Insiden Berdarah Rask dan Tujuan Di baliknya
Hari Jumat (15/12/2023) para teroris menyerang markas polisi di kota Rask. Dalam insiden ini sejumlah polisi Republik Islam Iran gugur.
Pada Jumat pagi (15 Desember 2023), sekelompok teroris menyerang markas polisi di kota Rask, provinsi Sistan dan Baluchistan, tenggara Iran, menyebabkan banyak korban tewas dan ada pula yang luka-luka. Tak lama setelah insiden teroris ini, kelompok teroris "Jaish al-Dhulm" mengambil tanggung jawab atas serangan pengecut ini dan mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa pasukannya menyerbu markas komando Faraja (komando polisi Republik Islam Iran) di kota Rask pada pukul dua dini hari.
Menyusul serangan teroris dan kematian 12 polisi, duka cita diumumkan di provinsi Sistan dan Baluchistan di Iran pada hari Sabtu.
Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi, setelah serangan teroris di markas polisi kota Rask, menyampaikan pesan belasungkawa kepada rakyat Iran dan menyatakan simpati yang mendalam kepada keluarga para syuhada yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam tindakan pengecut ini. Sayid Ebrahim Raisi meminta aparat keamanan dan penegak hukum segera mengidentifikasi pelaku kejahatan keji ini agar bisa dihukum atas perbuatan memalukan tersebut.
Menteri Dalam Negeri Iran juga mengatakan pada hari Sabtu pada upacara perpisahan para syuhada serangan teroris di kota Rask, mengatakan bahwa orang-orang muda yang terkasih ini menjadi martir oleh orang-orang paling kejam di dunia, dan menekankan: kelompok teroris dan kubu anti-pemerintah harus tahu bahwa salah menguji orang-orang yang telah teruji, revolusi ini selama usianya telah menyumbangkan banya syuhada ini dalam membela negara dan teguh ke arah itu.
Ini bukan pertama kalinya kita melihat serangan terhadap kepolisian dan masyarakat Sistan dan Baluchistan di perbatasan timur Iran. Sebelumnya, berbagai kelompok teroris, termasuk kelompok Jaish al-Dhulm, membunuh sejumlah warga Iran dengan serangan terhadap masyarakat umum dan pasukan polisi di Sistan dan Baluchistan. Namun fakta bahwa kita menyaksikan serangan berdarah seperti ini dalam situasi saat ini, berdasarkan kondisi internasional dan regional, tujuan dan faktor di balik serangan tersebut dapat dinilai dari beberapa aspek:
Poin pertama adalah menempatkan Iran di bawah tekanan sejalan dengan tekanan keamanan maksimum terhadap Republik Islam Iran setelah kegagalan tekanan maksimum sanksi Amerika. Dalam gerakan-gerakan tersebut, terdapat kerja sama yang luas antara Amerika, Inggris dan Israel, dan mereka menjadikan wilayah perbatasan timur, selatan dan barat Iran sebagai pusat kegiatan spionase dan militernya, sehingga dapat menerusak keamanan wilayah tersebut, khususnya. Provinsi Sistan dan Baluchistan.
Republik Islam Iran sejauh ini telah menangkap banyak mata-mata dan teroris dalam hal ini dan menghukum mereka atas tindakan mereka, seperti baru-baru ini hukuman mati terhadap seseorang yang diadili dan dihukum karena memiliki hubungan dengan dinas asing, termasuk Mossad, dieksekusi di Sistan dan Baluchistan. Bulan lalu, sejumlah mata-mata lainnya dijatuhi hukuman mati karena berkolaborasi dengan kelompok teroris Jaish al-Dhulm.
Orang-orang ini dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Revolusi dengan dakwaan menjadi anggota kelompok Jaish al-Dhulm, melakukan kerusakan di muka bumi melalui partisipasi dalam aksi teroris dua pengeboman Kantor Polisi 12 Zahedan, ikut serta dalam aksi teroris pengeboman bom di rute mobil patroli polisi yang mengakibatkan beberapa petugas polisi terluka, merusak fasilitas umum dan pemerintah, serta menyelundupkan peralatan pembuatan bom.
Tujuan kedua dilakukannya serangan teroris ini adalah untuk mengganggu keharmonisan dunia Islam khususnya Republik Islam Iran dengan negara tetangganya, termasuk tetangga timur. Salah satu prioritas pemerintahan ke-13 Republik Islam Iran adalah memperkuat hubungan persahabatan dan mengembangkan kerja sama komersial dan militer dengan negara tetangga, termasuk Iran dan Pakistan.
Dalam beberapa bulan terakhir, kita telah melihat perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan Iran dengan Afghanistan dan Pakistan. Pertukaran dan kunjungan yang sering dilakukan delegasi ekonomi, komersial, budaya dan militer Republik Islam Iran dengan Afghanistan dan Pakistan, termasuk pertemuan keamanan otoritas perbatasan Pakistan dan Iran, koordinasi mereka, pembentukan beberapa pasar perbatasan, dan sebagai jasilnya, perbatasan Iran dan kedua negara ini relatif stabil, termasuk di provinsi Sistan dan Baluchistan, adalah hal-hal yang dapat dengan mudah ditoleransi oleh musuh-musuh negara-negara di kawasan. Akibatnya, dengan serangan-serangan tersebut, mereka berusaha mengobarkan kecurigaan otoritas negara-negara tersebut terhadap satu sama lain dan menciptakan kesalahpahaman di antara mereka.
Poin ketiga adalah menciptakan perpecahan mazhab dan etnis antara Syiah dan Sunni, etnis Baluch dan non Baluch di Provinsi Sistan dan Baluchistan Iran. Di satu sisi, kelompok teroris seperti Jaish al-Dhulm secara keliru memperkenalkan diri mereka sebagai perwakilan masyarakat Baloch dan mengklaim membela hak-hak masyarakat Baloch, tapi mereka membunuh orang-orang yang tidak bersalah dalam serangan mereka, dan di sisi lain, sejumlah tokoh etnis atau agama yang merupakan tangan musuh dan mereka berusaha mengobarkan perbedaan agama dan etnis di Sistan dan Baluchistan dengan kata-kata mereka yang memiliki dua sisi dan bermakna.
Namun berkat kewaspadaan masyarakat dan pihak berwenang di wilayah tersebut, rencana mereka berhasil digagalkan dan dari waktu ke waktu, mereka berusaha mencapai tujuan mereka yang gagal dengan menumpahkan racun mereka melalui serangan berdarah. Seperti yang dikatakan Menteri Dalam Negeri Iran dalam pidatonya menanggapi kejadian baru-baru ini, yang menyatakan bahwa keinginan para pejuang kita tidak akan membiarkan para teroris memiliki momen damai, dia mengatakan bahwa musuh mencoba menciptakan perpecahan di antara kaum Syiah dan Sunni, tetapi hari ini Anda melihat Syi'ah dan Sunni bersatu dan berdampingan. Mereka juga hadir pada upacara pemakaman dan tindakan musuh tidak membawa hasil.
Bagaimanapun, kini, di satu sisi, semacam keharmonisan kerakyatan telah muncul di antara negara-negara Muslim dalam masalah Gaza, dan di sisi lain, hubungan antara Republik Islam Iran dan negara-negara tetangganya berada di jalur yang benar dan mengalami kemajuan, plot musuh juga meningkat secara paralel. Dan hal ini mengharuskan negarawan dan masyarakat di negara-negara di kawasan untuk tetap waspada dan tidak tertipu oleh plot musuh, dan selain itu, lembaga hak asasi manusia internasional mempunyai kewajiban untuk mengutuk serangan-serangan tersebut dan kegiatan-kegiatan kelompok teroris untuk membawa perdamaian, keamanan dan ketenangan bagi bangsa-bangsa.
Seperti yang dikatakan Stéphane Dujarric, juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam waktu setempat: Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk serangan hari ini terhadap markas besar polisi di provinsi Sistan dan Baluchistan Republik Islam Iran, yang dilakukan oleh kelompok "Jaish al-Adl" (Dhulm) dan berdasarkan laporan tersebut menyebabkan sedikitnya 11 orang tewas, dan menekankan perlunya mengadili para pelaku serangan ini."
Lebih lanjut seraya pentingnya mengadili dan menghukum pelaku serangan terori ini, ia menuntut pelaku serangan keji ini secepatnya diserahkan ke pengadilan.