Mengapa Menkeu AS Menuduh Cina Berusaha Merugikan Ekonomi Global?
https://parstoday.ir/id/news/world-i178352-mengapa_menkeu_as_menuduh_cina_berusaha_merugikan_ekonomi_global
Pars Today - Menteri Keuangan Amerika Serikat menuduh Cina berusaha merugikan perekonomian global.
(last modified 2025-10-15T07:36:43+00:00 )
Okt 15, 2025 17:34 Asia/Jakarta
  • Menteri Keuangan AS Scott Bessent
    Menteri Keuangan AS Scott Bessent

Pars Today - Menteri Keuangan Amerika Serikat menuduh Cina berusaha merugikan perekonomian global.

Menurut laporan Pars Today, seiring meningkatnya ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menuduh Cina berusaha merugikan perekonomian global dan memperlambat pertumbuhannya.

Menkeu AS mengkritik Beijing karena memberlakukan kontrol ekspor baru terhadap unsur tanah jarang yang diumumkan pekan lalu, dengan mengatakan bahwa tindakan itu akan menjadi bumerang.

Bessent mengklaim bahwa "ini adalah tanda kelemahan ekonomi mereka. Mereka ingin menyeret semua orang bersama mereka".

Pernyataan Menteri Keuangan AS ini merupakan pernyataan terbaru Washington terkait meningkatnya ketegangan antara AS dan Cina. Bessent semakin memperkeruh perselisihan dengan menuduh Cina berusaha merugikan perekonomian global.

Seiring meningkatnya ketegangan perdagangan antara Cina dan AS, Beijing telah mengumumkan kontrol komprehensif terhadap ekspor mineral tanah jarang. Sebuah situasi yang mencerminkan dominasinya dalam material yang dibutuhkan untuk teknologi global, pertahanan, dan produksi energi hijau.

Dalam keputusan terbarunya, Cina menambahkan lima mineral tanah jarang ke dalam daftar pembatasan ekspornya, sehingga jumlah total mineral yang berada di bawah kendali lisensi menjadi 12. Pembatasan itu mencakup puluhan peralatan yang digunakan dalam penambangan dan pemurnian. Selain ekspor, Beijing juga telah menerapkan kontrol ketat terhadap pemrosesan unsur-unsur ini untuk meningkatkan ketergantungan negara lain pada teknologi Cina.

Sementara itu, Cina menyatakan bahwa langkah-langkah ini sejalan dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan sejalan dengan kepentingan nasional. Kementerian Perdagangan Cina telah membela kontrol ekspornya terhadap mineral tanah jarang, dengan menekankan bahwa Amerika Serikat menerapkan standar ganda dalam mengenakan tarif dan mengintensifkan langkah-langkah ekonomi.

Tentu saja, Amerika Serikat bereaksi cepat terhadap langkah Cina ini. Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan bahwa ia akan mengenakan bea masuk tambahan sebesar 100 persen sebagai tanggapan atas pembatasan ekspor baru Cina yang sangat agresif terhadap mineral tanah jarang, yang dijadwalkan berlaku pada 1 November.

Namun, Trump mengambil sikap yang lebih lunak pada hari Minggu, 12 Oktober, dengan mengatakan dengan nada yang berdamai bahwa Amerika Serikat ingin membantu Cina, bukan merugikannya. Trump menambahkan dalam sebuah posting di platform media sosial Truth, “Yang terhormat Presiden Xi (Jinping) tidak menginginkan resesi ekonomi bagi negaranya.”

Setelah komentar Bessent, suasana pasar kembali negatif setelah tren kenaikan pada hari Senin yang awalnya tegang dan kemudian mereda karena ancaman Trump.

Terlepas dari tuduhan Menteri Keuangan AS, perang tarif yang dilancarkan Donald Trump terhadap Cina selama masa kepresidenannya telah meletakkan dasar bagi banyak ketegangan ekonomi yang terjadi antara kedua negara. Perang dagang, yang dimulai pada tahun 2018, dipicu oleh pengenaan tarif yang tinggi terhadap barang-barang Cina senilai ratusan miliar dolar oleh AS.

Tujuan yang dinyatakan Trump adalah untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan Cina dan menghadapi apa yang disebutnya sebagai "praktik perdagangan tidak adil" Beijing.

Sebagai tanggapan, Cina memberlakukan tarif timbal balik terhadap barang-barang AS dan berupaya memperkuat rantai pasokan domestik serta mengurangi ketergantungannya pada teknologi Barat. Tren ini mendorong Cina untuk secara bertahap mengadopsi kebijakan untuk melindungi industri strategisnya, terutama di bidang teknologi tinggi.

Pada tahun-tahun berikutnya, ketegangan ini telah meluas ke bidang-bidang yang lebih sensitif seperti ekspor mineral vital dan unsur tanah jarang. Cina, produsen unsur-unsur ini terbesar di dunia, telah memberlakukan pembatasan ekspor dalam beberapa tahun terakhir. Langkah AS ini dipandang sebagai upaya untuk mengganggu rantai pasokan global dan membalas tekanan ekonomi Washington.

Bahkan, langkah Cina baru-baru ini untuk memberlakukan pembatasan ekspor dapat dilihat sebagai kelanjutan dari perang dagang yang dimulai pada era Trump. Langkah-langkah ini bukan hanya menunjukkan meningkatnya persaingan geoekonomi antara dua kekuatan besar dunia, tetapi juga menunjukkan pergeseran pendekatan Cina dari sekadar bereaksi menjadi tindakan yang lebih agresif dalam ekonomi global.

Dengan kata lain, Cina kini menggunakan perangkat ekonominya untuk mendefinisikan ulang aturan main global. Dengan memberlakukan pembatasan ekspor pada unsur tanah jarang, Cina menggunakan sumber daya strategisnya sebagai alat untuk memberikan tekanan geopolitik dan ekonomi terhadap AS dan Barat. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi besar Beijing untuk memperkuat posisi globalnya dan menanggapi perang dagang Washington.

Tujuan utama kebijakan Cina di bidang ini meliputi:

- Manajemen sumber daya strategis:

Cina adalah produsen unsur tanah jarang terbesar di dunia. Unsur-unsur ini vital bagi industri teknologi, militer, dan energi. Dengan membatasi ekspor, Beijing ingin memiliki kendali yang lebih besar atas rantai pasokan global.

- Respons terhadap tekanan AS:

Menanggapi tarif tinggi dan pembatasan teknologi dari Washington, Cina menggunakan sumber daya mineralnya sebagai alat pembalasan.

- Tampilan geopolitik:

Analis Barat melihat ini sebagai bentuk "persenjataan sumber daya" oleh Cina, yaitu, menggunakan bahan baku vital sebagai alat pengaruh dalam persaingan global.

Implikasi global:

- Disrupsi rantai pasokan teknologi:

Industri Barat sangat bergantung pada unsur-unsur ini. Pembatasan Cina dapat mengganggu produksi cip, baterai, dan peralatan militer.

- Meningkatnya persaingan untuk sumber alternatif:

Negara-negara seperti AS, Australia, dan Kanada berupaya mengembangkan sumber domestik dan mengurangi ketergantungan mereka pada Cina.

- Meningkatnya ketegangan perdagangan:

Kebijakan ini telah mengintensifkan perang tarif dan ketidakpercayaan antara dua kekuatan ekonomi.(sl)