Iyad dan Floyd; Korban Rasisme Israel dan AS
Transformasi di bumi pendudukan Palestina dan Amerika Serikat mengindikasikan puncak rasisme rezim Zionis dan pemerintah Washington.
Militer Israel Sabtu (30/05/2020) menembak mati Iyad al-Hallaq, pemuda cacat mental Palestina di wilayah Bal al-Asbat, al-Quds pendudukan. Sementara di Amerika Serikat George Floyd, warga kulit hitam negara ini hari Senin pekan lalu tewas akibat kekerasan Derek Chauvin, perwira polisi kulit putih di kota Minneapolis negara bagian Minnesota.
Apa yang terjadi di bumi pendudukan Palestina dan Amerika Serikat memiliki sisi kesamaan.
Pemuda Palestina yang gugur di tangan militer Israel adalah seorang pemudah cacat mental. Kejahatan rezim Zionis ini merupakan manifestasi nyata kejahatan anti kemanusiaan dan kejahatan perang yang telah dijelaskan di anggaran dasar Mahkamah Pidana Internasional (ICC) karena seseorang yang tidak terlibat di perang, dari sisi fisik juga bermasalah dan bahkan menurut pengakuan rezim ini, pemuda tersebut tidak membawa senjata dibunuh.
Sekaitan dengan ini, Saeb Erekat, sekretaris PLO saat merespon gugurnya pemuda cacat mental Palestina di tangan serdadu Israel ini meminta ICC segera menyelidiki kejahatan rezim Zionis Israel.
Kondisi ini juga sama dengan yang dialami George Floyd. Warga Amerika ini adalah seorang sipil yang dibunuh militer kulit putih gara-gara warna kulitnya. Poin lain adalah berdasarkan pengumuman Departemen Luar Negeri Palestina, Israel secara langsung menginstruksikan serdadunya untuk membantai warga Palestina sama seperti Presiden AS Donald Trump secara resmi mendukung pembunuhan Floyd. Di akun Twitternya Trump mengancam warga Minneapolis dan demonstran dengan pengiriman pasukan garda nasional ke kota ini dan menembaki mereka.
Poin lain adalah gugurnya Iyad al-Hallaq memicu aksi demo dan protes luas di dalam Palestina dan bahkan di wilayah pendudukan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Sementara di Amerika, pembunuhan George Floyd juga memicu aksi protes luas di berbagai negara bagian AS. Para demonstran mengkritik keras rasisme yang marak di negara mereka.
Kabinet Netanyahu mengabaikan demonstran dan pemrotes gugurnya pemuda cacat mental Palestina dan Donald Trump pun seraya merilis cuitan di Twitter menyebut para demonstran sebagai perusuh dan kriminal.
Teladan perilaku Trump dan Netnayahu menunjukkan bahwa ideologi rasisme semakin menguasai bumi Palestina pendudukan dan Amerika Serikat. Trump meyakni warga kulit putih adalah etnis unggul, demikian pula Netanyahu meyakini Yahudi Israel sebagai keturunan terbaik. Pembunuhan warga Palestina, bahkan pemuda cacat mental sangat menyenangkan bagi Netanyahu dan kabinetnya. Adapun pembunuhan etnis kulit hitam adalah yang dinginkan oleh Netanyahu dan orang-orang dekatnya.
Poin lain adalah opini publik mengecam pembunuhan Iyad al-Hallaq dan George Floyd, namun seperti biasanya kekuatan-kekuatan Eropa memilih bungkam atas kejahatan ini yang terjadi di bumi Palestina pendudukan dan Amerika Serikat. Mereka tidak menunjukkan respon atas aksi rasisme ini. (MF)