Lunturnya Pengaruh Global AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sejak berkuasa telah mengambil banyak langkah unilateral dalam menyikapi berbagai isu global. Berbeda dengan fakta, Gedung Putih mengklaim bahwa politik Trump akan mengembalikan kedigdayaan Amerika Serikat sebagai pemimpin dunia; klaim yang mengejutkan banyak analis.
Kekhawatiran banyak pejabat tinggi negara-negara besar dunia khususnya sekutu AS di Eropa terkait politik Trump, membuatnya semakin terkucil sekaligus membuktikan ketidakbenaran klaim Gedung Putih. Trump dalam banyak kasus secara sewenang-wenang mengambil langkah unilateral dan hanya memperhatikan kepentingan AS, termasuk dalam kesepakatan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).
Amerika Serikat menilai dirinya sebagai polisi dunia dan beranggapan mememiliki tugas untuk menyikapi segala masalah global dengan menggunakan kekuatan militer maupun kekuatan ekonomi.
Sementara itu, transformasi dalam sistem internasional saat ini sedang bergerak menuju multipolarisasi dan dengan demikian, politik Amerika Serikat tidak sesuai dengan kondisi internasional yang ada. Politik AS saat ini akan semakin menyudutkan Amerika Serikat di mana Sekjen PBB, Antonio Guterres telah mengakui hal ini. Dalam wawancaranya pada hari Kamis 13 September 2018, Guterres mengakhi bahwa kekuatan lunak AS sedang meluntur.
Sekjen PBB yang memiliki perbedaan pendapat dengan Trump soal berbagai isu seperti perubahan iklim dan pengungsian, menyinggung berbagai kontradiksi pada era kepresidenan Trump. Dikatakannya, "AS saat ini menghadapi berbagai kontradiksi yang dari sisi esensi saling bertentangan; terkait perdagangan dan soal berbagai sikap; dan ini berarti daya tarik AS yang menjadi faktor unggul dalam beberapa dekade terakhir dalam hubungan internasional, saat ini memiliki pengaruh yang lebih kecil."
Guterres lebih lanjut menilai kondisi tersebut sangat berbahaya dan mengklaim bahwa tidak ada solusi untuk berbagai masalah dunia jka tanpa Amerika Serikat."
Dengan mengedepankan politik unilateral dan kinerja sewenang-wenang, Trump sedang mendiktekan tuntutan dan kepentingan Amerika Serikat, bukan hanya kepada para rivalnya, melainkan juga terhadap sekutu Washington di Eropa.
Trump sendiri berulangkali menghardik negara-negara Eropa karena rendahnya tingkat partisipasi mereka dalam pendanaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sementara di satu sisi keluarnya AS dari kesepakatan iklim Paris juga membuat geram negara-negara Eropa.
Tidak hanya itu, pada 8 Mei 2018, Trump mengumumkan keluarnya AS dari kesepakatan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) yang sangat ditentang oleh Eropa.
Politik pemerintahan Trump mengundang banyak kritikan di tingkat global. Marie Cecile Naves, seoarng analis Perancis dalam hal ini mengatakan, "Politik Trump yang bertujuan mengakhiri sistem multipolar di dunia, berdasarkan pada pemaksaan, omong kosong dan transaksi, dan sepenuhnya adalah karakteristik kepribadian Trump. Tampaknya para pejabat Gedung Putih cepat atau lambat akan menyadari bahwa pengaruh AS di dunia telah luntur."(MZ)