Rivalitas Tiga Kekuatan Dunia di Asia Barat
(last modified Wed, 25 Dec 2019 03:50:43 GMT )
Des 25, 2019 10:50 Asia/Jakarta
  • Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Cina Xi Jinping (kanan).
    Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Cina Xi Jinping (kanan).

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berulang kali menyatakan bahwa ia berniat mengurangi kehadirannya di Asia Barat sejalan dengan pengurangan komitmen keamanan Washington di kawasan.

Namun, bukti-bukti menunjukkan bahwa AS tidak hanya belum mengambil tindakan ke arah sana, tetapi justru ingin memperkuat kehadirannya di wilayah strategis ini.

Dalam hal ini, Wakil Menlu AS untuk Urusan Timur Dekat, David Schenker menuding Rusia dan Cina berusaha menyebarkan pengaruh dan mengejar kepentinganya di Asia Barat.

“Washington akan meningkatkan upayanya untuk melawan perkembangan tersebut tahun depan,” ujarnya.

Schenker menuturkan bahwa pada tahun 2020, kita akan menyaksikan peningkatan upaya AS untuk melawan campur tangan Rusia dan Cina di kawasan.

Penekanan Washington untuk memperbesar kehadirannya di Asia Barat dilakukan ketika para pejabat dan masyarakat regional menyatakan bahwa AS adalah pemicu utama ketidakamanan dan instabilitas serta aktor yang menyebarkan terorisme di kawasan.

AS dan sekutunya menyerang Afghanistan pada tahun 2001 dengan dalih memerangi terorisme dan menciptakan keamanan, tetapi sejak masa itu sampai sekarang ketidakamanan, terorisme, dan produksi opium di Afghanistan meningkat signifikan. Di samping itu, Washington telah membuka ruang untuk kegiatan teroris Daesh di negara tersebut.

Pasukan Amerika Serikat di Suriah.

Di Suriah, AS dan sekutunya memberikan dukungan luas kepada kelompok-kelompok teroris termasuk Daesh, untuk menggulingkan pemerintahan sah Suriah, menghancurkan poros perlawanan, dan mengubah perimbangan regional yang menguntungkan rezim Zionis.

AS sampai sekarang masih mempertahankan kehadiran ilegalnya di timur Suriah dengan alasan melindungi ladang minyak.

Di sisi lain, kehadiran militer AS di Teluk Persia meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah negara itu mengakhiri pengecualian sanksi minyak Iran dan menjalankan kebijakan tekanan maksimum.

AS tidak hanya meningkatkan sanksi terhadap Iran ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga telah memperkuat kehadiran militernya di Asia Barat dengan dalih melawan ancaman Republik Islam. Tindakan AS secara praktis telah menimbulkan ketidakstabilan dan rasa tidak aman di kawasan.

Soal pengiriman pasukan tambahan dan peralatan tempur ke Arab Saudi, Pentagon mengklaim bahwa tindakan itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara itu.

Sebaliknya, Rusia telah memperkuat kehadiran militernya di Asia Barat untuk melindungi sekutu regionalnya, terutama Suriah dari rongrongan Barat dan negara-negara Arab pro-Amerika. Moskow juga menyerukan perluasan hubungan dengan negara-negara regional di sektor ekonomi dan perdagangan.

Sementara itu, Cina mengejar beberapa tujuan di Asia Barat. Beijing memandang wilayah Asia Barat khususnya Teluk Persia, sebagai urat nadi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Mereka juga memandang kawasan ini sebagai pasar yang menjanjikan untuk ekspor barang-barangnya.

Di sini, Rusia dan Cina berusaha memperkuat kehadirannya di berbagai arena di Asia Barat dengan maksud melawan unilateralisme dan hegemoni AS. (RM)

Tags