Prancis Semakin Tertekan, Protes Semakin Meluas
(last modified Thu, 01 Feb 2024 04:08:41 GMT )
Feb 01, 2024 11:08 Asia/Jakarta

Protes ekonomi-politik terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali digelar. Kali ini, para petani Prancis turun ke jalan dan jalan raya dengan kendaraan mereka. Mereka memprotes kebijakan ekonomi pemerintah Prancis di bidang pertanian.

Para petani di Prancis, yang dianggap sebagai produsen produk pertanian terbesar di Uni Eropa, memprotes karena mereka tidak menerima gaji yang cukup dan menghadapi pembatasan produksi karena peraturan yang berlebihan mengenai masalah perlindungan lingkungan.

Mereka mengatakan bahwa tekanan dari pemerintah dan pengecer untuk mengurangi inflasi pangan telah membuat banyak produsen tidak mampu menutupi tingginya biaya energi, pupuk dan transportasi.

Aksi demo petani Prancis di jalan-jalan dengan traktor

Rencana pemerintah untuk secara bertahap menghapuskan pengecualian pajak bagi petani terkait bahan bakar diesel, sebagai bagian dari kebijakan transisi energi yang lebih luas, juga disebut-sebut sebagai faktor lain dalam protes tersebut.

Arnaud Rosseau, Ketua Serikat Pertanian Terbesar Prancis FNSEA mengatakan, Tujuan kami bukanlah untuk mengganggu atau menghancurkan kehidupan rakyat Prancis. Tujuan kami adalah memberikan tekanan pada pemerintah untuk mencari solusi agar dapat segera keluar dari krisis ini.

Protes petani Prancis telah berlangsung selama lebih dari seminggu, tapi intensitasnya kini meningkat dan menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.

Di Belgia, para petani yang marah terhadap kebijakan lingkungan Uni Eropa dan impor yang murah telah memblokir jalan menuju pelabuhan Zeeberg.

Alexander De Croo, Perdana Menteri Belgia akan bertemu dengan asosiasi petani.

Menurutnya, Belgia yang saat ini menjabat sebagai presiden Uni Eropa selama enam bulan, akan membahas sejumlah undang-undang pertanian Eropa dengan Komisi Eropa.

Eropa, khususnya Prancis, sedang mengalami masa ekonomi sulit. Kebijakan pemerintahan Emmanuel Macron membuat marah warga Prancis.

Selama beberapa tahun terakhir, kenaikan pajak dan perubahan undang-undang pensiun di Prancis menyebabkan banyak krisis ekonomi dan sosial hingga akhirnya pemerintahan Macron gagal memenuhi beberapa tuntutan para pengunjuk rasa untuk membangun stabilitas yang relatif.

Namun memburuknya permasalahan ekonomi kini telah meningkatkan lingkaran ketidakpuasan.

Meskipun krisis ekonomi pasca epidemi virus Corona dan dampak negatifnya masih memberikan kondisi ekonomi yang sulit bagi negara-negara tersebut, perang antara Rusia dan Ukraina serta intervensi Eropa dalam perang ini telah memperburuk situasi bagi negara-negara Eropa.

Protes ekonomi-politik terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali digelar. Kali ini, para petani Prancis turun ke jalan dan jalan raya dengan kendaraan mereka. Mereka memprotes kebijakan ekonomi pemerintah Prancis di bidang pertanian.

Negara-negara Eropa telah mempersulit kondisi warganya dengan kebijakan mendukung Ukraina dan memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada Ukraina dalam perang dengan Rusia.

Bergabung dengan kebijakan embargo energi Rusia untuk mendukung kemauan dan kebijakan AS telah menyebabkan harga energi meningkat secara signifikan di negara-negara Eropa, dan hal ini di satu sisi telah menyebabkan peningkatan harga barang dan jasa, serta peningkatan inflasi dan kebangkrutan unit produksi.

Di sisi lain, peningkatan anggaran militer dan persenjataan yang disalurkan dari kantong pembayar pajak Prancis telah memicu kemarahan publik di negara ini. Namun, pihak berwenang Prancis terus mendukung Ukraina dalam perang Rusia.

Kedatangan pengungsi ke negara-negara Eropa seiring dengan berlanjutnya perang, serta perubahan beberapa hubungan dan kebijakan luar negeri Prancis, juga mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri dan memperparah permasalahan perekonomian.

Pada saat yang sama, otoritas Prancis di bidang ekonomi telah mempertimbangkan kondisi yang lebih mudah bagi Ukraina dan pertukaran perdagangan dengan negara ini, sehingga para petani Eropa kini memprotes tingginya impor dari Ukraina.

Bagaimanapun, berlanjutnya protes di Prancis dan negara-negara Eropa lainnya telah menjadi mimpi buruk bagi otoritas Eropa. Menanggapi protes besar-besaran para petani yang marah, Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal berjanji akan memberikan bantuan tunai darurat kepada para petani dan juga mengendalikan pangan impor.

Dia mengatakan, Tujuannya jelas yaitu untuk memastikan persaingan yang sehat.

Faktanya, peraturan yang berlaku bagi petani Prancis harus diikuti oleh produk luar negeri juga.

Tampaknya gerakan petani di Prancis merupakan manifestasi lain dari krisis pangan global, yang diperburuk oleh perang antara Rusia dan Ukraina dalam dua tahun terakhir dan berlanjutnya kebijakan intervensionis Eropa.

Bendera Uni Eropa

Para petani Prancis mengancam akan pindah ke Paris, yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas enam bulan lagi, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, sebuah peringatan bagi Prancis dan Uni Eropa.

Spanduk yang dipasang di traktor bertuliskan, Akhir Kami adalah Kelaparanmu, Impian Masa Kecil, Mimpi Buruk Orang Dewasa.(sl)