Trump Ingin Jadi Presiden Seumur Hidup: Demokrasi Amerika, Lelucon Sejak Awal
(last modified Mon, 24 Feb 2025 06:56:47 GMT )
Feb 24, 2025 13:56 Asia/Jakarta
  • Trump Ingin Jadi Presiden Seumur Hidup: Demokrasi Amerika, Lelucon Sejak Awal

Analis terkemuka Amerika Serikat Thomas Friedman menilai Presiden AS Donald Trump bermaksud memperpanjang masa jabatannya sebagai presiden seumur hidup, dan dengan melakukan hal itu, ia telah melampaui tokoh-tokoh yang oleh Barat disebut sebagai "diktator."

Thomas Friedman, seorang analis dan kolumnis terkemuka Amerika dalam sebuah artikel untuk New York Times mengungkapkan bahwa Trump menganggap dirinya sebagai pemimpin seperti dewa, dan ia telah mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang selalu menyetujuinya, orang-orang yang tampaknya tidak memiliki garis merah dan yang, karena takut ditinggalkan, terus-menerus mendukung Trump dan posisinya yang tidak bijaksana.

Artikel tersebut mencatat bahwa Trump benar-benar melihat dunia sebagai toko ritel di Trump Tower.

Dalam artikel ini, Friedman menyatakan bahwa Trump siap membalikkan keadaan, dengan menyatakan bahwa ia melihat Eropa sebagai blok perdagangan yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap Amerika Serikat, jadi ia lebih memilih untuk memecah persatuan tersebut dan kemudian bernegosiasi dengan masing-masing negara Eropa secara individual. Tetapi dia tidak tahu dampak buruknya.

Friedman melanjutkan dengan menyatakan bahwa posisi Trump berkontribusi terhadap pertumbuhan kekuatan seperti Rusia.

Menurut analis Amerika ini, posisi Trump didasarkan pada "ketidaktahuan dan kebodohan." Lebih jauh, Friedman percaya bahwa jika tokoh seperti Putin adalah politikus Amerika, niscaya dia akan lebih dekat dengan posisi Trump daripada dengan posisi Partai Demokrat; Oleh karena itu, Trump melihat Putin sebagai sosok yang bisa menjadi salah satu pendukungnya dan menyerang Gedung Capitol AS pada tanggal 6 Januari (2021). Tidak seperti Zelensky, Trump merasakan kedekatan budaya dengan Putin.

Komentator terkemuka ini juga mengemukakan bahwa anggota DPR Amerika membutuhkan dukungan Trump untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam pemilihan paruh waktu AS, dengan mengatakan, "Saya sudah menyerah untuk mengkonfrontasi Trump dengan mekanisme dunia politik, karena setidaknya hingga pemilihan paruh waktu, tidak ada daya ungkit untuk mengendalikannya".

"Sampai saat itu, Senat sepenuhnya mendukungnya. DPR sepenuhnya mendukungnya. Mahkamah Agung mendukungnya. Ekosistem medianya juga sepenuhnya mendukungnya," tulis Friedman

Friedman mengatakan bahwa anggota Partai Republik di Senat dan DPR AS telah benar-benar runtuh dalam tugas pengawasan mereka dan terus-menerus menyanjung Trump.

"Jika aku melakukan sanjungan dan sanjungan tingkat ini, aku tidak akan mampu melihat diriku di cermin... Aku tidak mengenal siapa pun dalam hidupku yang berperilaku begitu bebas,"tegasnya.(PH)