May 24, 2024 17:32 Asia/Jakarta
  • Yahudi Falasha, korban diskriminasi di Israel
    Yahudi Falasha, korban diskriminasi di Israel

Sistem apartheid dan rasisme rezim Israel diketahui masyarakat dunia, dan contoh diskriminasi rasial tersebut adalah kaum Yahudi Falasha.

Menarik orang Yahudi dari negara lain untuk tinggal di wilayah pendudukan Palestina telah menjadi salah satu misi terpenting rezim Israel.

 

Kekalahan dan kegagalan rezim Israel dalam operasi militer yang terutama disebabkan oleh rasa takut dan rendahnya semangat para tentara Israel menyebabkan rezim ini menempatkan unsur Yahudi Falasha (asal Ethiopia) yang mempunyai taraf hidup dan sosial yang lebih rendah di garis depan perang dan di titik-titik yang paling berbahaya.

 

Secara umum, orang-orang Yahudi lainnya tidak terlalu menghargai orang-orang Yahudi Afrika ini, dan terlepas dari diskriminasi mereka, mereka menganggap mereka sebagai manusia yang cacat.

 

Misalnya setelah etnis Yahudi ini merujuk ke rumah sakit pendudukan untuk mendonorkan darah, warga Zionis menolak menggunakan darah mereka, dan meyakini bahwa darah Yahudi Afrika tersebut mungkin membawa berbagai virus.

 

Mayoritas Zionis kulit putih, tidak menganggap Falasha sebagai komunitas Yahudi. Meski demikian rezim mereka masing-masing berpaling kepada mereka pada saat-saat tersulit dalam hidup mereka.

 

Pada tahun 1970, rezim Israel, dengan tujuan meningkatkan populasinya, mengakui Falasha sebagai orang Yahudi untuk mendorong mereka berimigrasi ke tanah Palestina.

 

Kondisi buruk kehidupan dan kemiskinan di Ethiopia mendorong sejumlah besar Falasha pergi ke Palestina pendudukan, dan melakukan tugas paling keras di militer rezim ini.

 

Menurut data yang diumumkan, hampir 160.000 warga Ethiopia saat ini hidup di Palestina pendudukan sebagai warga Israel.

 

Berlanjutnya perang Gaza memicu beragam krisis politik dan sosial di dalam Israel, dan warga Zionis sampai pada keyakinan bahwa "Israel" bukan tempat aman. (MF)

 

Tags