Nigeria di Bawah Tekanan AS, Dunia Angkat Suara
https://parstoday.ir/id/news/world-i179612-nigeria_di_bawah_tekanan_as_dunia_angkat_suara
Tiongkok dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan dukungan terhadap kedaulatan dan independensi Nigeria di tengah ancaman yang datang dari Amerika Serikat.
(last modified 2025-11-05T04:28:23+00:00 )
Nov 05, 2025 11:24 Asia/Jakarta
  • Nigeria di Bawah Tekanan AS, Dunia Angkat Suara

Tiongkok dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan dukungan terhadap kedaulatan dan independensi Nigeria di tengah ancaman yang datang dari Amerika Serikat.

Tiongkok dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan dukungan terhadap kedaulatan dan independensi Nigeria di tengah ancaman yang datang dari Amerika Serikat.

Setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai “penganiayaan terhadap umat Kristen di Nigeria” dan ancaman tindakan militer, gelombang reaksi diplomatik dan internasional pun bermunculan.

Menurut laporan Pars Today, pemerintah Nigeria menolak tuduhan Presiden AS tersebut dan memperingatkan bahaya terulangnya skenario “perpecahan ala Sudan,” sementara Tiongkok dan PBB menyerukan penghentian ancaman serta penghormatan terhadap kedaulatan nasional Nigeria.

Tuduhan Amerika Serikat dan Ancaman Intervensi

Menurut The Africa Report, Donald Trump dalam pidatonya mengklaim bahwa “umat Kristen di Nigeria menjadi sasaran penganiayaan dan pembunuhan massal,” serta memperingatkan bahwa Amerika dapat menggunakan “opsi militer dan sanksi ekonomi” apabila pemerintah federal Nigeria tidak bertindak. Media tersebut menyebutkan bahwa ancaman Trump bukan “sekadar gertakan politik,” dan sejumlah penasihat keamanannya tengah meninjau langkah-langkah untuk menekan Nigeria secara langsung.

Sementara itu, laporan Sada News menyebutkan bahwa Departemen Pertahanan AS sedang menilai opsi-opsi potensial untuk merespons situasi di Nigeria, termasuk kebijakan ekonomi yang lebih keras dan kemungkinan intervensi militer terbatas.

Reaksi Tegas Nigeria: Menolak Tuduhan dan Peringatan terhadap Disintegrasi

Menurut Deutsche Welle (DW), Menteri Luar Negeri Nigeria Yusuf Tuggar menyebut pernyataan Trump “tidak berdasar dan tidak sesuai fakta,” seraya menegaskan bahwa pemerintah federal Nigeria berkomitmen pada kebebasan beragama. Ia menambahkan, “Kekerasan internal di Nigeria berakar pada faktor ekonomi dan etnis, bukan agama, dan tuduhan semacam itu dari pihak asing hanya akan memperburuk ketidakstabilan.”

Dalam laporan TRT World disebutkan bahwa Nigeria tidak hanya menolak tuduhan penganiayaan terhadap umat Kristen, tetapi juga memperingatkan terhadap “campur tangan asing dengan dalih hak asasi manusia dan kebebasan beragama.” Para pejabat Nigeria menilai tekanan AS merupakan bagian dari upaya terorganisir untuk “mengubah struktur politik negara,” dan memperingatkan bahwa “jika hal ini berlanjut, Nigeria dapat bernasib sama seperti Sudan.”

Sikap Tiongkok: Menolak Intervensi atas Nama Agama dan HAM

China Daily melaporkan bahwa Beijing mendukung “jalur pembangunan independen Nigeria” dan menentang segala bentuk “pemaksaan politik dari luar.” Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok menegaskan bahwa “setiap negara harus bebas menentukan model pembangunannya sendiri, dan pihak luar tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri dengan menggunakan isu agama atau hak asasi manusia.”

Menurut Anadolu Agency, Tiongkok memperingatkan bahwa penggunaan agama sebagai alat tekanan politik hanya akan memperuncing ketegangan etnis dan keagamaan di negara-negara berkembang. Beijing juga menilai hubungan ekonomi dan keamanan yang erat dengan Nigeria sebagai bukti “kepercayaan strategis dan saling menghormati” antara kedua negara.

Sikap PBB: Seruan untuk Menahan Diri

Dalam lingkup internasional, DefaPress melaporkan bahwa PBB menyerukan kepada Amerika Serikat untuk menahan diri dari ancaman terhadap Nigeria. Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB menekankan bahwa penggunaan bahasa ancaman bertentangan dengan Piagam PBB, dan bahwa segala upaya harus ditempuh melalui dialog serta kerja sama. Ia menambahkan bahwa lembaga-lembaga internasional siap membantu pemerintah Nigeria mengatasi akar permasalahan keamanan secara damai.

Realitas Kekerasan di Nigeria

Analisis CNN mengenai situasi lapangan menunjukkan bahwa kekerasan di Nigeria tidak terbatas pada kelompok tertentu — baik umat Kristen maupun Muslim menjadi korban. Laporan itu menyebutkan bahwa “menggunakan insiden keagamaan semata untuk membenarkan intervensi asing berarti menyederhanakan kompleksitas krisis keamanan Nigeria.” Washington yang hanya menyoroti isu “penganiayaan terhadap umat Kristen” tanpa memperhatikan faktor etnis dan ekonomi justru berpotensi memperparah ketegangan domestik.

Dua Skenario ke Depan

Menurut TRT World dan The Africa Report, krisis Nigeria saat ini lebih bersifat politik dan geopolitik daripada keagamaan. Para analis menilai Washington tengah memanfaatkan isu kebebasan beragama sebagai alat tekanan terhadap pemerintah Nigeria, sementara Tiongkok dan PBB menyerukan penghormatan terhadap kedaulatan nasional serta penyelesaian krisis melalui jalur internal.

Dua skenario kini terbuka bagi Nigeria dan Amerika Serikat:

Eskalasi ketegangan dan tekanan asing yang berisiko memunculkan kembali pola “Sudanisasi.”

Kembali ke diplomasi dan kerja sama multilateral yang dapat membuka jalan bagi stabilitas dan pembangunan mandiri.

Pilihan di antara kedua jalan ini tampaknya akan menentukan masa depan negara terpadat di Afrika — sebuah bangsa yang kini menjadi pusat perhatian dan perebutan pengaruh antara Washington dan Beijing.(PH)