Rencana Pertemuan Netanyahu dan Bin Salman
(last modified Mon, 10 Feb 2020 04:21:18 GMT )
Feb 10, 2020 11:21 Asia/Jakarta
  • Mohammed bin Salman (kiri) dan Benjamin Netanyahu (kanan).
    Mohammed bin Salman (kiri) dan Benjamin Netanyahu (kanan).

Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu sedang melakukan lobi untuk bertemu Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.

Presiden AS Donald Trump didampingi Netanyahu secara resmi mengumumkan prakarsa Kesepakatan Abad di Gedung Putih pada 28 Januari 2020. Acara ini juga dihadiri oleh beberapa duta besar negara Arab.

Meski ditentang oleh banyak pihak, Trump dan Netanyahu tetap akan memaksakan implementasi prakarsa rasis ini.

Salah satu kebijakan penting yang dikejar oleh Netanyahu dan Amerika adalah melegalisasi prakarsa Kesepakatan Abad. Mereka mendorong negara-negara Arab menerima kesepakatan tersebut. Oleh karena itu, duta besar Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Oman, dan Yordania di Washington dilibatkan pada acara peresmian Kesepakatan Abad.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sedang merayu negara-negara Arab lain untuk merestui Kesepakatan Abad dan yang paling utama adalah Arab Saudi. Meski duta besar Saudi tidak mengikuti acara di Gedung Putih, tapi para pemimpin Riyadh juga tidak menentang prakarsa itu.

Saudi hanya mengkhawatirkan satu masalah yaitu dukungan terang-terangan Riyadh akan merusak klaimnya tentang solidaritas terhadap negara-negara Muslim khususnya Palestina.

Ketua Parlemen Kuwait, Marzouq al-Ghanim.

Di sini, Pompeo berusaha memediasi pertemuan antara Netanyahu dan Bin Salman. Surat kabar Israel HaYom mengutip keterangan para diplomat Arab, menulis bahwa lobi intensif sedang dilakukan oleh Amerika, Israel, Saudi, dan Mesir sehingga pertemuan Netanyahu-Bin Salman bisa dilakukan di Kairo dalam beberapa pekan ke depan.

Pertemuan itu rencananya akan dihadiri oleh para pemimpin AS, UEA, Oman, Bahrain, Sudan, Saudi, dan Israel.

Untuk memuluskan agendanya, Pompeo sepertinya memanfaatkan sikap agresif Bin Salman dalam mengejar tahkta dan kepatuhannya pada dikte Barat. Di sisi lain, Bin Salman merasa berutang budi kepada Washington karena telah mengamankannya dalam kasus pembunuhan Jamal Khashoggi. Jadi, AS sepertinya meminta Bin Salman mendukung Kesepakatan Abad jika ingin diselamatkan dari kasus Khashoggi.

Kesepakatan Abad secara praktis telah mempertontonkan perpecahan di dunia Arab mengenai isu Palestina. Saudi, UEA, Bahrain, Oman, Yordania, dan Mesir adalah pihak yang secara terbuka dan diam-diam mendukung prakara AS ini. Sementara Palestina, Irak, Lebanon, Suriah, Kuwait, dan Tunisia memilih menentang Kesepakatan Abad dan memandangnya sebagai kebohongan abad atau pengkhianatan abad terhadap Palestina.

Ketua Parlemen Kuwait, Marzouq al-Ghanim bahkan membuang teks prakarsa Kesepakatan Abad ke dalam keranjang sampah.

"Atas nama bangsa-bangsa Arab, Islam, dan setiap orang terhormat serta seluruh kaum merdeka di dunia, saya mengatakan bahwa Kesepakatan Abad ini tempatnya adalah sampah sejarah," tegas al-Ghanim dalam pertemuan ke-30 Uni Parlemen Arab di Amman, Yordania pada 8 Februari lalu. (RM)

Tags