Perempuan dalam Perspektif Rahbar
(last modified Sun, 08 Jan 2023 09:32:13 GMT )
Jan 08, 2023 16:32 Asia/Jakarta
  • Pertemuan Rahbar dengan aktivis perempuan Iran
    Pertemuan Rahbar dengan aktivis perempuan Iran

Pekan lalu, Rabu, 4 Januari 2023, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei bertemu dengan sejumlah aktivis perempuan di bidang budaya, sosial dan ilmiah.

Pertemuan ini digelar menyusul permintaan sejumlah aktivis perempuan tahun lalu untuk menggelar pertemuan khusus dengan Rahbar. Di antara tema yang diusung di pertemuan ini adalah pemanfaatakan kapasitas perempuan yang lebih arif, efisien dan rasional di berbagai level pengambilan keputusan di negara. Rahbar sendiri menyebut masalah ini sebagai salah satu kekhawatiran dirinya dan harus ditemukan jalan untuk merealisasikannya.

Dalam pertemuan ini, Rahbar juga menyebutkan perbedaan posisi perempuan di Islam dan Barat. Seraya menjelaskan pandangan Islam terhadap perempuan sangat tinggi, Rahbar menyebutkan isu perempuan dan hak-haknya dihadapan pengklaim palsu Barat sebagai sebuah tuntutan. " Modernisasi Barat... yang mengatakan hal yang sama dalam semua aspek kehidupan sejak sekitar dua ratus tahun yang lalu; Kami menuntut mereka, mereka sangat bersalah, mereka bersalah dalam masalah perempuan; Mereka memukul, mereka melakukan kejahatan," ungkap Rahbar.

Ayatullah Khamenei selanjutnya mengungkapkan posisi perempuan dalam Islam dan mengatakan bahwa dari segi nilai, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam. Pandangan Islam tentang laki-laki dan perempuan adalah pandangan tentang manusia. Dalam sistem nilai Islam, “manusia” itu yang pamdang. Seraya mengatakan bahwa “kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam bidang kemanusiaan dan nilai-nilai Islam merupakan salah satu kemutlakan Islam”, Rahbar membacakan surat Al-Ahzab ayat 35. Dalam ayat ini, Tuhan menyebutkan 10 karakteristik utama seperti menjadi seorang muslim, iman, ibadah, kejujuran, kerendahan hati, kesucian, dll, dan laki-laki dan perempuan adalah sama dalam pahala mereka.

Tentu saja ada perbedaan mengenai kewajiban timbal balik antara laki-laki dan perempuan. Pemimpin Revolusi Islam mengatakan,“Tugas timbal balik laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain, tetapi ada keseimbangan. Hukum suci dalam Al-Qur'an dalam Surat Al-Baqarah (bagian dari ayat 228) mengatakan: ‌وَ لَهُنَّ مِثلُ الَّذی عَلَیهِنَّ بِالمَعرُوف / Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf, .. yaitu, setiap tugas atau kewajiban yang diberikan kepada seseorang, ada hak untuk itu. Setiap poin diberikan kepada masing-masing, ada tugas di depannya; Keseimbangan sempurna. ../

Dalam Islam, tanggung jawab sebanding dengan sifat alami laki-laki dan perempuan. Perbedaan fisik, mental dan spiritual antara pria dan wanita. Pemimpin Revolusi Islam itu menganggap adalah kesalahan untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan itu dan menyamakan laki-laki atau perempuan dengan jenis kelamin lain dalam tingkah laku dan tutur kata.

Kemudian Ayatullah Khamenei membahas posisi perempuan di sistem kapitalis. Rahbar menyinggung bahwa berbeda dengan apa yang dikatakan Islam, di sistem kapitasi laki-laki menjadi prioritas dari perempuan. Ayatullah Khamenei menilai asas utama sistem kapitalisme adalah keunggulan modal dari manusia. Menurutnya, dalam pandangan kapitalisme setiap orang bisa mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin, mengumpulkan materi sebanyak mungkin, dan tentu saja dengan memperhatikan karakteristik laki-laki dalam sistem kapitalisme, maka sebenarnya sistem kapitalisme adalah sistem patriarki.

"Tujuan utama pembahasan masalah kebebasan perempuan di negara-negara Barat, adalah untuk menyeret kaum perempuan dari rumah ke pabrik, sehingga perempuan dapat digunakan sebagai tenaga kerja murah," imbuhnya.

Menurut pemimpin Revolusi Islam itu, sistem kapitalis menindas perempuan dengan dua cara. Pertama, dalam “pekerjaan” itu sendiri, yang berarti dibandingkan dengan pekerjaan yang sama, upah perempuan lebih rendah daripada upah laki-laki, karena lebih lemah dan mudah ditindas. Sejak abad ke-19 dan seterusnya, atas nama kebebasan, perempuan ditarik keluar dari rumah dan dipekerjakan di pabrik dengan upah lebih rendah. Seperti isu kebebasan orang kulit hitam di Amerika dan Perang Saudara Amerika (1860) yang menewaskan lebih dari satu juta orang. Perang antara Amerika Utara dan Selatan dengan dalih membebaskan budak kulit hitam. Namun kenyataannya, industri Utara membutuhkan tenaga kerja murah, mendorong para petani budak di Selatan melarikan diri untuk bekerja di pabrik dengan upah rendah. Menurut Ayatullah Khamenei,"Kecurangan tuan-tuan Barat yang beradab dalam berbagai masalah adalah seperti ini."

Penindasan kedua dari sistem kapitalis terhadap perempuan adalah perempuan menjadi pemuas laki-laki. Pemimpin Revolusi Islam mengatakan tentang hal ini,“Setiap orang bekerja untuk meyakinkan wanita bahwa keistimewaannya adalah jenis perilaku yang meningkatkan daya tarik seksualnya bagi pria; ... Ini adalah kisah yang sangat menyedihkan; Saya telah membaca begitu banyak hal di bidang ini yang benar-benar tidak dapat [diungkapkan]. Di salah satu majalah Amerika - mereka memberikannya kepada saya tujuh, delapan, sepuluh tahun sebelumnya - seorang kapitalis Amerika yang sangat terkemuka yang, misalnya, memiliki lusinan restoran berantai yang sangat modern, maju, dan indah, mengumumkan bahwa dia sedang merekrut gadis-gadis muda; wanita muda dengan ciri-ciri yang dia sebutkan; Salah satu cirinya adalah pakaian dan rok mereka harus lebih tinggi dari lutut; Mereka juga memotretnya, jadi seharusnya seperti ini! Maksud saya, Anda tahu, perencanaan untuk bisnis, untuk industri, untuk kehidupan konvensional di gang dan jalanan sedemikian rupa sehingga orang yang bernafsu dapat memenuhi syahwatnya dengan mata, atau tanpa mata (melihat) ! Nah, ini benar-benar merusak martabat wanita; Ini mereka merusak kehormatan wanita. Kasus terburuk adalah apa yang saya sebutkan: untuk membawa masalah ke titik di mana wanita itu sendiri - seorang wanita muda atau seorang gadis muda - melihat kebaikannya sendiri dalam tampil sedemikian rupa sehingga dia dapat menarik perhatian pria kepadanya dari aspek seksual ! Sekarang pria yang mana? Seorang pria sedang berjalan di jalan. Membawa wanita itu ke kesimpulan ini adalah pukulan terbesar yang mereka berikan kepada perempuan. »

Inilah arogansi Barat, yang meski mengabaikan martabat perempuan, menganggap dirinya sebagai pembawa standar hak-hak perempuan. Kecenderungan kekerasan seksual di Barat (me too) menunjukkan pandangan seksis peradaban Barat terhadap perempuan. Menurut Rahbar, "Inilah arti dari apa yang disebut kebebasan perempuan dalam bahasa fasik orang Barat. Ini bukan kebebasan, tapi penyanderaan dan pelecehan....yang selalu mereka ungkapkan. Di tempat kerja, di jalan dan pasar, di mana pun, bahkan di organisasi kuat dan terorganisir seperti tentara - di mana perempuan juga ada - pelecehan dilakukan! Hari ini, Anda melihat bahwa di lingkungan Barat ada perdagangan seks, ada perbudakan seksual, melanggar semua batasan moral dan manusia, menormalkan dan melegalkan hal-hal yang dilarang di semua agama. ...(seperti) homoseksualitas dan kata-kata semacam itu tidak hanya terkait dengan Islam; Ini adalah salah satu pantangan utama dalam semua agama; ..mereka membuat ini legal".

Masalah lain yang berkaitan dengan perempuan adalah masalah keluarga. Ayatullah Khamenei menganggap kehadiran perempuan dalam keluarga sebagai udara dalam atmosfer keluarga, yang tanpanya tidak mungkin bernafas. Keluarga tidak dapat dikelola tanpa kehadiran perempuan, tanpa aktivitas dan rasa tanggung jawab perempuan. Rahbar menganggap perempuan sebagai istri, sebagai perwujudan cinta dan kedamaian di rumah, di mana laki-laki merasa nyaman di sampingnya. Menurut Pemimpin Revolusi Islam itu, peran keibuan perempuan adalah peran hak hidup. Karena seorang wanita adalah penghasil makhluk yang lahir darinya... oleh karena itu, ibu memiliki hak hidup terhadap anak-anaknya.

Ayatullah Khamenei menyatakan bahwa umat manusia berlanjut dengan “ibu-ibu” dan bahwa ibu-ibu adalah sumber perpindahan unsur-unsur identitas nasional, dan menyatakan,“ Identitas nasional merupakan hal yang penting, yaitu identitas suatu bangsa, kepribadian suatu bangsa terutama ditularkan oleh ibu-ibu; Bahasa, kebiasaan, tata krama, tradisi, moral yang baik, kebiasaan yang baik, semua ini terutama ditularkan oleh ibu. Sang ayah juga berpengaruh, tetapi jauh lebih sedikit daripada sang ibu; Ibu memiliki pengaruh terbesar dalam menaburkan benih keimanan di hati; Para ibulah yang melahirkan anak itu sebagai orang yang beriman. "Iman" bukanlah pelajaran yang diajarkan seseorang untuk dipelajari; Iman adalah pertumbuhan, pertumbuhan rohani yang perlu diungkapkan; Inseminasi ini dilakukan oleh ibu... akhlaknya sama. Jadi peran [nya] sangat fantastis."

Di akhir pidatonya, Ayatullah Khamenei menyinggung secara global kemajuan perempuan di Pemerintah Republik Islam Iran di berbagai bidang keilmuan, kedokteran, teknologi modern, olah raga dan lainnya...Dalam kesempatan pertemuan ini, di salah satu dinding Husseiniyah Imam Khomeini, tempat pertemuan ini diadakan, tertulis sebuah riwayat dari Imam Shadiq as, اکثر الخیر فی النساء (Sebagian besar dimiliki perempuan).