Sep 02, 2023 17:10 Asia/Jakarta
  • Tentara Amerika Serikat.
    Tentara Amerika Serikat.

Di antara informasi mengenai perkembangan di Amerika Serikat selama sepekan terakhir adalah meningkatnya angka bunuh diri di kalangan venteran Amerika.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri di kalangan veteran AS telah meningkat secara signifikan.

Penelitian Kementerian Pertahanan dan Departemen Urusan Veteran menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri di kalangan veteran yang bertugas setelah serangan teroris 11 September 2001, dalam 14 tahun sebelum epidemi Corona mengalami kenaikan lebih dari 10 persen.

Veteran yang mengalami cedera otak telah lama dilaporkan lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri dibandingkan mantan personel militer lainnya. Namun para peneliti menemukan bahwa angka tersebut meningkat pada level yang sama setiap tahunnya pada kedua kelompok.

Di antara 2.516.189 pasien yang dirawat oleh Badan Kesehatan Militer dan Administrasi Kesehatan Veteran dari tahun 2006 hingga 2020, tingkat bunuh diri berkisar antara 7,11 hingga 90,81 kematian per 100,000 veteran dengan cedera otak setelah serangan 9/11 meningkat.

Tingkat bunuh diri di seluruh orang dewasa Amerika meningkat rata-rata 1,2 persen per tahun pada tahun yang sama.

Jeffrey Howard, salah satu peneliti mengungkapkan bahwa risiko bunuh diri yang umum mencakup penyalahgunaan narkoba atau alkohol, gangguan stres, depresi, kecemasan, insomnia, dan hilangnya dukungan sosial setelah dinas militer.

Menteri Kesehatan AS dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa 9 dari 10 orang Amerika percaya bahwa Amerika sedang menghadapi krisis kesehatan mental.

Dokter Militer AS Terlibat Skandal Pelecehan Seksual

Militer Amerika Serikat mengonfirmasi dakwaan terhadap salah satu dokter militer karena melakukan pelecehan seksual dengan 23 korban.

Pelecehan seksual terhadap mahasiswi di militer Amerika adalah isu lama, dan setiap tahun data yang dirilis Pentagon menunjukkan peningkatan kasus pelecehan seksual di militer terhadap mahasiswi oleh mahasiswa atau dosen laki-laki.

Menurut data Pentagon, tahun fiskal 2022 ada laporan 8.942 kasus pelecehan seksual yang diajukan oleh personel militer baik sebagai pelaku maupun sebagai korban, yang menunjukkan peningkatan sebesar satu persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Seperti diwartakan AFP, Jennifer Bocanegra menyatakan, Michael Stockin, dokter anestesi bergabung dengan militer bulan Mei 2013 dan ditempatkan di pangkalan Joint Base Lewis-McChord di negara bagian Washington didakwa awal pekan ini.

Washington Post terkait berkas penyelidikan Stockin menyatakan, kemungkinan ini adalah kasus pelecehan seksual terbesar di militer tahun lalu, dan kasus ini memiliki korban sedikitnya 23 orang.

Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden menandangani perintah eksekutif yang mengubah cara militer menyelidiki kasus pelecehan seksual. 

Perang Semakin Berkobar, AS Kirim Bantuan Militer Baru ke Ukraina

Amerika Serikat memberikan paket bantuan militer baru senilai 250 juta dolar ke Kyiv, sebagai bagian dari kebijakan Washington mengobarkan perang di Ukraina.

Departemen Luar Negeri AS hari Selasa (29/8/2023) mengatakan, "Bantuan militer baru AS akan disalurkan ke medan perang demi mendukung pertahanan udara Ukraina,".

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan AS mengumumkan bahwa negaranya telah menggelontorkan bantuan militer senilai lebih dari 3,1 juta dalam bentuk peluru meriam, roket, dan amunisi jarak jauh lainnya ke Ukraina, sehingga nilai bantuan militer Washington diperkirakan mencapai 43 miliar dolar.

Negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat mengintensifkan tekanan sanksi terhadap Federasi Rusia dan memasok segala jenis senjata ringan dan berat ke Kyiv yang memicu konflik semakin berkobar di negeri ini.

Para pejabat Rusia dan beberapa pakar serta media Barat menggambarkan perang di Ukraina sebagai perang proksi antara Barat dan Rusia.

Washington Bersikeras Militer AS Hadir Secara Permanen di Asia Barat

Mark Milley, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa militer negaranya tidak akan pernah menarik diri dari Asia Barat.

Pejabat tinggi militer Amerika ini mengatakan, Timur Tengah sangat penting bagi Amerika, dan tidak mungkin membayangkan Amerika akan meninggalkan kawasan itu, hal ini tidak akan pernah terjadi.

Menurut Mark Milley, Jumlah pasukan Amerika di Asia Barat akan bertambah atau berkurang tergantung pada “volume ancaman”.

Kemudian, seperti pejabat Amerika lainnya, ia mengumumkan terorisme dan Daesh (ISIS) sebagai alasan kehadiran militer di Irak dan Suriah dan mengatakan, Meskipun kekhalifahan telah berakhir, Daesh dan ideologinya belum hilang, dan masih ada beberapa teroris yang berkeliaran di gurun Suriah dan sampai batas tertentu di Irak. Dan ini merupakan ancaman bagi Yordania.

"Jika tentara Amerika segera menarik diri dari wilayah tersebut, para teroris akan pulih dan menjadi lebih berdaya," tambah Milley.

Pernyataan Mark Milley tentang peningkatan aktivitas Daaesh di Suriah muncul pada saat banyak sumber militer dan keamanan Rusia dan Suriah percaya bahwa AS memperlengkapi dan melatih Daesh di gurun tengah dan timur Suriah.

Penekanan pejabat tertinggi militer Amerika Serikat terhadap kehadiran permanen militer AS di Asia Barat, mengingat perkembangan beberapa tahun terakhir di kawasan ini, dan keraguan sekutu regional Washington terkait keberlanjutan Amerika Serikat dalam komitmen pertahanannya.

Penarikan diri yang membawa bencana, yang sebenarnya adalah militer AS lari dari Afghanistan telah meninggalkan dampak yang sangat negatif terhadap sekutu regional Washington dan menyebabkan mereka semakin curiga, terutama beberapa negara di selatan Teluk Persia, seperti Arab Saudi dan UEA, tentang komitmen AS terhadap keamanan negara-negara tersebut.

Hal ini menyebabkan Arab Saudi dan UEA beralih ke pesaing global Amerika Serikat, khususnya Cina, dan langkah-langkah seperti keanggotaan kedua negara dalam kelompok BRICS telah diambil sejalan dengan kebijakan ini.

Pada saat yang sama, normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Iran, dengan mediasi Cina, telah memberikan peringatan bagi Washington akan hilangnya pengaruh regionalnya.

Oleh karena itu, kini pemerintahan Biden terpaksa mengirimkan pejabat seniornya ke Arab Saudi untuk terus meyakinkan para pejabat senior Riyadh tentang berlanjutnya dukungan Washington terhadap negara tersebut.

Sejak dimulainya kembali hubungan antara Iran dan Arab Saudi, para pejabat Amerika, termasuk Direktur CIA William Burns dan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Jake Sullivan, telah melakukan perjalanan ke Arab Saudi berkali-kali baik secara diam-diam dan terbuka.

Selain itu, Washington telah mengintensifkan aktivitas politiknya dengan Riyadh dan setelah pertemuan Menteri Luar Negeri Iran dengan Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi, Presiden AS Joe Biden juga berupaya untuk bertemu dengannya.

Pada awal Agustus 2023, surat kabar Amerika Wall Street Journal menulis dalam sebuah laporan, Menurut para pejabat AS, Amerika Serikat dan Arab Saudi sepakat bahwa Washington akan menjamin keamanan Arab Saudi dan memberikan bantuan nuklir sipil di bawah persyaratan umum yang luas, di mana Arab Saudi mengakui Israel dengan imbalan beberapa konsesi kepada Palestina.

Masalah ini menunjukkan bahwa Washington berupaya mencapai perjanjian pertahanan dengan Riyadh.

Alasan utama Amerika untuk terus mengerahkan pasukan militernya di Asia Barat adalah klaim ancaman yang ditimbulkan oleh Iran dan sekutunya di kawasan terhadap mitra regional Amerika.

Isu ini telah lama berada dalam kerangka konsep bernama Iranophobia yang menjadi pembenaran utama Washington untuk membenarkan kehadiran militernya di Asia Barat, khususnya di Teluk Persia, dan penjualan senjata senilai miliaran dolar ke negara-negara di kawasan.

Menurut Institut Internasional Penelitian Perdamaian Stockholm, Amerika Serikat adalah eksportir senjata terbesar ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Faktanya, kehadiran militer Amerika di Teluk Persia dan tindakan provokatifnya di kawasan merupakan sumber ancaman keamanan terbesar di Teluk Persia.

Sementara itu, sekutu regional Washington terus melakukan aksi destabilisasi di Asia Barat. Antara lain, rezim Zionis melakukan banyak serangan terhadap Suriah, dan pada saat yang sama, terus-menerus mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran melalui udara.

Pada saat yang sama, pernyataan para pejabat Amerika, termasuk Mark Milley, tentang kehadiran militer di Asia Barat semakin disuarakan ketika Washington praktis mengurangi perhatiannya ke wilayah lain di dunia, termasuk Asia Barat, dan fokus pada kawasan luas Indo-Pasifik dan dianggap sebagai lingkaran politik dan ekonomi global di abad ke-21, sebagai akibat persaingannya dengan Cina.

Tags