Amerika Tinjauan dari Dalam, 9 Desember 2023
Perkembangan di Amerika selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Menhan AS: Kami Tidak akan Biarkan Hamas Menang !
Selain itu, masih ada isu-isu lainnya dari Amerika, seperti;
- Media AS: Gencatan Senjata Terbaru, Kemenangan Murni Hamas
- Pentagon Akui Industri Militer AS Kalah Bersaing dengan Cina
- John Bolton: AS Harus Bantu Kyiv, Ukraina di Ujung Tanduk
- Menhan AS: Tak Lindungi Warga Sipil Gaza, Israel bisa Kalah
- AS Ingin Ciptakan Koridor Aman bagi Kapal-Kapal Israel
- Pentagon Akui AS Lanjut Terbangkan Drone Mata-Mata di Gaza
Menhan AS: Kami Tidak akan Biarkan Hamas Menang !
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan bahwa Amerika tidak akan membiarkan Hamas menang menghadapi Israel di Gaza.
Al Jazeera melaporkan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam pidatonya pada pertemuan yang dipimpin oleh Institut Ronald Reagan di negara bagian California hari Sabtu (2/12/2023) mengatakan, "Dukungan kami untuk Israel tidak dapat disangkal dan tidak akan pernah seperti yang ada saat ini,".
"Tanpa adanya harapan, konflik antara Israel dan Palestina akan menjadi mesin ketidakamanan dan penderitaan manusia," ujar Austin.
"Saya telah berulang kali mengatakan kepada pejabat Israel bahwa melindungi warga sipil di Gaza adalah tanggung jawab moral dan keharusan strategis," tegasnya.
Tanpa menyinggung sama sekali tingginya volume kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis dan genosidanya terhadap Palestina, Austin mengungkapkan, “Kami akan tetap menjadi teman terdekat Israel di dunia, dan kami tidak akan membiarkan Hamas menang.”
Kejahatan rezim Zionis di jalur Gaza menyebabkan lebih dari 15 ribu orang Palestina gugur.
Media AS: Gencatan Senjata Terbaru, Kemenangan Murni Hamas
Salah satu media Amerika Serikat, mengutip sejumlah pengamat keamanan, menyebut pemberlakuan gencatan senjata terbaru di Gaza, sebagai kemenangan murni bagi Hamas.
ABC News, Sabtu (2/12/2023) melaporkan, meski perhatian publik dunia tertuju pada pengiriman bantuan kemanusiaan sebagai buah dari gencatan senjata Hamas dan Israel, namun para pengamat militer percaya gencatan senjata adalah peluang bagi Hamas, untuk memperkuat pasukan.
Sebelumnya para pejabat AS, dan Rezim Zionis, menekankan dan mendukung jeda pertempuran sementara, karena mereka meyakini gencatan senjata menyeluruh akan menguntungkan Hamas.
Akan tetapi kenyataannya, perpanjangan jeda pertempuran jangka pendek dalam perang Gaza, telah menyebabkan terciptanya gencatan senjata sepekan.
Mick Mulroy, mantan Wakil Asisten Menteri Pertahanan AS, untuk Timur Tengah, menggambarkan jeda pertempuran di Gaza, sebagai "kemenangan murni" Hamas, baik secara militer maupun politik.
"Menurut saya, Israel, sebelumnya sudah mengetahui bahwa peristiwa ini akan terjadi, tapi baginya pembebasan para tawanan, bernilai," kata Mulroy.
Pada saat yang sama, ABC News menerangkan, meskipun pasukan Israel, telah merusak banyak bangunan di utara Gaza, namun masih belum jelas berapa gedung militer Hamas, yang hancur.
Senada dengan Mulroy, mantan jenderal AS, Robert Abrams, menuturkan, "Semakin lama gencatan senjata diberlakukan, maka Hamas, akan memiliki kesempatan lebih besar untuk menambah senjata, dan memperkuat pasukan."
Pentagon Akui Industri Militer AS Kalah Bersaing dengan Cina
Pentagon mengakui kegagalan Amerika Serikat dalam persaingan dengan industri militer Cina.
Politico hari Minggu mengutip rancangan Strategi Industri Pertahanan Nasional AS yang baru melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan Amerika tidak dapat dengan cepat memproduksi senjata untuk merespons pasar global, dan berbeda dengan Cina, yang dengan cepat menjadi kekuatan industri global.
Media AS ini mengungkapkan pengakuan Pentagon mengenai industri pertahanan AS yang telah gagal mencapai kecepatan dan kuantitas produksi militer dalam perlombaan senjata dengan pesaingnya seperti Cina.
Menurut laporan tersebut, Strategi Industri Pertahanan Nasional AS yang pertama dijadwalkan akan dirilis dalam beberapa pekan mendatang oleh Wakil Menteri Pertahanan AS William Laplante.
Analisis ini memberikan gambaran komprehensif tentang apa yang dibutuhkan Pentagon untuk memanfaatkan keahlian perusahaan teknologi kecil, pendanaan, dan dukungan dari perusahaan tradisional.
Menurut versi draf laporan ini, pangkalan industri pertahanan AS tidak memiliki kapasitas, kemampuan, daya tanggap, atau fleksibilitas untuk memenuhi seluruh kebutuhan produksi militer secara cepat dan memadai.
Pasca Perang Dingin, industri pertahanan AS terpuruk akibat merger perusahaan.
Sementara itu, Cina telah menghabiskan 30 tahun terakhir menjadi kekuatan industri global dalam pembuatan kapal, mineral penting, dan mikroelektronika.
Pada akhirnya, laporan ini mengacu pada dukungan militer AS terhadap Ukraina dan rezim Zionis, dan perang di Eropa dan Gaza yang menunjukkan serangkaian tuntutan industri AS yang berbeda dan kelemahan terkait.
John Bolton: AS Harus Bantu Kyiv, Ukraina di Ujung Tanduk
Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS menyinggung perang Ukraina dengan mengatakan, "Jika kita tidak bertindak cepat, maka Rusia akan menang."
Menurut situs berita Hill, John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional mantan Presiden AS Donald Trump dalam sebuah wawancara yang ditujukan kepada Kongres AS meminta untuk bertindak cepat dalam mendukung Ukraina di tengah perang dengan Rusia.
Menyinggung konflik di Gaza, Bolton mencatat bahwa perang di Timur Tengah mungkin akan mengalihkan perhatian Amerika.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS ini menekankan, "Jika kita tidak membantu Ukraina, maka akhirnya Rusia akan menang,".
Pernyataan mantan pejabat Amerika ini dilontarkan di tengah eskalasi perselisihan antara Partai Demokrat dan sebagian Partai Republik mengenai kelanjutan dukungan terhadap Kyiv semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Hal ini telah memecah belah Partai Republik, dan semakin sulit bagi Kongres AS untuk menyetujui kelanjutan dukungan terhadap Ukraina.
Seiring masuknya musim dingin dan melambatnya perang, dikabarkan bahwa tentara Ukraina menemui jalan buntu dalam perang melawan Rusia.
Selain itu, hasil serangan balik Kyiv yang dimulai musim panas lalu juga kurang memuaskan.
Kegagalan berturut-turut operasi ofensif militer Ukraina terhadap Rusia terjadi ketika pemerintah Kyiv telah menerima bantuan militer ratusan miliar dolar dari negara-negara Barat.
Menhan AS: Tak Lindungi Warga Sipil Gaza, Israel bisa Kalah
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, mengklaim jika Israel, tidak mencegah tewasnya warga sipil di Jalur Gaza, mungkin saja ia akan menelah kekalahan strategis dalam perang.
Lloyd Austin, Minggu (3/12/2023) mengaku mendukung warga sipil Gaza, padahal negaranya selama ini terus memberikan dukungan total terhadap Rezim Zionis, sehingga menyebabkan ribuan warga Palestina gugur.
Berbicara di Reagan National Defense Forum, di California hari Sabtu, Austin, mengklaim, jika Israel, tidak mencegah terbunuhnya warga sipil Palestina, di Gaza, maka mungkin saja akan mengalami kekalahan strategis.
"Dalam perang jenis ini warga sipil harus diperhatikan, jika mereka didorong ke arah rangkulan Hamas, maka hal itu berarti mengubah kemenangan taktis menjadi sebuah kekalahan strategis," katanya.
Menhan AS menegaskan, "Saya berulangkali mengatakan kepada para pejabat Israel, bahwa melindungi warga sipil Palestina di Gaza, adalah kewajiban moral dan keharusan strategis."
Pada saat yang sama, Austin, menjelaskan bahwa dalam pandangan AS, solusi dua negara adalah satu-satunya solusi untuk keluar dari peperangan menyedihkan di Palestina.
Sebelum ini, salah satu pejabat tinggi Hamas, Osama Hamdan, menyebut sikap AS, terkait masalah Palestina, akan meledakkan kawasan, dan menganggap Washington, sebagai sekutu kejahatan Rezim Zionis, dalam pembantaian rakyat Gaza.
AS Ingin Ciptakan Koridor Aman bagi Kapal-Kapal Israel
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, mengatakan Utusan khusus AS untuk Yaman, akan dikirim ke negara-negara Arab Teluk Persia, untuk membicarakan keamanan pelayaran dengan sekutu-sekutu Washington.
Dikutip stasiun televisi Al Mayadeen, Selasa (4/12/2023) Deplu AS mengumumkan, Tim Lenderking, minggu ini akan dikirim ke negara-negara Arab Teluk Persia, untuk membicarakan keamanan di Laut Merah.
Lenderking, bersama rombongan akan menggelar pertemuan dengan sekelompok sekutu utama AS, untuk membahas masalah kelautan, dan menciptakan koridor aman bagi pelayaran kargo internasional.
Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, hari Senin mengatakan, Washington, sedang melakukan pembicaraan dengan sejumlah negara untuk membentuk sebuah kelompok di Laut Merah.
Di sisi lain, sumber Israel, mengabarkan bahwa Tel Aviv, secara resmi meminta beberapa negara termasuk Inggris dan Jepang, untuk membentuk sebuah kelompok guna menjamin kebebasan pelayaran di Selat Bab El Mandeb.
Manuver ini dilakukan setelah serangan terbaru Angkatan Laut Yaman, ke dua kapal Israel, di Laut Merah, dengan menggunakan rudal dan drone laut.
Yaman menegaskan, dalam rangka menjaga keamanan pelayaran di Selat Bab El Mandeb, dan Laut Merah, hanya kapal-kapal Israel, yang menjadi target serangan pasukan Yaman.
Pentagon Akui AS Lanjut Terbangkan Drone Mata-Mata di Gaza
Amerika Serikat melanjutkan penerbangan drone mata-matanya di Gaza demi mendukung upaya rezim Zionis untuk membebaskan sisa tahanannya yang masih berada di Jalur Gaza.
Lisa Lawrence, Juru Bicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon) hari Kamis (7/12/2023) menyatakan bahwa AS melanjutkan penerbangan drone tak bersenjata di Gaza untuk mendukung pembebasan para tahanan Israel.
"Kami terus memberikan saran dan bantuan untuk mitra Israel dalam upaya ini. Kami akan terus membebaskan para sandera," ujar Lawrence.
Militer rezim Zionis mengklaim bahwa 136 sandera Israel masih ditahan di Gaza, termasuk 17 wanita dan anak-anak.
Sementara itu, keluarga tahanan Israel meneriakkan slogan-slogan menentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv dalam aksi protes pada Kamis malam.
Para pengunjuk rasa menuntut pemerintahan Netanyahu segera berunding kembali dengan Hamas untuk membebaskan para tahanan Israel di Gaza.
Surat kabar Zionis, Haaretz sebelumnya menulis dalam sebuah laporan tentang situasi para tahanan Zionis.
Para tahanan yang dibebaskan lebih banyak mengeluh tentang kebijakan kabinet Netanyahu daripada mengkritik Hamas.
Baru-baru ini, perlawanan Palestina mengumumkan bahwa sejumlah tahanan Zionis terbunuh dalam serangan rezim Zionis di Jalur Gaza.