Kesepakatan Perdagangan Bebas Uni Eropa dan Kanada
Di bawah bayang-bayang kekhawatiran yang dipicu oleh gelombang protes besar organisasi non-pemerintah dan sejumlah institusi profesi Eropa, kesepakatan Ekonomi dan Perdagangan Komprehensif Uni Eropa dan Kanada (CETA) akhirnya mulai diterapkan secara penuh sejak hari Kamis (21/9).
Brussels dan Ottawa menandatangani kesepakatan yang disebut-sebut sebagai kesepakatan paling ambisius dalam sejarah Uni Eropa.
Kesepakatan tersebut dijalankan secara penuh ketika parlemen negara-negara anggota Uni Eropa meratifiksinya. Meskipun nota kesepakatan ini ditandatangani oleh pihak Kanada dan Uni Eropa, tapi ratifikasinya oleh 38 parlemen negara anggota Uni Eropa membutuhkan waktu yang relatif cukup panjang.
Dalam pandangan pejabat tinggi Uni Eropa seperti Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, CETA adalah kesepakatan ideal di bidang lapangan kerja dan perdagangan.
Senada dengan pandangan Juncker, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau menilai implementasi CETA akan memberikan keuntungan besar bagi kepentingan nasional Kanada. Oleh karena itu, Juncker dan Trudeau menyerukan supaya kesepakatan ini segera diterapkan secara penuh dan bersifat permanen, sehingga perusahaan dan warga negara kedua pihak, yang merupakan unsur utamanya, bisa memanfaatkan kesepakatan tersebut demi kepentingan masing-masing.
Pada saat yang sama kesepakatan perdagangan bebas CETA menjadi salah satu masalah yang diperdebatkan di tubuh Uni Eropa sendiri. Kubu penentang kesepakatan ini menilai ini kesepakatan CETA kurang peduli terhadap hak konsumen Eropa.
Menurut profesor ekonomi Universitas Harvard, Danny Roderick, manfaat yang bisa diraih dari kesepakatan ini sangat kecil dan tidak adanya keseimbangan pembagian saham dalam kesepakatan CETA sebagaimana yang dijanjikan.
Sementara itu, muncul kritik mengenai proses menuju tercapainya kesepakatan CETA. Dalam waktu yang cukup panjang terjadi pertemuan sembunyi-sembunyi antara pihak Uni Eropa dan Kanada. Pada September 2014 digelar perundingan membahas isi kesepakatan CETA, dan mulai ditandatangani akhir 2016.
Setelah itu, Uni Eropa dan Kanada mulai menjalankan kesepakatan CETA secara terbatas. Namun naiknya kubu pendukung proteksionisme terutama di AS memunculkan kekhawatiran mengenai nasib perdagangan bebas di dunia. Menurut pengamat ekonomi, Shadi Azari, naiknya Trump sebagai presiden AS menjadi acaman paling besar bagi perdagangan bebas dunia melebihi sebelumnya.
Pasalnya, dalam waktu yang relatif singkat setelah memegang kunci Gedung Putih, Trump mulai membekukan kesepakatan perdagangan bebas antarbenua, termasuk dengan Uni Eropa. Kini, salah satu kritik paling keras Uni Eopa terhadap Trump adalah masalah kebijakan proteksionisme Trump dan pembatalan kesepakatan perdagangan bebas yang sudah ditandatangani oleh pendahulunya dengan negara lain.
Di sisi lain, sikap Trump menerapkan proteksionisme sebagai bentuk ketidakpuasannya dengan kesepakatan perdagangan bebas NAFTA, yang ditandatangani AS dengan Kanada dan Meksiko, menyulut kemarahan orang-orang Kanada. Dengan demikian, bagi Uni Eropa, implementasi CETA sebagai langkah penting untuk mewujudkan solidaritas perdagangan dan ekonomi dua arah dengan Samudera Atlantik yang bukan dengan AS, tapi Kanada.