Apr 24, 2024 12:30 Asia/Jakarta
  • Pemimpin Pan-Afrika, Kemi Seba
    Pemimpin Pan-Afrika, Kemi Seba

Perkembangan di kawasan pesisir pantai Afrika, menunjukkan penurunan hegemoni Barat, dan meningkatnya pengaruh Rusia, Iran, dan Cina, yang sama-sama berusaha menciptakan tatanan global baru.

Rezim-rezim boneka Barat, di seluruh Benua Afrika, dengan cepat berkurang, dan persatuan negara-negara pesisir pantai utara seperti Mali, Burkina Faso, dan Niger, kemungkinan akan menjadi pelopor kebangkitan poros perlawanan di Afrika.
 
Situs berita The Cradle, melaporkan, kemunculan poros-poros perlawanan di berbagai wilayah dunia adalah buah dari proses panjang, dan kompleks yang menyeret dunia ke arah multipolarisme.
 
Dua masalah ini yaitu, perlawanan atas hegemoni Barat, dan kemunculan dunia multipolar, sepenuhnya saling melengkapi satu sama lain.
 
Poros perlawanan di Asia Barat, telah menginspirasi dan meniupkan semangat perlawanan di kawasan pesisir pantai Afrika, mulai dari barat hingga ke timur, dari Senegal, Mali, Burkina Faso, dan Niger, hingga ke Chad, Sudan, dan Eritrea.
 
 
Urgensi Pemilu Senegal Menguatkan Poros Perlawanan Afrika
 
Berbeda dengan Niger, yang mengambil alih kekuasaan dari tangan neo-kolonialisme Barat, melalui kudeta militer, di Senegal proses ini dilakukan melalui pemilihan umum.
 
Kemenangan telak Bassirou Diomaye Faye, 44 tahun, dalam pemilu serentak di Senegal, pada 24 Maret lalu telah membawa negara itu ke era baru.
 
Mantan inspektur pajak yang baru saja keluar dari penjara setelah dikurung selama dua pekan, sebagai pemimpin Afrika pendukung kaum lemah, berhasil menggulingkan kekuasaan pemimpin boneka Prancis, Macky Sall.
 
Presiden baru Senegal, sekarang bergabung dengan Ibrahim Traore, 36 tahun di Burkina Faso, Abiy Ahmed, 47 tahun di Ethiopia, Andry Rajoelina, 49 tahun di Madagaskar, dan Julius Malema, 43 tahun di Afrika Selatan, dalam kerangka era baru di benua ini. Generasi muda Pan-Afrika memusatkan perhatian pada pemerintahannya.
 
Sepertinya poros utama perubahan ini adalah geoekonomi. Senegal telah berubah menjadi salah satu produsen penting minyak dan gas, dan Presiden Faye, bermaksud merundingkan ulang kontrak tambang dan energi negara itu dengan beberapa pihak termasuk British Petroleum, BP, dan operator tambang emas Inggris, Endeavor Mining.
 
Selain itu, Fare juga bermaksud mengganti mata uang CFA franc, alat penjajahan Prancis, yang digunakan di 14 negara Afrika, bahkan berusaha menciptakan mata uang baru dalam rangka mengubah bentuk hubungan dengan neo-kolonialisme Prancis, yang merupakan mitra dagang utama Senegal. Faye juga berusaha menjalin kemitraan win-win dengan Cina.
 
 
Ketakutan AS atas Dekatnya Niger dengan Iran dan Rusia
 
Presiden baru Senegal sampai sekarang masih belum memutuskan apakah ia akan mengusir pasukan Prancis dari negaranya atau tidak. Jika hal ini dilakukan, maka itu akan menjadi pukulan luar biasa bagi Paris, pasalnya Presiden Emmanuel Macron, menganggap Senegal sebagai pemain asli di sekitar Niger, Mali, dan Burkina Faso, yang sudah terlebih dahulu menjauh dari Prancis.
 
Tiga negara tersebut belum lama ini membentuk negara-negara pesisir, dan bukan saja menciptakan mimpi buruk bagi Prancis, setelah beberapa kali dipermalukan, bahkan menciptakan masalah besar bagi AS, yang merupakan simbol nyata kekalahan dalam kerja sama militer Washington dengan Niger.
 
Dapat diduga bahwa negara-negara poros AS, tidak menaruh perhatian serius pada proses diplomatik Rusia dan Afrika, yang mencakup seluruh pemain kunci mulai dari pesisir pantai Afrika, hingga anggota-anggota baru BRICS, yaitu Mesir dan Ethiopia.
 
Sebagai contoh, saat ini AS, setelah pembatalan kontrak kerja sama keamanan, dan mliter, harus menentukan waktu pasti penarikan pasukannya dari Niger. Kenyataannya, Pentagon, tidak bisa lagi hadir di wilayah Niger, dengan dalih memberikan pelatihan militer.
 
AS memiliki dua pangkalan strategis di kota Agadez, dan Niamey, yang telah menguras anggaran Pentagon, lebih dari 150 juta dolar, untuk pembangunannya. Pangkalan AS di Niamey, selesai dibangun pada tahun 2019, dan dipimpin oleh komandan Amerika keturunan Afrika.
 
Kemungkinan sekitar 1.000 tentara AS, akan segera keluar dari Niger, dan orang-orang Amerika, berusaha mencegahnya. Bulan lalu, Molly Phee, Deputi Menteri Luar Negeri AS, untuk urusan Afrika, dua kali melakukan kunjungan ke Niger.
 
Harus diperhatikan, kehilangan pangkalan militer di Niamey, dapat diartikan sebagai kedekatan Niger dengan Rusia dan Iran, dan ini penting untuk mengawasi Bab El Mandeb. Oleh karena itu pada Januari 2024, delegasi besar Niger, berkunjung ke Rusia.
 
 
Dipermalukannya Prancis, dan Respons Potensial AS
 
Rezim-rezim boneka Barat, di seluruh Benua Afrika, mengalami penurunan secara signifikan, dan persatuan negara-negara pesisir pantai Afrika, termasuk Mali, Burkina Faso, dan Niger, kemungkinan akan memimpin kebangkitan poros perlawanan Afrika.
 
Di sisi lain, Rusia, dari sisi diplomasi, dan Cina, dari sisi perdagangan, menunjukkan perhatian khusus pada negara-negara Afrika, sebagai pemain kunci dalam sistem multipolar dunia, melalui peningkatan partisipasi strategis.
 
Kehadiran pemimpin negara-negara Afrika, seperti pemimpin karismatik Pan-Afrika, Kemi Seba, dari Benin, dalam konferensi dunia multipolar, di Moskow, juga berada dalam kerangka masalah ini.
 
Dipermalukannya secara mutlak Prancis, di kawasan pesisir pantai Afrika, kemungkinan menjadi salah satu sebab ancaman Macron, untuk mengirim pasukan Prancis, ke Ukraina, dan menyulut fenomena Rusiafobia, di Armenia.
 
Dari sudut pandang sejarah, negara-negara Afrika, sekutu Uni Soviet dulu, lebih fleksibel, bahkan menganggap negara itu sebagai pendukung sumber-sumber alamnya, dan masalah ini sekarang beralih ke Cina.
 
Persatuan negara-negara pesisir pantai Afrika, sebagai sebuah platform konvergensi regional memiliki syarat-syarat untuk memainkan posisi pengubah kondisi.
 
Kemungkinan Senegal akan bergabung dengan koalisi itu, tapi Guinea, dikarenakan letak geografisnya yang dekat dengan laut, menjadi negara yang sangat penting. Masalah ini menyebabkan bubarnya secara perlahan Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat, ECOWAS yang berada di bawah kontrol negara-negara Barat.
 
Meski demikian sampai kapan pun kita tidak boleh menganggap remeh kekuatan hegemoni Barat. Program komprehensif Pentagon, di Afrika, disusun dalam rangka melawan pengaruh ide multipolar Rusia, Cina dan Iran. Akan tetapi sekarang tidak ada satu negara pun di seluruh pesisir pantai Afrika, yang bersedia membeli kartu "ancaman teroris" AS.
 
Pada saat yang sama, negara Pantai Gading, dianggap lebih strategis bagi AS, dibanding Chad, pasalnya wilayah territorial negara itu dekat dengan koalisi negara-negara pesisir pantai Afrika, dan mungkin drone-drone teror AS, di pangkalan militer Prancis, di Pantai Gading, akan mengawasi negara-negara koalisi itu. (HS)