PBB: Tidak ada Tempat yang Aman di Gaza
Pelapor khusus HAM PBB untuk Palestina mengatakan, tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza.
Seperti diwartakan IRNA, Francesca Albanese, Pelapor khusus HAM PBB untuk Palestina menambahkan, Israel melanggar hukum internasional dan memiliki kekebalan yang diberikan oleh kekuatan besar.
Albanese seraya menjelaskan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza, mengungkapkan dirinya mendukung Afrika Selatan dalam berkas pengaduan terhadap Israel karena melakukan kejahatan genosida di Jalur Gaza.
Berita lainnya, menyusul bertambahnya jumlah syuhada Palestina dalam serangan rezim Zionis ke Gaza, Badan Amnesty Internasional menyeru berbagai organisasi dan negara di seluruh kawasan sejak awal Mei bergabung untuk menghentikan penjualan dan pengiriman sejata kepada Israel.
Aljazeera menyebutkan, Amerika Serikat penyuplai terbesar senjata dan bantuan militer kepada Israel, dan setiap tahun mengirim senjata kepada rezim ini senilai 3,8 miliar dolar.
Penentangan luas di seluruh dunia terhadap pengiriman senjata kepada Israel yang masih terus melanjutkan serangan brutalnya ke Gaza terjadi ketika sejak bulan lalu Washington mengonfirmasi alokasi dana bantuan militer baru sebesar 17 miliar dolar kepada rezim Tel Aviv.
Mohammad al-Hindi, deputi sekjen Jihad Islam Palestina seraya menekankan bahwa israel dengan menyerang Rafah tidak akan pernah berhasil meraih ambisinya, mengatakan, muqawama dalam perundingan Kairo bersikap fleksibel, selain itu pintu perundingan yang memenuhi kebutuhan rakyat Palestina tetap terbuka.
Berlanjutnya serangan rezim Zionis ke Jalur Gaza terjadi ketika keluarga 600 serdadu Israel menentang serangan ke kota Rafah, Gaza selatan.
Kabinet perang Israel hari Senin (6/5/2024) meski ada penentangan internasional, mengizinkan serangan darat ke kota Rafah di selatan Jalur Gaza, dan militer rezim ini mulai hari Selasa lalu memulai serangannya ke kota ini.
Sekaitan dengan ini dan seiring dengan berlanjutnya kejahatan rezim Zionis di Jalur Gaza, Departemen Kesehatan Palestina mengumumkan, sejak 7 Oktober 2023 hingga kini sekitar 35 ribu warga Palestina gugur dalam serangan rezim ini. (MF)