Bertemu di Ankara, Taktik Apa yang Dimainkan Erdogan dan Bin Salman ?
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, mendapat sambutan resmi dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat tiba di Ankara, Kamis (23/6/2022).
Hubungan Turki dan Arab Saudi setelah melewati sebuah masa penuh ketegangan, sepertinya sekarang mulai memasuki fase ketenangan dan perdamaian.
Presiden Turki yang sebelumnya nampak sebagai orang yang paling keras memprotes kebijakan luar negeri Saudi, dan pribadi Mohammed bin Salman, sekarang melunak dan menganulir semua sikapnya terdahulu terkait Riyadh.
Pada bulan April 2022, Erdogan melakukan kunjungan ke Riyadh dan bertemu dengan Raja serta Putra Mahkota Saudi. Saat ini Mohammed bin Salman juga tengah melakukan kunjungan ke Ankara, sebagai balasan atas kunjungan Erdogan sebelumnya ke Riyadh.
Lawatan Bin Salman ke Ankara ini secara praktis menjadi indikasi bahwa hubungan dua negara memasuki tahap perdamaian, dan kedua pihak mulai melangkah bersama untuk memperluas hubungan ini.
Tidak diragukan tujuan lawatan Bin Salman ke Turki adalah untuk membebaskan diri secara total dari kejahatan keji yang dilakukannya terhadap jurnalis penentang Riyadh, Jamal Khasoggi yang dibunuh secara mengerikan oleh anasir-anaisr pemerintah Saudi di Konsulat negara itu di Istanbul pada Oktober 2018.
Mohammed bin Salman berharap dengan lepasnya tanggung jawab dalam kasus pembunuhan Jamal Khasoggi, dan menerima dukungan Turki dalam kasus ini, maka ia bisa keluar dari tekanan internasional atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
Tujuan penting lain Bin Salman dari lawatannya ke Ankara adalah untuk mengenalkan diri sebagai calon pemegang tampuk kekuasaan berikutnya di Saudi. Dengan kata lain, Mohammed bin Salman yang merasa sebagai Raja Saudi masa depan, dengan lawatan ini ingin meningkatkan posisi internasional serta regionalnya.
Putra Mahkota Saudi melakukan kunjungan ke tiga negara yaitu Mesir, Yordania dan Turki, ketiga negara yang sedang mengalami masalah ekonomi pelik, dan Bin Salman berharap bisa meningkatkan posisi internasional dan regionalnya untuk menduduki kursi kekuasaan di Saudi, dengan memberikan janji-janji ekonomi kepada mereka.
Akan tetapi poin penting yang perlu diperhatikan dalam lawatan Bin Salman ke Turki, adalah protes luas masyarakat Turki. Erdogan selalu menunjukan bahwa kebijakan pemerintahnya bisa berubah sesuai dengan situasi zaman dan posisinya.
Erdogan dalam beberapa tahun terakhir termasuk salah satu pengkritik utama kebijakan-kebijakan Saudi di berbagai bidang. Puncak dari kritik keras Erdogan terlihat pada kasus pembunuhan Jamal Khasoggi.
Pada tahun 2018, Erdogan berkata, "Saudi meminta bukti-bukti pembunuhan Khasoggi dari kami. Kami siap memberi izin kepada mereka untuk datang ke sini, dan mendengarkan file-file suara. Akan tetapi kami tidak akan memberikan bukti-bukti itu kepada Saudi. Jangan-jangan Anda ingin memusnahkan bukti-bukti ini, biar saya katakan, kami bukan orang yang lugu dan dengan mudah memberikan bukti-bukti ini kepada Anda, apakah Anda mengira bangsa Turki adalah orang yang lugu ? Tentu tidak, bangsa ini akan memperhitungkan perbuatan Anda."
Tiga tahun setengah setelah pernyataan itu, Erdogan memerintahkan aga seluruh bukti penyelidikan dan dokumen pengadilan kasus pembunuhan Khasoggi dikirim ke Saudi. Sepertinya perubahan total sikap ini disebabkan oleh masalah ekonomi akut yang dihadapi Turki, dan tekanan-tekanan akibat masalah ini terhadap Erdogan.
Kesimpulan yang diambil Erdogan adalah melalui pemulihan hubungan dengan Saudi, dan menarik investasi asing, ia bisa meraih kembali kemenangan dalam pemilu presiden yang rencananya akan digelar tahun 2023 mendatang.
Meskipun demikian, perubahan sikap ini memicu protes keras dari dalam Turki sendiri. Ketua Partai Masa Depan Turki Ahmet Davutoglu, yang juga mentan Menlu, menjadi politisi pertama yang mengkritik kebijakan Erdogan ini. Ia mengumumkan, pengiriman bukti-bukti kasus pembunuhan kepada pembunuh adalah perbuatan yang tidak pantas, dan mengotori nama baik Turki.
Dengan memperhatikan kondisi ini, maka bisa dikatakan langkah-langkah yang diambil Erdogan dan Bin Salman, serta lawatan-lawatan diplomatik keduanya, tidak disebabkan oleh perubahan substansial dari hubungan kedua negara yang seolah mengarah pada persahabatan, tapi lebih dipicu oleh "kebutuhan strategis" Erdogan dan Bin Salman. (HS)