Peringatan Moskow akan Berlanjutnya Perang Ukraina di tahun 2024
Sekitar 22 bulan berlalu dari perang berdarah Ukraina, tapi tidak terlihat prospek berakhirnya konflik berdarah ini.
Sementara itu, kesibukan Barat di perang Gaza secara praktis membuat perhatian mereka teralihkan dari perang Ukraina, dan hal ini mendorong pemerintah pro barat Ukraina semakin pesimis.
Sergei Ryabkov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, mengatakan pada Rabu, 29 November, bahwa karena posisi negara-negara Barat yang sama sekali tidak dapat diterima oleh Moskow, tidak ada kemungkinan gencatan senjata di Ukraina tahun depan. Diplomat senior Rusia ini mengungkapkan pandangannya mengenai hubungan rusia dengan NATO dan Ukraina selama wawancaranya dengan Izvestia yang dirilis hari Rabu, meskipun ada klaim dari media Barat mengenai upaya Amerika untuk mengakhiri perang. Ryabkov berkata: "Sayangnya, Amerika Serikat sedang memimpin kelompok yang menggunakan formula perdamaian Zelensky sebagai slogan. Kelompok ini mengulangi dan mengklaim bahwa formula tersebut adalah dasar potensial bagi perdamaian."
Formula perdamaian yang diusulkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky termasuk mengembalikan Ukraina ke perbatasannya sebelum tahun 2014, meminta ganti rugi perang dari Moskow dan mengadili pejabat Rusia di pengadilan internasional. Moskow menolak rencana ini dan mengatakan bahwa hal tersebut jauh dari kenyataan.
Mengingat kegagalan nyata serangan balik di Ukraina, yang dimulai pada pertengahan tahun 2023 di berbagai front, namun tidak memenuhi harapan Barat, kini Amerika Serikat, bersama beberapa negara Eropa, sedang berusaha mendapatkan persetujuan Kiev untuk memasuki proses gencatan senjata dengan Rusia dan menandatangani perjanjian perdamaian.
Tampaknya pendukung barat Ukraina cenderung melakukan negosiasi damai dengan Rusia, meskipun perdamaian yang mereka anggap tergantung pada pemenuhan persyaratan yang dipertimbangkan oleh Kiev. Dalam hal ini, Amerika dan Jerman melakukan upaya rahasia untuk memaksa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bernegosiasi dengan Rusia.
Pejabat senior Ukraina, termasuk Zelensky, baru-baru ini mengakui bahwa kegagalan serangan balik pasukan Ukraina pada musim panas telah mengurangi keinginan negara-negara Barat untuk mengirimkan bantuan ke negara tersebut. Dalam hal ini, cara Washington dan Berlin mengirimkan senjata ke Ukraina sedemikian rupa sehingga Kiev menyadari bahwa mereka tidak dapat memulihkan wilayahnya yang hilang.
Beberapa minggu yang lalu, Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, memperingatkan bahwa bantuan AS ke Ukraina mungkin akan berkurang, dan mengatakan bahwa anggota organisasi ini harus memiliki persiapan politik yang diperlukan untuk mengimbangi hal ini. Meskipun ada hambatan-hambatan dan prospek yang jelas terkait keengganan Barat untuk melanjutkan bantuan militer dan senjata seperti di masa lalu, namun para pejabat Ukraina menolak perundingan perdamaian dengan Rusia.
Kiev telah berulang kali menekankan bahwa bantuan sekutu Barat, yang telah berulang kali meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina sejak awal perang Rusia-Ukraina, memainkan peran yang menentukan bagi tentara negara tersebut. Pada saat yang sama, pihak berwenang Ukraina bersikeras untuk mengirimkan lebih banyak peralatan dan amunisi dalam jumlah yang lebih modern.
Sementara setelah operasi Badai al-Aqsa dan perang Gaza, Zelensky berulang kali menyatakan kekhawatirannya bahwa, meski ada janji dari sekutu, dukungan Barat terhadap Kiev akan berkurang. Dia telah mengumumkan bahwa sejak dimulainya operasi militer Israel melawan Hamas, dia menerima lebih sedikit peluru artileri.
Pengakuan Presiden Ukraina atas peran penting bantuan Barat, khususnya Amerika Serikat, dalam kelanjutan perang Ukraina dengan Rusia dan memaksa Kiev menarik diri dari medan perang jika bantuan ini dihentikan, menunjukkan seberapa jauh Barat terus memainkan peran vital dalam kelanjutan perang berdarah di Ukraina, yang kini memasuki bulan ke-22.
Amerika, sebagai pemimpin blok Barat dan NATO, telah melakukan yang terbaik untuk terus memperluas cakupan perang di Ukraina dengan tujuan melemahkan Rusia sebanyak mungkin dan menimbulkan korban manusia dan peralatan di Rusia. Pejabat senior Amerika dan NATO percaya bahwa kemenangan Rusia dalam perang Ukraina, bahkan di sekitar NATO, akan berarti mendiskreditkan organisasi militer ini dan memperluas pengaruh dan kekuatan regional dan internasional Rusia, dan akan mengubah perimbangan keamanan, militer dan politik di Eropa dan merugikan negara-negara Barat.
Sekaitan dengan ini, Sekjen NATO Jens Stoltenberg dalam sikap terbarunya terkait perang Ukraina menekankan peran utamanya dalam menentukan perimbangan kekuatan antara Rusia dan Amerika Serikat. Jens Stoltenberg hari Rabu (29/11/2023) mengatakan, kesuksesan operasi militer Rusia dapat menghancurkan posisi Washington di dunia. (MF)