Krisis di Afrika
Negara Mana Saja di Balik Perang Drone di Afrika?
-
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Pars Today - Sebuah media Inggris melaporkan tentang maraknya penyebaran drone murah yang tidak terpantau di Afrika.
Surat kabar Inggris "The Guardian" menulis dalam sebuah laporan, Penyebaran pesawat tanpa awak militer tanpa kendali di Afrika terus berlanjut, dan hampir 1.000 warga sipil telah tewas dalam serangan pesawat tanpa awak militer di seluruh benua ini.
Menurut laporan Pars Today, dalam tiga tahun yang berakhir pada November 2024, setidaknya 50 serangan mematikan oleh pasukan bersenjata tercatat di Afrika.
Menurut laporan ISNA mengutip The Guardian, sebagian besar drone militer di Afrika diimpor dari Turki dan juga dari Cina.
Menurut para ahli militer, drone ini mampu terbang dari jarak jauh selama berjam-jam dan melakukan operasi pengintaian dan serangan udara.
Sejauh ini, penggunaan pesawat nirawak militer telah dikonfirmasi di sedikitnya enam zona konflik di Afrika.
Menurut laporan media-media, Sudan, Somalia, Nigeria, Mali, Burkina Faso, dan Ethiopia termasuk di antara negara-negara Afrika yang telah menyaksikan serangan pesawat nirawak terbanyak.
Serangan pesawat tak berawak oleh angkatan bersenjata Ethiopia terhadap kelompok seperti Front Pembebasan Rakyat Tigray telah menewaskan lebih dari 490 warga sipil dalam 26 serangan terpisah. Di tempat lain, sedikitnya 64 warga sipil tewas dalam sembilan serangan pesawat tak berawak yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Mali terhadap kelompok separatis di wilayah utara negara itu.
Di Burkina Faso, para peneliti juga menemukan bahwa lebih dari 100 warga sipil tewas dalam serangan pesawat tak berawak oleh tentara negara itu.
Penggunaan pesawat tak berawak ini di daerah-daerah berpenduduk padat di Sudan, seperti pasar-pasar di Khartoum, telah menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi warga sipil. Laporan tersebut mengklaim bahwa angkatan bersenjata Sudan telah menggunakan pesawat tak berawak Cina dan Turki, sementara pasukan reaksi cepat telah menggunakan pesawat tak berawak yang dipasok oleh UEA.
Menurut laporan ini, di Burkina Faso, pasukan militer negara itu telah menggunakan "drone Bayraktar TB2" buatan Turki dalam pertempuran mereka. Namun laporan dari sumber lapangan sering kali memberikan gambaran berbeda, menunjukkan bahwa serangan pesawat tak berawak ini mengakibatkan tingginya korban sipil. Misalnya, dalam satu serangan di wilayah tepi pantai pada bulan Agustus 2023, pesawat tak berawak menargetkan pasar di desa Boro, menewaskan sedikitnya 28 warga sipil.
Cora Morris, analis di Drone Wars UK mengatakan terkait hal ini, Telah dilakukan penelitian ekstensif mengenai perluasan penggunaan pesawat nirawak militer dalam perang Ukraina, tapi perhatian yang diberikan terhadap peningkatan penggunaan pesawat nirawak impor yang lebih murah di Afrika, termasuk drone Bayraktar TB2 buatan Turki, masih kurang.(sl)