Hiroshima dan Nagasaki: Delapan Dekade Setelah Kejahatan Nuklir AS terhadap Kemanusiaan
https://parstoday.ir/id/news/world-i177228-hiroshima_dan_nagasaki_delapan_dekade_setelah_kejahatan_nuklir_as_terhadap_kemanusiaan
Pars Today - Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom, yang diberi nama "Little Boy" dan "Fat Man", di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang untuk pertama kalinya dan hingga saat ini, menjadi satu-satunya negara yang menggunakan bom atom.
(last modified 2025-09-22T03:31:03+00:00 )
Sep 22, 2025 10:28 Asia/Jakarta
  • Pengeboman Hiroshima
    Pengeboman Hiroshima

Pars Today - Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom, yang diberi nama "Little Boy" dan "Fat Man", di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang untuk pertama kalinya dan hingga saat ini, menjadi satu-satunya negara yang menggunakan bom atom.

Pengeboman atom kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan tujuan menghancurkan kota-kota tersebut sepenuhnya dan membunuh warga sipil secara massal. Pengeboman ini secara langsung menewaskan ribuan orang pada saat yang bersamaan, dan pada akhir tahun yang sama, lebih dari 140.000 orang telah kehilangan nyawa. Total korban dari kedua pengeboman ini, termasuk efek radiasi jangka panjang, mencapai lebih dari 210.000 orang.

Kejahatan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya

Bom "Little Boy", sebuah bom uranium dengan daya ledak sekitar 13 kiloton, menghancurkan Hiroshima menjadi abu dalam hitungan detik. Kota itu dihuni oleh 280.000 hingga 290.000 orang, sebagian besar warga sipil, dan 43.000 tentara. Ledakan ini melumpuhkan layanan darurat, menghancurkan rumah sakit dan sekolah, serta menewaskan ribuan orang akibat luka bakar dan cedera akibat ledakan.

Hanya beberapa hari kemudian, pada 9 Agustus 1945, bom "Fat Man", sebuah bom plutonium yang lebih canggih, dijatuhkan di Nagasaki. Target awalnya adalah kota Kokura, tetapi lapisan awan tebal memaksa sasaran ke kota itu diubah menjadi Nagasaki.

Tindakan ini merupakan kejahatan yang serupa dengan Hiroshima, dengan korban tewas mencapai puluhan ribu. Serangan-serangan ini dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang nyata, bukan hanya karena daya rusak bom yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga karena penargetan yang disengaja terhadap penduduk sipil dan penghancuran infrastruktur vital.

Rumah sakit, sekolah, pabrik, dan seluruh layanan publik hancur, dan para penyintas, yang dikenal sebagai "hibakusha", menderita konsekuensi fisik dan psikologis yang parah, mulai dari luka bakar dan cacat tubuh yang parah hingga kanker dan penyakit radiasi yang berlangsung selama beberapa generasi. Selain masalah kesehatan, banyak yang menghadapi diskriminasi sosial dan kesulitan ekonomi. Sebagian menghadapi pembatasan berat dalam mencari pekerjaan atau pasangan hidup karena cacat fisik mereka atau ketakutan akan penyakit genetik.

Konsekuensi internasional dan perlombaan nuklir saat ini

Delapan puluh tahun setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dunia menghadapi risiko kembalinya perlombaan senjata nuklir skala penuh. Negara-negara pemilik senjata nuklir, termasuk Amerika Serikat, sedang memodernisasi persenjataan mereka dan memperkenalkan teknologi baru seperti rudal hipersonik dan kecerdasan buatan ke dalam sistem komando dan kendali mereka. Peringatan para ahli tentang kesalahpahaman, kesalahan teknis, dan serangan siber semakin serius.

Buletin Ilmuwan Atom telah menggerakkan jarum "Jam Kiamat" ke 89 detik menjelang tengah malam, sebuah peringatan yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang bahaya pemusnahan manusia. Perjanjian internasional seperti NPT dan TPNW sedang mengalami krisis, dan banyak pemain nuklir, terutama Amerika Serikat, belum membuat komitmen praktis untuk membatasi persenjataan mereka. Tren ini menunjukkan bahwa kejahatan yang dimulai di Hiroshima dan Nagasaki terus berdampak pada politik global dan keamanan manusia.

Kemanusiaan terancam

Hiroshima dan Nagasaki adalah pengingat yang gamblang akan kenyataan pahit bahwa penggunaan senjata nuklir bukan hanya kejahatan perang, tetapi juga ancaman bagi kelangsungan hidup umat manusia. Para penyintas serangan ini, yang dikenal sebagai Hibakusha, memiliki pesan yang jelas, "Ingatlah kemanusiaanmu". Kini, lebih dari sebelumnya, dunia membutuhkan pemikiran ulang tentang kebijakan nuklir, pelucutan senjata yang sesungguhnya, dan penguatan norma-norma internasional untuk mencegah bencana serupa.

Delapan dekade kemudian, pengalaman Hiroshima dan Nagasaki harus menjadi pelajaran sejarah dan peringatan global, kejahatan perang dan agresi militer, jika terus berlanjut tanpa kendali atau moralitas, dapat mengancam generasi mendatang dengan mengorbankan jutaan nyawa. Satu-satunya jalan ke depan adalah komitmen global yang diperbarui untuk perdamaian, perlucutan senjata nuklir, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, jika tidak, dunia akan terus berada dalam risiko bencana nuklir lainnya.(sl)