Putin Tekankan Kerja Sama Rusia-Cina untuk Stabilitas Internasional
Pada hari Rabu (22/02/2023), Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Wang Yi, Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Partai Komunis Cina, dan menyebutkan bahwa hubungan antara Rusia dan Cina sedang berkembang sesuai rencana dan telah mencapai tonggak sejarah baru, serta menekankan bahwa kerja sama antara Moskow dan Beijing diperlukan untuk stabilitas internasional.
Presiden Rusia mengatakan bahwa volume perdagangan tahunan antara Rusia dan Cina bisa mencapai 200 miliar dolar sebelum tahun 2024. Putin juga berterima kasih kepada Beijing "atas kerja sama bersama di bidang hubungan internasional yang kini rumit."
Rusia dan Cina, sebagai dua kekuatan internasional yang penting, telah mengambil langkah-langkah urgen dalam beberapa tahun terakhir untuk memperluas kerja sama dan mengadopsi sikap bersatu melawan kebijakan serta tindakan unilateralis Amerika Serikat, dan mereka ingin mengadopsi pendekatan multilateralisme sebagai dasar tatanan internasional baru.
Moskow dan Beijing percaya bahwa perkembangan internasional dan realitas sistem dunia mendukung sistem multipolar, sementara Amerika Serikat, terutama pada masa kepresidenan Donald Trump, bersikeras mempertahankan sistem unipolar dan mencoba memainkan peran polisi global dengan mengejar tujuan dan tuntutan melalui unilateralisme.
Sambil menekankan hal tersebut, para pejabat senior kedua negara ingin mengembangkan hubungan bilateral semaksimal mungkin dan meningkatkan kerja sama antara kekuatan dunia yang sedang berkembang, salah satu simbolnya adalah kelompok BRICS yang terdiri dari Rusia, Cina, India, Brasil, dan Afrika Selatan.
Rusia dan Cina kini telah menjalin hubungan yang luas di berbagai bidang ekonomi, perdagangan, militer dan keamanan, senjata, politik dan diplomatik, dan pada saat yang sama, partisipasi kedua negara dalam organisasi dan lembaga regional dan internasional seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai dan kelompok BRICS menunjukkan pendekatan yang sama tentang perlunya memperkuat kerja sama regional dan global untuk memecahkan masalah serta juga menghadapi hegemoni Barat dan tindakan agresif Amerika Serikat di berbagai bidang.
Matthew Kroenig, anggota wadah pemikir Dewan Atlantik mengatakan, Moskow dan Beijing semakin menyelaraskan posisi mereka dalam isu-isu strategis.
Pada hari Rabu (22/02/2023), Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Wang Yi, Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Partai Komunis Cina, dan menyebutkan bahwa hubungan antara Rusia dan Cina sedang berkembang sesuai rencana dan telah mencapai tonggak sejarah baru, serta menekankan bahwa kerja sama antara Moskow dan Beijing diperlukan untuk stabilitas internasional.
Buktinya adalah pertemuan presiden kedua negara ini pada Februari 2022 dan keluarnya pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menjelaskan posisi bersama Moskow dan Beijing.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping menyatakan dalam pernyataan bersama ini bahwa persahabatan antara kedua negara ini "tidak memiliki batas".
Dalam pernyataan ini ditegaskan bahwa dunia kini menyaksikan perubahan yang luas dan umat manusia sedang memasuki periode baru perkembangan pesat dan perubahan luas, yang meliputi proses dan fenomena seperti multipolarisasi, globalisasi ekonomi, pembangunan masyarakat informasi, keanekaragaman budaya dan perubahan sistem, termasuk pemerintahan global dan tatanan global.
Meningkatnya kerja sama dan kemitraan antara Rusia dan Cina selalu menghadapi reaksi negatif dari blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat.
Amerika Serikat, yang mengkhawatirkan peningkatan terus-menerus dalam kekuatan dan pengaruh regional dan internasional dari Cina dan Rusia, telah melakukan segala upaya untuk menampilkan citra kedua kekuatan Timur dan Eurasia ini sebagai ancaman, yang dapat diringkas sebagai Sinophobia dan Russophobia.
Pejabat militer dan keamanan senior pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan Cina sebagai tantangan geopolitik terpenting bagi Amerika Serikat dan mengklaim bahwa Beijing dan Moskow bermaksud mengubah sistem internasional yang berdasarkan tatanan liberal.
Pada saat yang sama, mereka menganggap Rusia sebagai ancaman besar bagi Amerika dan sekutu Eropanya dan menekankan tekad mereka untuk mencegah Rusia memenangkan perang di Ukraina.(sl)