Baca Ulang Kejahatan Barat | Belanda Melakukan Pembantaian Rawagede Tahun 1947
-
Perlakukan biadab tentara Belanda terhadap warga Indonesia
Pars Today - Kekejaman militer Belanda di Indonesia terjadi selama masa penjajahan Belanda dan juga pasca-Perang Dunia II, terutama selama Perang Kemerdekaan Indonesia (1945–1949).
Menurut laporan Pars Today, salah satu kekejaman terbesar yang dilakukan oleh pasukan Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia adalah pembantaian Rawagede pada tahun 1947. Pembantaian ini melambangkan kekerasan dan penindasan brutal yang dilakukan oleh pasukan kolonial Belanda terhadap penduduk asli Indonesia.
Rawagede adalah sebuah desa kecil di Pulau Jawa yang pada saat kejadian ini telah menjadi tempat berkumpulnya pasukan perlawanan Indonesia. Namun, yang menjadikan insiden ini salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah Indonesia adalah tingkat kekejaman dan kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Belanda dalam menindas rakyat yang tak berdaya.
Pada tahun 1945, setelah berakhirnya Perang Dunia II dan pendudukan Indonesia oleh Jepang, Indonesia memutuskan untuk mendeklarasikan kemerdekaannya. Tindakan ini disambut dengan reaksi cepat dari Belanda, yang ingin kembali ke tanah jajahannya.
Perang Kemerdekaan Indonesia pun dimulai, dan perang ini disambut dengan perlawanan rakyat yang sengit. Pasukan nasionalis Indonesia, yang dipimpin oleh para pemimpin seperti Sukarno dan Muhammad Hatta, berjuang melawan kekuasaan Belanda dan menghadapi perlawanan sengit di banyak daerah, termasuk Jawa, yang merupakan wilayah strategis bagi Belanda.
Rawagede, sebuah desa di Jawa, merupakan salah satu daerah tempat para pejuang Indonesia berada dan berusaha melawan pasukan Belanda. Pada tahun 1947, tentara Belanda memutuskan untuk melancarkan serangan besar-besaran untuk melenyapkan perlawanan di daerah ini.
Operasi militer Belanda, yang disebut "Operasi Product" dimulai, yang bertujuan untuk menumpas kelompok-kelompok perlawanan Indonesia sepenuhnya. Selama operasi ini, pasukan Belanda menyerang desa Rawagede dan menindas seluruh penduduknya dengan kejam.
Dalam operasi ini, pasukan Belanda melakukan pembantaian massal terhadap orang-orang yang tak berdaya. Saksi mata melaporkan bahwa lebih dari 400 warga sipil, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia, tewas dalam pembantaian tersebut.
Dalam banyak kasus, orang-orang dipukuli secara brutal dan beberapa bahkan dibunuh di depan keluarga mereka. Selain pembunuhan, desa-desa dan lahan pertanian juga dibakar, menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi ke daerah lain.
Tujuan utama pasukan Belanda dalam serangan-serangan ini adalah untuk menciptakan rasa takut dan teror di kalangan rakyat Indonesia serta menekan perlawanan di wilayah ini.
Belanda bermaksud untuk menekan kemerdekaan Indonesia dan membangun kembali dominasinya dengan menggunakan taktik-taktik ini. Namun, pembunuhan-pembunuhan ini justru memperkuat semangat perlawanan rakyat Indonesia dan persatuan mereka melawan penjajah.
Pembantaian Rawagede bukan hanya salah satu kekejaman besar yang dilakukan oleh militer Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia, tetapi juga merupakan titik balik dalam sejarah perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan asing.
Seiring berjalannya waktu dan arsip-arsip sejarah dibuka, semakin banyak detail kejahatan ini menjadi jelas, dan rakyat Indonesia menuntut keadilan dan ganti rugi. Meskipun pemerintah Belanda telah secara resmi meminta maaf atas kejahatan ini dalam beberapa dekade terakhir, banyak rakyat Indonesia masih merasa bahwa tindakan-tindakan ini belum mendapatkan balasan yang setimpal.
Pembantaian Rawagede tetap menjadi pengingat akan kebrutalan perang dan kekuatan kolonial yang memperbudak penduduk asli dengan mengorbankan nyawa mereka dan mencoba menghancurkan kebebasan dan kemerdekaan mereka. Peristiwa ini tetap tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai simbol penindasan dan represi, dan masih hidup dalam ingatan kolektif rakyat negeri ini.(sl)