Tudingan Tak Berdasar Netanyahu terhadap Iran
Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu menuding Republik Islam Iran sebagai "rezim paling antisemitisme di planet bumi ini."
"Saya khawatir bahwa kita belum melihat sikap bersatu dan tegas terhadap rezim paling antisemitisme di planet ini. Sebuah rezim yang secara terbuka berupaya mengembangkan senjata nuklir dan memusnahkan satu-satunya negara Yahudi," kata Netanyahu dalam pidato peringatan Holocaust di al-Quds (Jerusalem), Kamis (23/1/2020).
PM Zionis juga berterima kasih kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wakil Presiden Mike Pence, yang hadir, untuk "menghadapi" Iran.
"Israel memberi hormat kepada Presiden Trump dan Wakil Presiden Pence karena menghadapi para tiran Tehran," ujarnya.
Tuduhan Netanyahu terhadap Iran berlawanan dengan fakta. Iran memiliki komunitas Yahudi terbesar di Asia Barat (Timur Tengah) selain yang berada di Palestina pendudukan.
Minoritas Yahudi di Iran juga memiliki anggota parlemen seperti Siamak Marreh Sedq. Ada lima kursi permanen di parlemen Iran untuk minoritas agama yang diakui. Iran menganggap orang-orang Yahudi terpisah dari para Zionis.
Siamak Marreh Sedq mengecam pembunuhan terhadap Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran Letnan Jenderal Qassem Soleimani. Dia menyebut teror terhadap Letjen Soleimani oleh militer AS sebagai "tindakan kriminal".
Terkait dengan senjata nuklir, para pejabat tinggi Republik Islam Iran telah berulang kali menegaskan bahwa Tehran tidak berusaha mengejar senjata nuklir, dan aktivitas nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan damai.
Iran juga menjadi salah satu anggota perjanjian NTP (Non-Proliferesi Nuklir) dan aktivitas nuklirnya dalam pengawasan penuh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Sementara itu, rezim Zionis sendiri menolak menandatangani NPT dan diyakini memiliki sebanyak 400 senjata nuklir. (RA)