Menyimak Kesepakatan Cina-Rusia Menghadapi Unilateralisme AS
(last modified Thu, 23 Feb 2023 04:12:54 GMT )
Feb 23, 2023 11:12 Asia/Jakarta

Ketika Amerika Serikat terus memaksakan kebijakan unilateralisme dan dominasi pada negara-negara di dunia, persatuan kekuatan Asia dan Eropa sekali lagi semakin diperkokoh.

Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri Cina mengumumkan hari Rabu, (22/02/2023) dengan mengeluarkan pernyataan, Beijing dan Moskow telah menyepakati secara bersama akan menghadapi segala bentuk arogansi sepihak AS, penyebaran dunia multipolar, dan kerja sama timbal balik berdasarkan kerangka kerja multilateral.

Setelah pertemuan antara Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Partai Komunis Cina, Wang Yi, dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, Kemenlu Cina mengumumkan dalam sebuah pernyataan, Kedua pihak membahas situasi strategis internasional dalam pertemuan di Moskow dan percaya bahwa perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik harus dipertahankan dengan kuat dan menentang mentalitas Perang Dingin, pertentangan kutub, dan konflik ideologis.

Wang Yi dan Patrushev

Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Partai Komunis Cina dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia juga membahas situasi di Ukraina dan menekankan peluang yang diperoleh Beijing dan Moskow untuk kerja sama strategis setelah perang di Ukraina.

Kita tidak boleh mengabaikan fakta bahwa upaya berkelanjutan dari pemerintah yang mendominasi Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat untuk membangun hegemoni di berbagai wilayah dunia telah mengarah pada penyatuan pemerintah Asia dan Eropa.

Jelas bahwa persatuan yang konstruktif ini akan menjadi lebih kuat di masa depan dengan bergabungnya negara-negara independen, dan dapat mempercepat upaya menghadapi kebijakan Amerika Serikat di benua Asia yang luas.

Antara lain, kita bisa menyebutkan bergabungnya Iran dengan aliansi Cina dan Rusia, yang akan berujung pada kehancuran hegemoni Barat di benua Asia.

Sebenarnya, terwujudnya syarat-syarat ini membunyikan alarm bagi Washington dan sekutunya, yang sebagian besar mencakup beberapa negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) serta rezim Zionis.

Dalam konteks ini, pakar Chili dan analis masalah internasional Pablo Jofre Leal, untuk menunjukkan dimensi aliansi strategis antara Iran, Rusia dan Cina ini, menyatakan dengan menyajikan angka dan statistik yang tersedia:

"Koalisi ini mencakup total populasi hampir dua miliar orang dan secara geografis, seluas 29 juta kilometer persegi, yang bersama-sama menyumbang 22% dari produk domestik bruto dunia."

Ketika Amerika Serikat terus memaksakan kebijakan unilateralisme dan dominasi pada negara-negara di dunia, persatuan kekuatan Asia dan Eropa sekali lagi semakin diperkokoh.

Dengan kata lain, hanya dengan Iran bergabung dengan aliansi Cina dan Rusia, masalah Amerika di benua Asia yang luas akan berlipat ganda.

Tidak boleh lupa bahwa setelah perang antara Ukraina dan Rusia, hubungan antara Beijing dan Moskow memasuki fase baru dan kerja sama antara kedua negara di berbagai sektor, terutama urusan energi dan ekonomi, semakin berkembang.

Sementara itu, pemerintah Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, untuk menciptakan persatuan di antara negara-negara Barat dan menciptakan perselisihan antara negara-negara independen seperti Rusia dan Cina, justru menyiapkan perang antara Ukraina dan Rusia demi memajukan tujuan mereka melawan Rusia.

Namun proses yang terjadi perlahan-lahan semakin merugikan Amerika Serikat dan sekutunya.

Tidak diragukan lagi bahwa perluasan kerja sama antara Cina dan Rusia dapat berdampak negatif terhadap kondisi kawasan atas tindakan Amerika Serikat, terutama dalam urusan militer.

Inilah mengapa Nikolai Patrushev, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia mengatakan, "Beijing adalah prioritas utama dalam kebijakan luar negeri Moskow, dan kedua belah pihak harus bersatu menghadapi Barat.”

Para pejabat Gedung Putih, yang tampaknya telah kehilangan ketenangannya, mencoba mengubah situasi yang tidak menguntungkan saat ini demi Amerika Serikat dengan melakukan banyak perjalanan.

Kunjungan Presiden AS ke Ukraina

Namun di sisi lain, pemerintah Moskow dan Beijing juga berusaha menetralisir gerakan Amerika dengan perjalanan dan kesepakatan penting.

Secara umum, kesepakatan baru-baru ini antara Cina dan Rusia, harus dikatakan sebagai penyatuan dua negara yang menjadi awal dari jalan yang niscaya akan menimbulkan masalah tambahan bagi AS dan sekutunya di Asia dan Eropa.

Munculnya masalah baru dapat mengurangi sekutu Amerika di Asia dan sebaliknya meningkatkan sekutu Cina dan Rusia.(sl)