Dampak Kegagalan Pembicaraan NATO-Rusia
(last modified Thu, 13 Jan 2022 09:20:39 GMT )
Jan 13, 2022 16:20 Asia/Jakarta
  • Dampak Kegagalan Pembicaraan NATO-Rusia

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan pada hari Rabu (12/11/2022) bahwa pembicaraan dengan NATO di Brussel berlangsung terbuka dan langsung, tetapi ada sejumlah besar perbedaan.

Berbicara pada konferensi pers seusai pertemuan dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg, Grushko menuturkan bahwa hari ini, banyak negara bergabung dengan NATO, dan wilayah mereka jelas digunakan untuk memproyeksikan kekuatan ke arah Rusia dari berbagai arah geografis.

Menurutnya, salah satu faktor yang merusak keamanan Eropa adalah ekspansi NATO yang terus-menerus ke arah Rusia, yang secara serius memperburuk situasi keamanan kami dan menciptakan risiko keamanan yang tidak dapat diterima.

"Kami perlu mendapatkan jaminan yang menekankan bahwa NATO tidak akan memperluas lebih jauh ke timur," tegas Grushko.

Sebaliknya, para pejabat NATO menekankan kembali posisi mereka sebelumnya tentang ekspansi ke arah timur dan penyebaran pasukan di dekat perbatasan Rusia.

Dalam menanggapi sikap Moskow, Stoltenberg menegaskan NATO tidak akan mengesampingkan kebijakan pintu terbuka dan haknya untuk menyebarkan pasukan di dekat Rusia.

"Kami tidak akan berkompromi dengan kedaulatan dan integritas teritorial negara Eropa mana pun," tandasnya.

Kebijakan pintur terbuka NATO mengacu pada perluasan ke arah timur dan menerima keanggotaan baru dari negara-negara di dekat Rusia, seperti Ukraina dan Georgia, dalam aliansi militer Barat itu.

NATO, dengan dalih kemungkinan serangan Rusia ke Ukraina, telah mengerahkan pasukan dan peralatan militer di Eropa Timur, terutama di negara-negara yang bertetangga dengan Ukraina dan Rusia, serta di Laut Baltik dan Laut Hitam. Langkah ini bermakna mengepung dan membendung Rusia secara militer.

Foto Bendera Amerika Serikat dan Rusia.

Di Brussel, delegasi Rusia seharusnya bertemu dengan perwakilan NATO untuk membahas usulan Presiden Vladimir Putin tentang perlunya Barat memberikan jaminan yang mengikat secara hukum agar tidak melakukan ekspansi ke timur, tidak menerima keanggotaan Ukraina di NATO, dan tidak membangun pangkalan militer di negara-negara bekas Uni Soviet. Namun, aliansi militer Barat ini menolak semua usulan tersebut.

"Semua 30 anggota NATO dalam pertemuan selama hampir empat jam mendukung kebijakan "pintu terbuka" aliansi militer, yang akan menerima Ukraina atau Georgia jika memenuhi persyaratan masuk," kata Robyn Dixon, seorang jurnalis dan pakar politik Amerika.

Dengan demikian, seperti yang diperkirakan, pembicaraan bilateral antara Rusia dan NATO di Brussel tidak membuahkan hasil yang positif, dan kedua belah pihak hanya menegaskan kembali posisi mereka masing-masing.

Setelah pertemuan itu, Moskow mengumumkan bahwa mereka akan mempertimbangkan semua langkah untuk melawan ancaman keamanan yang meningkat dari sisi NATO.

Alexander Grushko menyatakan bahwa penolakan NATO terhadap proposal Rusia dapat menimbulkan ketegangan dan konflik. "Jika kami tidak dapat mencapai kesepakatan dengan NATO, kami siap untuk opsi apa pun," tegasnya.

Saat ini, ketegangan bilateral antara Rusia dan Barat diprediksi akan meningkat menyusul kegagalan dialog keamanan antara Rusia-Amerika di Jenewa dan kegagalan pembicaraan Rusia-NATO di Brussel. (RM)