Penjualan Senjata Api Meningkat di AS
Sejak Maret 2020, penjualan senjata di Amerika Serikat meningkat tajam dan hal ini menimbulkan kekhawatiran atas terjadinya kerusuhan dan kekacauan di negara ini.
Menurut AFP yang dikutip CNN, toko-toko senjata api di AS memberikan laporan tentang peningkatan tajam penjualan mereka semenjak Virus Corona, COVID-19 menyebar di negara ini.
Hal itu terjadi diduga berkaitan dengan adanya kekhawatiran sebagian penduduk AS mengenai gejolak sosial sebagai dampak dari penyebaran pandemi COVID-19.
"Penjualan kami meningkat 800 persen. Persediaan saya masih ada, tetapi sebentar lagi bisa habis," kata pemilik toko senjata Dong's Guns, Ammo and Reloading, David Stone, di Tulsa, Oklahoma, seperti dilansir CNN pada Maret 2020.
Menurut Stone, kebanyakan pembelinya saat ini adalah mereka yang masih awam soal senjata api. Makanya mereka tidak banyak memilih dan membeli apapun jenis senjata yang tersedia.
"Ini karena kekhawatiran akibat Virus Corona. Saya sendiri tidak mengerti dan saya pikir hal itu tidak beralasan," kata Stone.
Sejumlah pemilik toko senjata di AS selain Stone juga mengatakan hal yang sama. Mereka menyaksikan penjualan senjata meningkat karena orang-orang khawatir jika kondisi layanan kesehatan dan ekonomi terganggu sebagai dampak Virus Corona maka bisa memicu gejolak di masyarakat.
Pemilik toko senjata Lynnwood Gun, Tiffany Teasdale, yang berada di Washington bahkan mengatakan pembeli rela antre di depan tokonya satu jam sebelum dibuka.
"Kami punya masa yang kami sebut hari sibuk, dimana kami bisa menjual 20 sampai 25 pucuk senjata api. Sekarang kami bisa menjual sampai 150 pucuk senjata," kata Teasdale.
Teasdale bahkan sengaja menyewa tukang pukul untuk memeriksa latar belakang pembeli dan menjaga kondisi toko tetap tenang.
Menurut Teasdale, saat ini seluruh persediaan senjata api jenis shotgun dan amunisinya di seluruh AS semakin menipis. Peluru untuk pistol juga semakin sulit didapat.
"Banyak orang membeli shotgun, pistol, (senapan semi otomatis) AR-15, apapun," ujar Teasdale.
Teasdale mengatakan seluruh pembelinya saat ini adalah orang awam atau pemula. Untuk itu dia harus memeriksa latar belakang konsumen, sekaligus memberi saran bagaimana mereka harus mempergunakan senjata tersebut.
"Pembelinya lelaki, perempuan, tua, muda, semuanya beli senjata. Termasuk dari seluruh latar belakang dan ras, kulit hitam, Asia, India, keturunan Latin," jelas Teasdale.
Dari hasil perbincangan dengan konsumen, Teasdale mendapat berbagai cerita unik. Salah satunya mengaku sengaja membeli senjata karena takut setelah melihat dua orang terlibat duel hanya karena berebut air mineral di toko.
Lain lagi dengan penduduk di Utah, Nick Silverri. Dia mengatakan sengaja membeli shotgun untuk melindungi diri, tetapi kini kesulitan mendapatkan amunisi.
"Shotgun sepertinya senjata api yang cocok untuk melindungi diri jika Covid-19 akibat virus corona membuat orang-orang menjadi liar dan gila," ujar Nick.
Jordan McCormick, direktur pemasaran perusahaan pembuat senjata api, Delta Team Tactical, mengatakan mereka kini bekerja tanpa henti untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Sebagian besar produk yang mereka buat adalah senapan AR-15.
"Pekan lalu semua hal berubah menjadi gila. Itu seperti menyiram api dengan bensin," ujar McCormick. (RA)