Puzzle Baru Kejahatan Putera Mahkota Saudi
Pasca pembunuhan sadis terhadap jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul, jejak kelam kejahatan Putera Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) semakin terkuak. Satu persatu, berkas kejahatannya dibocorkan ke publik internasional.
Kasus terbaru mengenai aksi teror yang gagal terhadap mantan ketua intelejen Arab Saudi, Saad Al Jabri yang saat ini berada di Kanada. Al Jabri mengirim surat gugutan kepada salah satu pengadilan di AS dengan mengatakan bahwa Mohammed bin Salman mengirimkan sebuah tim untuk meneror dirinya di tahun 2018, tapi berhasil digagalkan pejabat Kanada.
Muhammed bin Salman dengan cepat menaiki tangga kekuasaan di Arab Saudi dengan memanfaatkan posisi ayahnya. Setelah ayahnya naik takhta, Bin Salman menjadi menteri pertahanan, kemudian Wakil Putra Mahkota, dan akhirnya menjadi Putra Mahkota Arab Saudi.
Ambisi berkuasa Bin Salman menyebabkan dirinya menghalalkan segala cara, termasuk dengan menghilangkan para pesaingnya. Ia menggunakan slogan memerangi korupsi untuk melenyapkan para pesaingnya. Padahal, korupsi di tubuh dinasti Saudi bersifat struktural dan tidak terbatas hanya beberapa pangeran saja. Tapi Mohammed bin Salman menjadikan isu ini untuk memuluskan jalannya sebagai orang nomor satu di Arab Saudi. Saat ini ia menempati posisi kedua tertinggi setelah ayahnya sendiri yang bertentangan dengan tradisi transisi kekuasaan yang telah berjalan puluhan tahun silam.
Selain itu, Muhammed bin Salman juga memberangus para oposan dari berbagai kalangan, termasuk jurnalis. Belum hilang dari ingatan kita mengenai kasus pembunuhan sadis jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi pada November 2018 di Istanbul dengan tubuh yang dimutilasi.
Seiring berjalannya waktu, satu-persatu kasus kejahatan yang dilakukan Mohammad bin Salman terhadap orang-orang Saudi sendiri, termasuk yang berada di luar negeri terbongkar. Kasus terbaru, teror terhadap Saad al-Jabri yang diperintahkan putera mahkota Arab Saudi.
Alasan utama Bin Salman meneror Saad al-Jabri, karena posisinya dalam struktur kekuasaan Saudi, juga informasi yang dimilikinya. Saad al-Jabri telah lama menjadi penasihat Pangeran Mohammed bin Nayef, mantan Putra Mahkota Arab Saudi. Mohammed bin Salman yang menggantikan bin Nayef sebagai Putra Mahkota Saudi pada 2017 senantiasa menganggap Mohammed bin Nayef sebagai rival terpentingnya.
Pada awalnya, Salman berusaha keras untuk mendapatkan informasi demi menjatuhkan Mohammad bin Nayef dengan mendapatkan dokumen penting dari Al Jabri, tetapi ia melarikan diri ke Kanada dan praktis berada di luar jangkauan bin Salman.
Selain itu, Saad al-Jabri juga memiliki informasi dan dokumen tentang Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Muhammad bin Salman, yang berpotensi memperburuk citra Mohemmed bin Salman di dunia, jika diungkap ke publik.
Langkah Mohammed bin Salman untuk menangkap Saad al-Jabri tidak berhasil secara hukum. Putra Mahkota Saudi menuduh Saad al-Jabri memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Arab Saudi.
Kegagalan langkahnya ini menyebabkan MBS menempuh jalan kekerasan, termasuk pembunuhan sebagaimana menimpa Khashoggi. Tapi Al Jabri berhasil lolos. Kini, ia mengajukan gugatan hukum terhadap Mohammad bin Salman yang disampaikan kepada salah satu pengadilan AS supaya suaranya didengar di mata publik internasional, terutama di Arab Saudi, sehingga diharapkan akan memicu gelombang tekanan terhadap rezim Al Saud.(PH)