Mengapa Trump Bersikeras Melanjutkan Kebijakan Tekanan Maksimum yang Gagal terhadap Iran?
https://parstoday.ir/id/news/world-i89443-mengapa_trump_bersikeras_melanjutkan_kebijakan_tekanan_maksimum_yang_gagal_terhadap_iran
Beberapa hari sebelum berakhirnya pemerintahan Donald Trump, Amerika Serikat memperluas cakupan sanksi terhadap Iran guna melanjutkan kebijakan tekanan maksimal. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah mengumumkan bahwa Washington telah menambahkan Organisasi Industri Maritim, Organisasi Industri Dirgantara dan Organisasi Industri Penerbangan Iran ke dalam daftar sanksinya.
(last modified 2025-10-30T12:51:29+00:00 )
Jan 16, 2021 18:14 Asia/Jakarta
  • Donald Trump dan Mike Pompeo
    Donald Trump dan Mike Pompeo

Beberapa hari sebelum berakhirnya pemerintahan Donald Trump, Amerika Serikat memperluas cakupan sanksi terhadap Iran guna melanjutkan kebijakan tekanan maksimal. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah mengumumkan bahwa Washington telah menambahkan Organisasi Industri Maritim, Organisasi Industri Dirgantara dan Organisasi Industri Penerbangan Iran ke dalam daftar sanksinya.

Menteri Luar Negeri AS mengklaim dalam sebuah pernyataan bahwa penyebaran senjata konvensional Iran menimbulkan ancaman bagi keamanan regional dan internasional, dan dalam pernyataan tak berdasar menggambarkan program nuklir damai Iran sebagai "ancaman berkelanjutan" bagi keamanan internasional.

Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS

Pemerintahan Trump telah melakukan segala daya untuk melawan Iran selama beberapa tahun terakhir, menyusul penarikan dari kesepakatan nuklir JCPOA pada Mei 2018. Dalam hal ini, Washington telah menempatkan dalam agenda pengenaan sanksi ekstensif terhadap berbagai sektor ekonomi Iran. Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, Presiden AS Donald Trump telah berupaya menerapkan kebijakan sanksi untuk mencapai tujuannya terhadap semua negara yang tidak mengikuti kebijakan Washington, sebagaimana sanksi berat yang dilakukan terhadap Venezuela dan Rusia.

Dalam kasus Iran, Trump juga telah mencoba untuk memaksa Iran merundingkan kesepakatan yang diinginkan Washington, dengan menarik diri dari JCPOA dan meluncurkan kampanye tekanan maksimum. Namun, bukti ekonomi dan politik menunjukkan bahwa pemerintah AS telah gagal dalam kebijakan ini.

"Kebijakan tekanan maksimum Presiden AS Donald Trump terhadap Iran telah gagal memberikan hasil yang diinginkan setelah dua tahun implementasi," tulis situs berita AS Insider Arabia, tanpa menyebutkan pelanggaran AS.

Sekalipun demikian, sanksi AS terhadap negara lain terus berlanjut dengan berbagai dalih politik, perdagangan, keamanan, dan bahkan hak asasi manusia. Faktanya, Trump berniat untuk melanjutkan pendekatan sepihak serta mengejar kepentingan dan aspirasi Washington, tanpa mengindahkan independensi berbagai negara dan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.

"Seluruh dunia bosan dengan sanksi AS terhadap negara-negara yang pemimpinnya tidak setuju dengan Washington," kata Alexander Novak, Menteri Energi Rusia.

Namun, wabah penyakit Covid-19 dan perlunya kerja sama global untuk menyediakan berbagai peralatan medis dan kesehatan membuat situasi di banyak negara menjadi kritis. Dalam kasus Iran, pejabat negara itu telah berulang kali berbicara tentang efek negatif sanksi AS pada sektor obat-obatan dan perawatan, serta menyebutnya sebagai hambatan bagi akses Iran ke obat-obatan, barang-barang dan peralatan medis.

"Alasan sanksi adalah independensi dan ketidakpatuhan pemerintah Iran dengan kebijakan AS," kata Noam Chomsky, pemikir Amerika Serikat terkemuka, dan mencatat bahwa sanksi terhadap Iran tidak memiliki legitimasi.

Noam Chomsky, pemikir Amerika Serikat terkemuka

Sekarang, hanya beberapa hari sebelum meninggalkan Gedung Putih, Trump telah menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Faktanya, di hari-hari terakhir masa kepresidenannya, Trump berusaha mengintensifkan tekanan dengan menjatuhkan sanksi kepada negara-negara yang tidak menyerah atas tuntutannya, dan berusaha membenarkan kegagalan kebijakannya dengan menyalahkan program nuklir dan pertahanan damai Iran. Tampaknya kelanjutan kebijakan di hari-hari terakhir ini harus dianggap sebagai sisa-sisa pecahan terakhir presiden Amerika Serikat yang gagal.