Pengangguran dan Larinya Modal; Potret Suram Ekonomi Israel Pasca-Serangan Iran
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i174962-pengangguran_dan_larinya_modal_potret_suram_ekonomi_israel_pasca_serangan_iran
Pars Today – Meskipun perang Israel dan Amerika Serikat terhadap Iran, tidak berlangsung lebih dari 12 hari, namun setiap hari dimensi-dimensi baru dari dampak materi, sumber daya manusia, dan ekonomi perang ini terus menampakkan dirinya bagi Israel.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jul 28, 2025 18:58 Asia/Jakarta
  • Pengangguran dan Larinya Modal; Potret Suram Ekonomi Israel Pasca-Serangan Iran

Pars Today – Meskipun perang Israel dan Amerika Serikat terhadap Iran, tidak berlangsung lebih dari 12 hari, namun setiap hari dimensi-dimensi baru dari dampak materi, sumber daya manusia, dan ekonomi perang ini terus menampakkan dirinya bagi Israel.

Perang 12 Hari Israel terhadap Iran, telah menciptakan guncangan ekonomi luar biasa bagi perekonomian Rezim Zionis. Walaupun perang terhitung pendek tapi dampak-dampak materi, sumber daya manusia, dan ekonominya memiliki dimensi yang lebih luas, dan telah mengungkap rapuhnya struktur ekonomi Rezim Israel.
 
Perang telah mengubah kondisi rezim yang mengaku sabagai “rezim kuat” menjadi rezim yang tenggelam dalam berbagai krisis finansial dan sosial.
 
 
Depresi Ekonomi Akut
 
Data-data di pasar tenaga kerja Israel pada bulan Juni 2025 menunjukkan terjadinya depresi ekonomi luas. Angka pengangguran meningkat dari 4,2 persen di bulan Mei menjadi 10,1 persen setara dengan keluarnya 465.000 tenaga kerja dari lapangan pekerjaan, dan tidak pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
 
Penurunan tajam ini disebabkan oleh gangguan pada struktur dan penutupan luas lapangan-lapangan pekerjaan dikarenakan kondisi keamanan, bukan pemecatan luas.
 
Selain itu jumlah tenaga kerja mengalami penurunan bersejarah dari 60,8 persen menjadi 56,8 persen dan ini menunjukkan hilangnya sekitar 292.000 lapangan pekerjaan dalam satu bulan. Artinya perang telah memberikan pengaruh besar pada stabilitas ekonomi Israel, dan meningkatkan kekhawatiran penurunan ekonomi yang lebih besar.
 
 
Naiknya Harga-Harga dan Menurunnya Daya Beli
 
Perang telah menyebabkan naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok terutama bahan makanan dan minuman seperti cokelat, kopi, minuman ringan, dan beras. 52 persen orang Israel, memprotes kondisi buruk yang mereka alami.
 
Jajak pendapat yang dilakukan Facto Strategic Research, afiliasi Calcalist, menunjukkan bahwa kenaikan harga bukan sekadar sebuah gelombang inflasi temporer semata, tapi telah mengubah perilaku konsumsi.
 
Lebih dari 95 persen responden jajak pendapat ini mengumumkan kenaikan tajam biaya hidup, dan sekitar sepertiga responden sedang mempertimbangkan untuk melakukan migrasi permanen dari Israel yang dikenal dengan “keruntuhan sosial”.
 
Selain itu, 80 persen responden menyalahkan pemerintah yang gagal mengelola dampak-dampak perang dan mempertahankan standar hidup. Perubahan gaya hidup juga penting untuk diperhatikan. 99 persen masyarakat telah mengubah gaya hidup mereka.
 
Lebih dari 60 persen pemukim Zionis tidak lagi makan di restoran, 42 persen mengurangi pembelian bahan makanan, dan 36 persen lainnya berhenti memesan makanan dari luar. Kasus-kasus ini mengindikasikan keruntuhan parah perilaku konsumsi, dan “protes sosial senyap”.
 
 
Kerugian Finansial di Luar Perkiraan
 
Biaya langsung perang Israel mencapai sekitar 12 miliar dolar termasuk biaya militer, kerusakan rudal, kompensasi, dan rekonstruksi. Dengan menghitung secara langsung kerugian, jumlahnya ternyata mencapai lebih dari 20 miliar.
 
Biaya langsung perang Israel saja mencapai tujuh miliar dolar, dan ini telah menciptakan keraguan terkait persertujuan anggaran pertahanan tahun 2025. Anggaran yang diusulkan 110 miliar shekel, tapi anggaran nyata meningkat menjadi 200 miliar shekel sehingga menambah beban finansial yang besar bagi pemerintah, dan meningkatkan kekhawatiran terkait stabilitas finansial Rezim Zionis.
 
 
Krisis Kompensasi dan Tak Adanya Dukungan Ekonomi
 
Serangan Iran, telah membawa kerugian finansial yang besar bagi Rezim Zionis. Sampai saat ini Badan Kompensasi Israel telah menerima sekitar 50.000 permohonan, dan pembayaran-pembayaran hingga pertengahan bulan Juli, mencapai lebih dari 2,5 miliar shekel, jumlah ini diprediksi naik menjadi 5 miliar shekel atau 1,5 miliar dolar.
 
Institut Sains Weizmann, sendiri mengalami kerugian sekitar dua miliar shekel. Adam Bloomberg, Deputi ekonomi Sindikat Buruh Israel, menganggap tidak adanya jaringan keamanan ekonomi dalam perang, mengkhawatirkan.
 
Ekonomi Israel, nyaris lumpuh. Kecuali beberapa perusahaan vital, sebagian besar perusahaan tutup. Kondisi yang tidak pernah terjadi meski dalam perang Gaza. Biaya kelumpuhan ekonomi setiap hari mencapai sekitar 1,5 miliar shekel, tapi tidak ada mekanisme apa pun untuk mendukung para buruh, dan perusahaan sehingga ini menjadi ancaman serius bagi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat.
 
 
Krisis Likuiditas dan Pukulan atas Sektor Teknologi
 
Menurut laporan surat kabar Maariv, puluhan perusahaan besar, dikarenakan berhentinya produksi dan gangguan pada rantai ekonomi lain, tidak mampu membayar gaji pegawai. Hal ini dapat menciptakan krisis sosial luas kecuali jika pemerintah atau kompensasi-kompensasi segera menanganinya.
 
Sektor teknologi yang diupayakan Israel selama bertahun-tahun untuk berubah menjadi pusat regional, mengalami pukulan berat akibat serangan Iran. Financial Times, mengutip sumber di bidang perbankan Israel, melaporkan bahwa para investor asing telah meninjau ulang kontrak-kontrak mereka, dan beberapa dana investasi Eropa, telah menghentikan investasi mereka di Israel. (HS)