Balasan Cina atas Kebijakan Perang Dagang AS
-
kapal barang
Cina membalas kebijakan Amerika Serikat terkait penerapan tarif baru impor barang ke negara itu.
Presiden Amerika, Donald Trump, 22 Maret 2018 menandatangani dokumen penerapan tarif impor produk baja dan alumunium Cina ke Amerika.
Di sisi lain, Kementerian Keuangan Cina mengumumkan, tarif impor baru produk Amerika ke negara itu sudah diterapkan dan tarif untuk beberapa produk lain segera diberlakukan.
Sebelumnya Beijing memperingatkan langkah Trump dan bertekad melindungi hak dan kepentingan negaranya. Tarif impor baru Cina dikenakan terhadap 128 produk Amerika termasuk daging, buah dan produk ritel hingga 25 persen.
Kebijakan itu diambil Cina sebagai balasan atas langkah Trump menerapkan tarif baru atas produk alumunium sebesar 10 persen dan produk baja, 25 persen. Namun tarif impor baru Amerika itu tidak terbatas bagi Cina saja, tapi bagi beberapa negara lain juga.
Trump untuk sementara menangguhkan penerapan tarif impor baru produk alumunium dan baja untuk Uni Eropa, Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Meksiko dan Korea Selatan, tapi tidak untuk Cina.
Penangguhan penerapan tarif impor produk alumunium dan baja Amerika itu menunjukkan bahwa Trump dengan dalih perang dagang internasional, hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi Cina dan berusaha melemahkan kemampuan bisnis negara itu di arena persaingan ekonomi global.
Keputusan pemerintah Cina menerapkan tarif impor baru bagi produk Amerika dilakukan untuk melawan kebijakan ketat Trump dan diduga hanya untuk melindungi kepentingannya lewat fasilitas yang dimiliki.

Salah seorang pakar bisnis internasional, Saurabh Gupta menyinggung meningkatnya eskalasi perang dagang Beijing-Washington dan mengatakan, persaingan ekonomi Amerika dan Cina, sebagai dua kekuatan besar ekonomi dunia, dapat mengganggu sistem bisnis global.
Langkah balasan Cina jelas akan mempersulit aktivitas ekspor perusahaan-perusahaan Amerika ke negara itu sehingga membuka peluang bagi negara-negara lain yang masuk daftar tarif impor baru Trump untuk mengambil langkah balasan yang sama baik secara sepihak maupun bersama-sama.
Selain itu, munculnya hambatan ekspor bagi perusahaan-perusahaan Amerika ke Cina dapat membangkitkan protes dari mereka terhadap pemerintah Gedung Putih.
Para ekonom Amerika meyakini, perang dagang Washington lebih bersifat politis dan bertentangan dengan slogan perluasan perdagangan bebas yang kerap diteriakkan negara itu, selain juga dapat menurunkan saham mereka di pasar terbesar dunia.
Pada situasi seperti ini, sepertinya perang dagang yang digagas Amerika terhadap beberapa negara saingannya berbeda dari bayangan Trump, justru akan menciptakan kesulitan bagi perusahaan-perusahaan negara itu di bidang ekspor.
Mungkin saja, kebijakan Trump tersebut malah memperkokoh solidaritas di antara negara yang terkena penerapan tarif impor baru dan mendorong mereka untuk bersama-sama melakukan langkah mempersempit ruang gerak bisnis Amerika di level global. (HS/PH)