Sep 09, 2023 17:32 Asia/Jakarta
  • Komandan AU Amerika,  Frank Kendall
    Komandan AU Amerika, Frank Kendall

Perkembangan di Amerika selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya; Angkatan Udara AS: Kami Tak Siap Hadapi Ancaman Rusia-Cina.

Selain itu, masih ada isu-isu lainnya dari AS seperti;

  • AS Gelontorkan Paket Bantuan Militer Baru ke Ukraina
  • Insiden Penembakan di dekat Gedung Putih, Renggut Dua Nyawa
  • AS Kirim Amunisi Mengandung Uranium ke Ukraina
  • Pentagon: Amunisi Uranium AS di Ukraina Tak Timbulkan Kanker
  • CIA Rekrut Pejabat Pejabat Rusia Jadi Mata-Mata
  • AS sebut dukungan militer Korut-Rusia sebagai "kesalahan besar"

Angkatan Udara AS: Kami Tak Siap Hadapi Ancaman Rusia-Cina

Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat mengakui bahwa pasukan negara ini tidak memiliki kesiapan yang cukup untuk menghadapi ancaman Cina dan Rusia.

Dikutip situs Air and Space Forces, Frank Kendall, Kamis (31/8/2023) mengakui bahwa Angkatan Udara AS, bisa saja menghadapi konflik dengan Rusia dan Cina, dalam waktu dekat.

 

Amerika-Cina

Akan tetapi, katanya, Angkatan Udara AS, tidak memiliki kesiapan yang cukup sebagaimana seharusnya, dan masih terdapat jarak yang cukup signifikan dalam kesiapan maksimal untuk itu.

"Ancaman sudah ada di sini, sehingga kita harus memikirkan, apakah kita sudah mengorganisir diri untuk mengadapi ancaman tersebut ? Apakah kita akan berlatih untuk menghadapi ancaman itu ? Apakah kita sudah siap dari sisi strukturisasi sebagian besar kewajiban di Departemen Angkatan Udara, dan Angkatan Dirgantara, sehingga kita bisa menghadapi ancaman itu ? Jika besok kita diminta berperang melawan sebuah kekuatan besar, Rusia atau Cina, apakah kita benar-benar siap ?," paparnya.

Kendall menegaskan, "Kita belum siap menghadapi tantangan dan ancaman sesuai dengan yang dibutuhkan. Menurut saya kita perlu kembali melakukan optimalisasi atas posibilitas konflik kekuatan besar."

Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat itu meyakini bahwa senjata saja tidak akan cukup untuk menghadapi tantangan dan ancaman dari Cina dan Rusia.

AS Gelontorkan Paket Bantuan Militer Baru ke Ukraina

Juru bicara Pentagon mengonfirmasi pengiriman paket bantuan militer baru Amerika senilai 600 juta dolar ke Ukraina.

Sejak meletusnya perang Ukraina 24 Februari 2022, negara-negara Eropa dan Barat, khususnya AS seraya meningkatkan tekanan sanksi kepada Federasi Rusia, dan pengiriman beragam senjata ringan dan berat ke Kiev, bukan saja menolak mengambil langkah untuk mengakhiri perang Ukraina, bahkan semakin gencar mengobarkan perang di negara ini.

Jubir Pentagon Sabrina Singh

Sementara itu, Moskow berulang kali memperingatkan AS soal penambahan bantuan senjata kepada Ukraina, dan menyatakan berlanjutnya dukungan senjata kepada Kiev dapat menimbulkan dampak yang tidak dapat diprediksikan bagi dua kekuatan rival besar nuklir dunia.

Menurut laporan Sputnik, Sabrina Singh, jubir Pentagon menyatakan, Washington akan mengirim paket bantuan militer baru senilai 600 juta dolar kepada Ukraina, yang mencakup amunisi dan peralatan penguatan pertahanan udara.

Berdasarkan laporan ini, amunisi untuk rudal Himars, peralatan peperangan elektronik, dan peralatan pembersihan ranjau juga disertakan dalam paket ini.

"Tujuan Amerika adalah amunisi yang mengandung uranium yang diperlemah akan sampai tepat waktu ke Ukraina," papar Sabrina Singh.

Perlu dicatat bahwa rangkaian pertama peluru ini, yang digunakan pada tank Abrams, akan sampai ke Ukraina pada pertengahan September.

Pengiriman amunisi uranium yang diperlemah, yang dikonfirmasi oleh Pentagon tadi malam, telah dikritik oleh banyak orang sejak awal.

Pejabat Amerika mengklaim bahwa amunisi jenis ini umum dan tidak akan menyebabkan kontaminasi radioaktif.

Padahal, menurut para penentang seperti Koalisi Internasional untuk Pelarangan Senjata Nuklir, amunisi jenis ini memiliki banyak risiko kesehatan dan menyentuh atau menelan debunya akan memicu penyakit kanker.

Kedutaan Besar Rusia di Washington juga mengecam tindakan AS tersebut dan menyebutnya “tidak manusiawi”.

Paket bantuan baru diumumkan di tengah kunjungan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken ke Ukraina.

Blinken mengunjungi Kiev kemarin untuk pertama kalinya dalam setahun dan mengumumkan pengiriman paket bantuan militer senilai 275 juta dolar ke Ukraina.

Insiden Penembakan di dekat Gedung Putih, Renggut Dua Nyawa

Kota Washington di AS menyaksikan sejumlah insiden penembakan yang merenggut nyawa dua wanita.

Kebebasan jual beli dan membawa senjata di Amerika telah memicu berbagai kekerasan bersenjata dan penembakan di seluruh wilayah negara ini yang setiap hari mengambil korban.

Menurut laporan CNN, menyusul tiga insiden penembakan yang terjadi sekitar 1,5 km dari Gedung Putih di Washington DC, dua wanita terbunuh dan satu gadis remaja terluka parah.

Image Caption

Polisi menyatakan bahwa korban penembakan ditemukan di sebuah parkir di belakang gedung di dekat Jalan O. Sementara itu, penyidikan akan kasus ini masih terus berlangsung.

Kekerasan bersenjata di Amerika setiap tahunnya menewaskan ratusan orang. Meski demikian, karena lobi kuat perusahaan senjata, pemerintah Amerika Serikat sampai saat ini tidak mampu menghentikan kekerasan ini atau mengontrolnya.

Menurut hasil jajak pendapat terbaru The Kaiser Family Foundation (KFF) di Amerika, setiap lima orang di Amerika, satu di antaranya diancam dengan senjata, dan pernah mengalami kekerasan bersenjata.

Data menunjukkan bahwa jumlah korban tewas akibat penggunaan senjata di Amerika Serikat mencapai angka tertinggi sejak 30 tahun lalu.

AS Kirim Amunisi Mengandung Uranium ke Ukraina

Bantuan militer yang dikirim Amerika Serikat, ke Ukraina, ternyata berisi senjata-senjata yang mengandung uranium sudah dilemahkan.

Dikutip Reuters, Sabtu (2/9/2023) pemerintah Amerika Serikat, minggu depan rencananya akan memamerkan paket bantuan militer baru ke Ukraina tersebut.

Amunisi yang mengandung uranium sudah dilemahkan itu dapat ditembakkan dari tank-tank Abrams, AS, dan kemungkinan tank-tank ini akan diserahkan ke Ukraina dalam beberapa minggu ke depan.

Pemerintah AS berharap peluru-peluru yang mengandung uranium sudah dilemahkan itu akan memberi kesempatan kepada pasukan Ukraina, untuk menembak tank-tank Rusia, lebih efektif.

Seorang pejabat AS kepada Reuters mengatakan, paket bantuan militer AS ke Ukraina, bernilai antara 240 hingga 374 juta dolar. Berita ini tersiar di tengah kenyataan bahwa serangan balik Ukraina, terhadap pasukan Rusia, dianggap tidak mencapai hasil yang diharapkan oleh AS.

Washington sebelumnya mengumumkan, dengan memperhatikan minimnya amunisi di gudang-gudang senjata negara Barat, pihaknya akan mengirim bom-bom curah ke Ukraina.

Pentagon: Amunisi Uranium AS di Ukraina Tak Timbulkan Kanker

Deputi Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat, mengklaim amunisi uranium dilemahkan yang dikirim ke Ukraina, tidak menimbulkan kanker, dan semuanya berbentuk peluru anti-tank dan anti-kendaraan lapis baja.

Sabrina Singh, Kamis (7/9/2023) malam mengklaim amunisi radioaktif yang rencananya akan dikirim AS ke Ukraina, untuk digunakan dalam perang melawan Rusia, sama sekali tidak akan menimbulkan kanker.

Dalam jumpa persnya di Pentagon, seperti dikutip Sputnik, Deputi Jubir Pentagon menjelaskan bahwa amunisi uranium yang sudah dilemahkan itu adalah peluru-peluru anti-kendaraan lapis baja dan anti-tank.

Ia menambahkan, "Di sini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, CDC menegaskan bahwa tidak ada bukti apa pun yang menunjukkan peluru-peluru mengandung uranium yang sudah dilemahkan ini bisa menimbulkan kanker. WHO juga melaporkan bahwa peningkatan kanker darah atau jenis kanker lain tidak ada kaitannya dengan amunisi ini."

Menurut Sabrina Singh, bahkan Badan Energi Atom Internasional, IAEA menegaskan tidak ada kaitan yang terbukti antara berdiam di dekat amunisi ini dengan peningkatan kanker atau penyakit lain.

"Amunisi itu adalah peluru-peluru anti-tank. Peluru-peluru itu dibuat untuk menembus tank-tank, dan sangat berpengaruh di medan tempur. Semuanya adalah peluru-peluru anti-tank standar. Mereka digunakan dalam tank-tank Abrams," pungkasnya.

Para pengamat meyakini bahwa menghirup atau menelan uranium yang dilemahkan berbahaya bagi tubuh manusia termasuk menyebabkan munculnya berbagai jenis kanker, dan menyebabkan cacat pada bayi yang dilahirkan.

CIA Rekrut Pejabat Pejabat Rusia Jadi Mata-Mata

Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA) merilis video yang meminta pejabat Rusia untuk memata-matai negaranya sendiri demi kepentingan Washington.

CIA

Sebelumnya, situs Hill melaporkan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya berusaha menciptakan perpecahan dalam pemerintahan Rusia dengan mendorong pejabat Rusia untuk melakukan kegiatan mata-mata.

Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat, CIA menerbitkan sebuah video yang memprovokasi para pejabat Rusia dan meminta mereka untuk mengungkapkan fakta sebenarnya tentang militer, yang menurut organisasi tersebut dipenuhi kebohongan.

Video tersebut berbahasa Rusia dan diberi judul "Mengapa Saya Menelepon CIA, untuk Saya Sendiri".

Dalam film tersebut, seorang pria yang berjalan melewati salju di sebuah kota di Rusia berkata, "Saya menegaskan kepada semua orang bahwa memutarbalikkan fakta dalam laporan adalah tindakan yang tidak bermoral, tetapi otoritas lebih tinggi yang melakukannya."

Pria dalam video tersebut kemudian masuk ke gedung pemerintah Rusia dengan menyamar sebagai pejabat Rusia.

Dalam kelanjutan videonya, orang ini mengklaim bahwa orang-orang di sekitar Anda tidak ingin mendengar kebenaran, tapi kami melakukannya.

Dia kemudian berkata, "Kejujuran harus dihargai."

Direktur CIA William Burns bulan Juli mengklaim bahwa ketidakpuasan sebagian orang Rusia atas perang di Ukraina memberikan peluang emas untuk merekrut mata-mata dari negara tersebut yang tidak akan dilewatkan oleh CIA.

AS sebut dukungan militer Korut-Rusia sebagai "kesalahan besar"

Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris mengatakan bahwa Korea Utara akan melakukan "kesalahan besar" jika memberikan dukungan militer kepada Rusia untuk perang melawan Ukraina.

Harris, yang tengah berada di Jakarta, Indonesia untuk menghadiri KTT ASEAN, mengatakan kepada CBS News dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Kamis bahwa ini akan menjadi tanda keputusasaan bagi Rusia untuk mencari bantuan dari Korea Utara yang tertutup.

Harris juga menyatakan bahwa hal itu akan semakin mengisolasi kedua negara tersebut, yaitu Rusia dan Korea Utara.

"Saya pikir ini akan menjadi kesalahan besar. Gagasan bahwa mereka akan memasok amunisi untuk mencapai tujuan tersebut adalah – akan menjadi kesalahan besar. Saya juga sangat yakin bahwa bagi Rusia dan Korea Utara, hal ini akan semakin mengisolasi mereka," kata Haris.

Para pejabat AS telah memperingatkan dalam beberapa hari terakhir bahwa perundingan senjata antara Rusia dan Korea Utara sedang berlangsung secara aktif, sementara sebuah laporan mengatakan Kim Jong Un dari Korea Utara berencana melakukan perjalanan ke Rusia bulan ini untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan mendiskusikan pasokan senjata ke Moskow untuk upaya perangnya.

"Sangat jelas bahwa Rusia sangat putus asa. Mereka telah mengalami kegagalan strategis. Bayangkan saja, pada awalnya, satu setengah tahun yang lalu, para pakar mengatakan bahwa hal ini akan berlangsung dalam beberapa hari. Namun, Ukraina masih berjuang hingga kini," kata Harris kepada CBS.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Selasa memperingatkan Kim bahwa negaranya akan menanggung akibatnya bila jadi memasok senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.

 

Tags