Apakah Kebijakan-Kebijakan Trump telah Membuat Orang Jerman Menangis?
(last modified Mon, 10 Mar 2025 13:07:53 GMT )
Mar 10, 2025 20:07 Asia/Jakarta
  • Apakah Kebijakan-Kebijakan Trump telah Membuat Orang Jerman Menangis?

Parstoday – Penyebab kerenggangan hubungan Amerika Serikat dan Jerman, sejak Donald Trump menjabat presiden adalah intervensinya dalam urusan internal Jerman, sebagai negara terpenting di Eropa, dan upaya merekayasa proses politik di negara ini.

Sejak berkuasanya Trump di AS, 20 Januari 2025, intervensi para pejabat Washington atas urusan internal Jerman, mengalami peningkatan signifikan. Masalah ini telah memicu reaksi negatif dari para pejabat Jerman, dan menciptakan ketegangan di antara dua negara.
 
Michael Schoellhorn, CEO Airbus Defence and Space, menyambut proyek pemerintah mendatang Jerman, untuk meningkatkan biaya pertahanan, dan memperingatkan pembelian peralatan militer dari AS, dan ketergantungan lebih besar pada Washington dalam hal ini.
 
Selain itu sekelompok direktur perusahaan dan institusi terkemuka Jerman, dalam pernyataan bersama, mendesak penambahan anggaran militer dengan memperhatikan situasi geopolitik baru, dan menuntut penghentian proses pembelian jet tempur F-35 dari AS.
 
“Pengoperasian persenjataan semacam jet tempur F-35 membutuhkan update perangkat lunak, perbaikan, dan pemeliharaan teratur yang dikontrol oleh pihak AS, dan ini akan menyebabkan ketergantungan berkelanjutan,” katanya.
 
Kelompok profesional Jerman itu, dengan memperhatikan situasi geopolitik, memperkirakan anggaran militer lebih dari 500 miliar euro sangat diperlukan. Menurut prediksi mereka, daripada digunakan untuk membeli pesawat AS, lebih baik uang itu dipakai membeli drone dan menjaga Laut Baltik.
 
Sementara itu di tengah eskalasi ketegangan AS dan Jerman, surat kabar Inggris, The Telegraph, menulis, “Presiden AS Donald Trump, sedang mengkaji pemindahan ribuan tentara Amerika dari Jerman ke Hungaria.”
 
Jerman adalah sekutu dagang terbesar AS di Eropa. Kebijakan, sikap, dan manuver sepihak AS untuk mengakhiri perang Ukraina, dan di dalam negeri, campur tangan AS, dalam pemilu Jerman, serta dukungan atas kelompok sayap kanan ekstrem, telah menyulitkan Jerman, dan seluruh Eropa.
 
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, sebelum pemilu parlemen terbaru di Jerman, mengancam untuk memutuskan hubungan dengan AS. Ia menegaskan, Jerman akan meningkatkan tekanan sampai AS menyadari bahwa jika tidak berdiri lagi di sisi demokrasi liberal Eropa, maka ia akan kehilangan banyak hal.
 
Kenyataannya apa yang telah menyebabkan kerenggangan hubungan Jerman dan AS sejak naiknya Trump, sehingga meningkatkan protes Berlin atas Washington, adalah strategi intervensi pemerintahan Trump, dalam urusan internal Jerman, sebagai negara Eropa terpenting, dan upaya untuk merekayasa proses politik di negara itu.
 
Kekhawatiran tersebut dapat disaksikan dalam pernyataan pertama Friedrich Merz, Ketua Partai Uni Demokratik Kristen (CDU), pemenang pemilu parlemen Jerman, dan calon Kanselir mendatang negara itu.
 
Merz mengatakan prioritas utamanya adalah mempersatukan Eropa, dengan maksud menghadapi intervensi AS atau Rusia. Sikap ini juga menunjukkan respons tegas atas langkah dan statemen Elon Musk, Penasihat senior Trump.
 
Musk berulangkali mengumumkan dukungannya atas partai sayap kanan ekstrem Alternative for Germany (AfD) selama masa kampanye pemilu parlemen di Jerman, dan menyampaikan protes keras terhadap Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan mendesaknya untuk mengundurkan diri.
 
Saat ini Jerman, khawatir Trump akan berusaha memaksakan kehendaknya di bidang politik, ekonomi, perdagangan, militer, dan keamanan terhadap Jerman, serta mengancam independensi dan kebebasan negara ini.
 
Sebagaimana dikatakan oleh Kepala Konferensi Keamanan Munich, Christoph Heusgen, dengan mata berkaca-kaca dan kesedihan serta keputusasaan para pemimpin Eropa, “Nilai-nilai kita dengan nilai-nilai AS, sudah tidak sejalan lagi, dan AS telah meninggalkan Eropa, demi mendekat ke musuh bebuyutan dan klasik Eropa.”
 
Sekarang suara fasisme sudah keluar dari mulut Trump, dan Wakilnya James David Vance. Dengan memperhatikan beberapa pidato terbaru Vance, di Eropa, sekarang ia dikenal sebagai “Mussolini Baru” di kalangan politisi Eropa, dan partai-partai sayap kanan ekstrem Eropa, untuk sampai ke kekuatan politik dan merebut kekuasaan, berharap pada dukungan politik dan finansial Trump, serta timnya termasuk Elon Musk.
 
Tujuan akhir Elon Musk, yang memiliki banyak kesamaan pemikiran dengan Trump, adalah menciptakan perubahan asasi di arena politik Eropa, dengan mendukung gerakan dan partai-partai sayap kanan ekstrem seperti Alternative for Germany.
 
Dalam pandangan Musk dan Trump, bertambahnya kekuatan partai-partai politik sayap kanan ekstrem di negara-negara Eropa, termasuk Jerman, telah semakin mendekatkan pemikiran dan ideologi dua sisi Atlantik, dan memuluskan jalan untuk meningkatkan pengaruh AS, di negara-negara Eropa, serta membentuk kebijakan-kebijakan mereka dalam rangka tujuan makro AS. (HS)