Mencermati Peran Pihak Asing dalam Kelanjutan Perang Baku-Yerevan
https://parstoday.ir/id/news/world-i86268-mencermati_peran_pihak_asing_dalam_kelanjutan_perang_baku_yerevan
Dengan intervensi pihak asing, perang antara Republik Azerbaijan dan Armenia mengalami dimensi yang lebih luas dan lebih dahsyat.
(last modified 2025-10-19T09:24:41+00:00 )
Okt 15, 2020 09:20 Asia/Jakarta

Dengan intervensi pihak asing, perang antara Republik Azerbaijan dan Armenia mengalami dimensi yang lebih luas dan lebih dahsyat.

Dalam hal ini, Kolonel Karen Sarkisian, Direktur Eksekutif Departemen Situasi Darurat Republik Nagorno-Karabakh menyatakan, "Sejumlah besar peralatan militer, amunisi, dan senjata buatan Zionis Israel dan Turki telah ditemukan di kota Khankandi, ibu kota Nagorno-Karabakh, dan pasukan penyelamat Karabakh terus mencari bom dan ranjau darat yang belum meledak."

Terlepas dari keinginan pihak-pihak yang bertikai untuk membuat gencatan senjata dan duduk di meja perundingan, campur tangan asing menghalangi pencapaian tujuan ini. Campur tangan asing, terutama dalam penjualan senjata pemusnah massal dan menempatkan kedua belah pihak dalam situasi kritis, telah menimbulkan dampak yang tidak dapat diperbaiki terhadap penduduk sipil di Republik Azerbaijan dan Armenia.

Menteri Luar Negeri Azerbaijan, Rusia dan Armenia

Sejauh ini, selain perang di jalur kontak dan wilayah sengketa, sebagian kota dan wilayah sipil kedua negara telah menjadi sasaran serangan kedua belah pihak. Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab Mnatsakanyan, sebagai pihak utama dalam perang dengan Republik Azerbaijan, baru-baru ini menegaskan kembali menawarkan gencatan senjata Pemerintah Yerevan.

Menteri Luar Negeri Armenia pada konferensi pers bersama dengan Sergey Lavrov, timpalan Rusia-nya di Moskow mengatakan, "Yerevan siap untuk berbicara dengan pihak Azerbaijan setelah gencatan senjata di wilayah tersebut untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh, asalkan pihak Azerbaijan mematuhi perjanjian gencatan senjata."

Menanggapi usulan pemerintah Armenia tersebut, Kementerian Pertahanan Republik Azerbaijan mengeluarkan pernyataan, "Pasukannya berkomitmen penuh untuk gencatan senjata kemanusiaan, dan operasi militer telah dihentikan oleh pasukannya."

Tidak ada keraguan bahwa menciptakan gencatan senjata antara pasukan Azerbaijan dan Armenia tidaklah mudah. Kedua negara telah berulang kali menandatangani perjanjian gencatan senjata selama tiga dekade terakhir. Faktanya, sejak penandatanganan perjanjian gencatan senjata pertama antara Baku dan Yerevan pada 12 Mei 1994, kedua belah pihak telah berulang kali saling tuduh melanggar gencatan senjata.

Perjanjian gencatan senjata kedua antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Nagorno-Karabakh ditandatangani pada bulan April 2016. Tahun ini, telah terjadi dua bentrokan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Nagorno-Karabakh. Bentrokan pertama tahun ini terjadi pada 12 Juli, di luar wilayah pendudukan. Tujuan perang ini adalah untuk menyatakan tidak stabilnya jalur transmisi energi Republik Azerbaijan, yang mengangkut minyak dan gasnya melalui Georgia ke Turki. Bentrokan bulan Juli secara langsung dikaitkan dengan persaingan Rusia-Turki di wilayah tersebut.

Kasus terakhir konflik terjadi pada 27 September tahun ini, dan tidak seperti bentrokan sebelumnya antara militer Azerbaijan dan Armenistan, yang berumur pendek, perang September terus berlanjut. Mengingat situasi saat ini antara pihak-pihak yang bertikai dalam konflik Nagorno-Karabakh, terutama campur tangan asing, tidak mungkin untuk mengharapkan gencatan senjata baru.

Dalam hal ini, Mohsen Pak Ayeen, mantan Duta Besar Iran untuk Republik Azerbaijan, merujuk pada pelanggaran gencatan senjata oleh dua negara tetangga, meyakini, "Gencatan senjata antara Armenia dan Republik Azerbaijan akan tetap stabil jika pendudukan tujuh kota di Republik Azerbaijan diakhiri, dan gencatan senjata yang langgeng antara kedua negara tidak mungkin sampai masalah wilayah Republik Azerbaijan diselesaikan."

Nagorno-Karabakh

Terlepas dari kenyataan perang antara militer Azerbaijan dan Armenia, perlu dikatakan bahwa sejauh ini peringatan dari negara-negara independen kawasan dan lembaga internasional tidak mencegah berlanjutnya sengketa wilayah antara Baku dan Yerevan. Selama tiga minggu terakhir, puluhan ribu warga sipil dari kedua negara telah mengungsi sekali lagi.

Jelas bahwa dengan berlanjutnya konflik Nagorno-Karabakh, proses pengungsian negara-negara pihak yang bertikai akan semakin meluas. Sejatinya, provokasi Republik Azerbaijan dan Armenia untuk melanjutkan perang oleh pihak asing, maka yang kalah adalah bangsa-bangsa di kawasan. Pihak asing, di sisi lain, akan memperoleh keuntungan besar dari memprovokasi pihak yang bertikai.