Mengapa Putin Tanda Tangani Dekrit Sanksi Balasan ?
Kremlin mengumumkan pada hari Selasa (03/05/2022) bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekrit tentang "tindakan tidak bersahabat oleh beberapa negara asing dan organisasi internasional".
Dekrit itu menyerukan tindakan pembalasan terhadap apa yang disebut negara-negara "tidak bersahabat". Menurut dekrit tersebut, Rusia menjatuhkan sanksi pada negara-negara ini serta beberapa lembaga internasional.
Putin menginstruksikan pemerintah Rusia untuk menyiapkan daftar badan hukum yang dikenai sanksi pembalasan dalam waktu 10 hari.
Keputusan tersebut berarti bahwa Rusia akan melarang ekspor produk dan bahan mentah kepada individu dan entitas yang terkena sanksi. Keputusan tersebut juga memungkinkan lembaga-lembaga Rusia untuk tidak memenuhi kewajiban kontraktual mereka kepada individu dan perusahaan yang dikenai sanksi.
Pada hari ke-69 invasi Rusia ke Ukraina, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pada hari Selasa (03/5) bahwa paket keenam sanksi terhadap Rusia sedang dipersiapkan. Komisi Eropa hari itu diperkirakan akan mengumumkan paket sanksi baru, termasuk penghapusan bertahap impor minyak dari Rusia, yang menyumbang 30% dari impor minyak UE.
Tampaknya perang sanksi blok Barat terhadap Rusia telah memasuki fase baru, dan Moskow bermaksud untuk memanfaatkan semaksimal mungkin alat tekan yang dimilikinya dalam hal ini.
Rusia merupakan salah satu produsen dan eksportir dua komoditas strategis yaitu minyak dan gas.
Keduanya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Moskow untuk menekan negara-negara di Benua Eropa, terutama yang sepenuhnya mematuhi sanksi Amerika Serikat. Hal itu mengingat ketergantungan Eropa yang tak terbantahkan pada dua produk strategis ini.
Menyadari hal ini, Eropa sekarang mencoba untuk mengambil inisiatif yang disebut dalam hal ini dan mereka sendiri yang terlebih dahulu menjatuhkan sanksi pada minyak Rusia. Langkah ini bertujuan untuk merampas pendapatan minyak Rusia.
Rusia dikatakan telah menjual minyak senilai sekitar $60 miliar dalam dua bulan sejak dimulainya perang Ukraina.
Kremlin mengumumkan pada hari Selasa (03/05/2022) bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekrit tentang "tindakan tidak bersahabat oleh beberapa negara asing dan organisasi internasional".
Tentu saja, tampaknya karena banyaknya negara pemasok minyak di pasar dunia, ada kemungkinan untuk mengganti minyak Rusia untuk negara-negara ini sampai batas tertentu. Namun, langkah seperti itu, embargo minyak Rusia, pasti akan menyebabkan kenaikan harga minyak global.
"Satu-satunya cara untuk menghentikan Putin adalah dengan memboikot ekspor minyak dan gas Rusia. Namun jika dunia Barat mengumumkan bahwa mereka bermaksud untuk menjatuhkan sanksi pada minyak dan gas Rusia, harga minyak dapat dengan mudah naik menjadi $200 per barel," kata Scott Sheffield, CEO perusahaan minyak serpih terbesar AS pada pertengahan Maret 2022.
Namun dalam kasus impor gas dari Rusia, situasinya akan sangat berbeda mengingat ketergantungan negara-negara UE pada gas Rusia.
Menurut statistik, pada tahun 2020, negara-negara Eropa bergantung pada gas Rusia dari 6% untuk Belgia hingga 100% untuk Republik Ceko dan Latvia. Sementara itu, Jerman, ekonomi terbesar Eropa, kebergantungannya pada gas Rusia mencapai 66 persen tahun itu.
Meskipun negara-negara ini mencoba mengurangi ketergantungan mereka pada gas Rusia pada 2021 dan beberapa bulan pada 2022, ini adalah proses yang memakan waktu dan mahal. Itulah sebabnya beberapa negara Uni Eropa, seperti Hungaria, telah menyatakan penentangan mereka terhadap embargo gas Rusia.
Sementara itu, Rusia juga merupakan salah satu pengekspor terbesar pupuk kimia, gandum, jagung, barley dan biji-bijian bahan baku minyak.
Tentu saja, keputusan Putin baru-baru ini tentang sanksi timbal balik terhadap negara-negara yang tidak bersahabat, yang mencakup banyak negara Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa negara blok Barat lainnya, telah berdampak negatif pada perdagangan dan ekonomi dunia. Bukan saja akan mengakibatkan kekurangan barang yang terkait dengan produk yang terkena sanksi, tetapi tak pelak lagi harganya akan naik di pasar dunia.
Sejatinya, Moskow berusaha menjelaskan kepada musuh-musuh Baratnya dan selama berbulan-bulan bahwa sanksi adalah pedang bermata dua. Jika blok Barat memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berjangkauan luas terhadap Rusia, Moskow sekarang dapat memberikan pukulan efektif terhadap negara-negara tidak bersahabat dengan sanksinya.(sl)