Motif Intervensi Militer UEA di Yaman
-
eksplorasi minyak
Uni Emirat Arab (UEA) berusaha untuk mengeruk kekayaan alam Yaman, terutama minyaknya.
Perang yang disulut koalisi Arab pimpinan rezim Al Saud terhadap Yaman dimulai sejak 26 Maret 2015 hingga kini sekitar dua pekan lagi memasuki tahun keenam. Meskipun koalisi militer ini awalnya dibentuk dengan sembilan anggota, tapi sejak tahun ketiga hingga saat ini hanya Arab Saudi dan UEA yang menjadi anggota aktif, sisanya satu persatu mundur.
Arab Saudi mengklaim perang ini disulut untuk mengembalikan Abd Rabbuh Mansour Hadi ke tampuk jabatan presiden Yaman. Namun, seiring berjalannya waktu, tujuan Riyadh dan UEA ini membentur dinding, karena berhadapan dengan perlawanan rakyat bersama militer Yaman.
Selain Arab Saudi, UEA merupakan aktor penting dalam krisis Yaman. Lalu, apa motif UEA melanjutkan intervensi militer dan politiknya di Yaman. Situs pusat riset Qatar, Al Jazeera dalam sebuah laporan menyebutkan motif UEA bercokol di Yaman demi memperkuat posisi militer dan ekonominya di negara tetangganya itu. Al Jazeera menulis, "Salah satu tujuan strategis paling menonjol yang ingin dicapai UEA di Yaman adalah untuk memperkuat pengaruh geopolitik di wilayah-wilayah di luar Laut Arab, termasuk Teluk Aden dan Samudra Hindia bagian barat,".
Sumber daya minyak Yaman menjadi wilayah yang ingin dikendalikan oleh UEA. Data resmi Yaman menunjukkan bahwa negara itu memiliki sekitar 12 miliar barel cadangan minyak terbukti. Menurut laporan resmi, total sumur minyak Yaman sekitar 105 sumur, 81 di antaranya terbuka untuk operasi dan sebagian besar berada di laut.
Menurut statistik resmi, sebanyak 35 ladang minyak aktif di provinsi Shabwah dan Hadramaut, yang menjadi incaran UEA untuk memperkuat kehadirannya di kedua provinsi Yaman itu. Dengan pembentukan Dewan Transisi Selatan, UEA berupaya mendelegasikan kontrol provinsi-provinsi kaya minyak Yaman kepada pemerintahan bonekanya itu.
Pakar minyak dan energi Asia Barat, Shaib Salem mengungkapkan bahwa UEA sedang melaksanakan beberapa proyek melalui Dewan Transisi Yaman Selatan, yang mendominasi sebagian besar provinsi selatan dan pusat-pusat minyak dengan dukungan tentara bayaran dari Sudan. Pada saat yang sama, UEA berusaha mendominasi penyeberangan strategis Yaman.
Intinya, UEA sedang mengeruk sumber daya minyak Yaman yang dilakukan dengan menyulut salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia bersama Arab Saudi.
Pada saat yang sama PBB menekankan bahwa Yaman telah menderita kerugian sekitar 89 miliar dolar sejak 2015. Sekitar 70 persen dari anggaran Yaman dan 63 persen dari pendapatan ekspornya berasal dari penjualan minyaknya.
Langkah UEA ini menunjukkan bahwa motif utama menyerang Yaman bukan untuk mengembalikan Abd Rabbuh Mansur Hadi ke tampuk kekuasaan, tapi menjarah sumber daya minyak Yaman, meskipun harus mengorbankan nyawa ratusan ribu warga sipil.(PH)