Mencermati Tindakan Bermusuhan Parlemen Ukraina terhadap Iran
Pada hari Senin (29/05/2023), Parlemen Ukraina menyetujui rencana mengenai sanksi ekonomi dan pembatasan lainnya terhadap Republik Islam selama 50 tahun.
Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, yang menuduh Iran memasok senjata ke Rusia, terutama drone untuk digunakan dalam perang Ukraina, mengusulkan embargo 50 tahun terhadap Iran dalam rancangan undang-undang yang diajukan ke parlemen negara ini.
Sanksi yang disetujui secara khusus mencakup pembatasan perdagangan militer dan barang penggunaan ganda untuk warga negara Iran, dan Kiev akan mencegah modal warga Iran meninggalkan Ukraina.
Selain itu, transit barang Iran melalui wilayah Ukraina dan wilayah udara negara ini akan dihentikan serta sanksi perdagangan, keuangan dan teknologi akan diterapkan terhadap Iran dan warganya.
Tindakan bermusuhan parlemen Ukraina telah dilakukan sejalan dengan tuduhan Zelensky baru-baru ini.
Beberapa hari yang lalu, Zelensky sekali lagi mengulangi klaim tak berdasar dan meminta Iran untuk tidak mengirimkan drone ke Rusia.
Dalam propaganda baru, Presiden Ukraina meminta rakyat Iran untuk tidak memihak Rusia dan boleh dikatakan, mereka tidak berada di sisi gelap sejarah.
Presentasi dan persetujuan RUU sanksi 50 tahun terhadap Iran di parlemen Ukraina juga merupakan kelanjutan dari klaim bermusuhan Ukraina terhadap Iran.
Kiev dan sekutunya mengklaim bahwa Iran telah mengirimkan senjata militer, termasuk ratusan drone, ke Rusia sejak tahun lalu, setelah dimulainya invasi Rusia ke Ukraina.
Moskow dan Tehran selalu membantah keras klaim semacam itu.
Menanggapi pertanyaan apakah Rusia menggunakan drone Iran atau tidak, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Moskow tidak memiliki informasi apapun tentang penggunaan drone tersebut. Peralatan Rusia dengan nama Rusia digunakan dalam perang dengan Ukraina.
Pada hari Senin (29/05/2023), Parlemen Ukraina menyetujui rencana mengenai sanksi ekonomi dan pembatasan lainnya terhadap Republik Islam selama 50 tahun.
Sejak awal perang di Ukraina, Republik Islam Iran telah menekankan perlunya Rusia dan Ukraina mencapai solusi politik untuk menyelesaikan perbedaan dan dialog di bidang ini.
Tentu saja Tehran juga telah mengambil langkah-langkah praktis di bidang ini.
Sekalipun demikian, otoritas Ukraina dan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, berulang kali mengklaim bahwa drone yang digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina adalah buatan Iran.
Pada saat yang sama, klaim Kiev tentang penggunaan drone Iran dalam perang di Ukraina telah menjadi alasan bagi Barat untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran.
Republik Islam Iran telah berulang kali membantah klaim tersebut dan menganggapnya sebagai bagian dari perang psikologis dan propaganda Barat sejalan dengan Iranofobia dan meletakkan dasar untuk tindakan terhadap Iran, termasuk pengenaan sanksi baru.
Pada saat yang sama, untuk mengklarifikasi ambiguitas dan tuduhan tentang penggunaan drone Iran dalam perang di Ukraina, Iran telah meminta pembentukan komite ahli Iran dan Ukraina, tetapi pihak Ukraina menolak untuk berpartisipasi dalam pertemuan ini atau memberikan dokumen yang sah untuk membuktikan klaim mereka karena tekanan dari Barat.
Dalam situasi di mana parlemen Ukraina telah menyetujui sanksi 50 tahun terhadap Iran, Parlemen Republik Islam Iran perlu mengambil tindakan balasan terhadap Ukraina.
Yang pasti, Republik Islam Iran selalu menekankan sikap saling menghormati dalam hubungannya dengan negara lain, tetapi pada saat yang sama menanggapi perilaku bermusuhan dengan tindakan balasan.
Oleh karena itu, jika negarawan Ukraina perlu melanjutkan hubungan dengan Iran, perlu untuk mempertimbangkan kembali kebijakan anti-Iran mereka agar tidak menghadapi tindakan proporsional dan timbal balik dari bangsa dan pemerintah Iran.(sl)