pesan belasungkawanya untuk keluarga syuhada serangan teror Sistan-Baluchestan menuturkan, hubungan para pelaku kejahatan ini dengan dinas-dinas intelijen beberapa negara regional dan transregional, tidak bisa dibantah dan pemerintah harus memusatkan perhatian pada hal tersebut serta menindaklanjutinya dengan serius.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa aksi teror semacam ini dibiayai oleh Saudi. Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman pada Mei 2017 secara terang-terangan mengakui proyek anti-Iran ini. Dengan congkak ia mengatakan, kami akan menyeret perang ke dalam wilayah Iran.
Upaya mengganggu dan mengacaukan perbatasan Iran di tenggara negara ini yaitu wilayah Sistan-Baluchestan termasuk yang pernah diisyaratkan oleh pengamat masalah politik Andrew Korybko dalam artikelnya yang mengulas tentang "Perang Hibrida" yang dilancarkan Amerika dan Saudi terhadap Iran.
Perang Hibrida adalah strategi militer yang memadukan perang konvensional dan cyber warfare berupa serangan nuklir, biologi, kimia dan alat peledak improvisasi serta perang informasi.
Rahbar pada Januari 2017 dalam sebuah pidato di hadapan masyarakat Qom, menyinggung keterlibatan Amerika dan beberapa negara kawasan dalam mengacaukan keamanan Iran dengan menganggarkan miliaran dolar dan membangun jaringan selama bertahun-tahun serta merekrut orang-orang bayaran anti-Iran untuk menciptakan masalah di dalam negeri Iran.
Ayatullah Khamenei menuturkan, sejumlah tanda dan bukti intelijen menunjukkan bahwa aksi-aksi ini terorganisir dan direkayasa oleh sebuah segitiga aktif.
Ia menambahkan, puncak pimpinan pertama segitiga ini adalah Amerika dan rezim Zionis Israel, puncak kedua segitiga ini adalah salah satu negara kaya di pesisir Teluk Persia yang memasok dana aktivitas ini dan puncak pimpinan ketiga adalah pion yang berafiliasi ke organisasi teroris munafikin, Mojahedin-e Khalq Organization, MKO, dan mereka sudah bersiap sejak beberapa bulan lalu.
Manuver Saudi memanfaatkan teroris untuk mengacaukan Iran mulai tampak bagi semua orang saat Turki Al Faisal hadir dalam pertemuan MKO di Paris beberapa tahun lalu. Dengan manuver ini, Saudi sengaja memamerkan konspirasinya untuk menciptakan ketidakamanan di Iran.
Pemerintah Saudi jelas melakukan langkah keliru dengan manuver ini, dan beberapa negara semacam Pakistan juga menjadi korban politiknya sendiri. Proses ini jelas merugikan negara itu.
Dengan bersandar pada masalah ini, Komandan Pasdaran Iran menegaskan, untuk menuntut balas darah syuhada serangan teror Sistan-Baluchestan, Iran tidak akan memberi toleransi, dan kesabaran Iran sudah habis, Tehran tidak bisa membiarkan dukungan Saudi dan UEA terhadap teroris. (HS)