Gugurnya Sang Imam Kebijaksanaan
Hari-hari ini Makam Suci Imam Ridha as di kota Mashhad diselimuti duka dan berselubung kain hitam mengenang kesyahidan Imam kedelapan Muslim Syiah. Makam suci Imam Ridha as, yang sebagaimana biasanya selalu menjadi sandaran hati para peziarah dan pecinta Ahlul Bait as, sekarang diliputi suasana duka.
Imam Ali bin Musa Al Ridha as menerima tugas keimamahan dan estafet kepemimpinan Muslimin pada tahun 183 Hq di usia 35 tahun, pasca kesyahidan ayah beliau Imam Musa Kadzim as. Masa keimamahan beliau berlangsung hingga tahun 201 Hq.
Di tahun yang sama, dengan kelicikannya, Khalifah Makmun Abbasi meminta Imam Ridha berangkat ke Marv. Atas tekanan dan paksaan Khalifah Makmun, akhirnya Imam Ridha meninggalkan Madinah menuju Marv, pusat kekuasaan Makmun.
Perjalanan Imam Ridha ke Marv adalah salah satu bagian penting dari kehidupan beliau, karena lebih dari sebelumnya, perjalanan itu menunjukkan keagungan nilai spiritualitas dan kedudukan luhur Imam Ridha.
Terbukti, begitu mengenal Imam Ridha, masyarakat Marv dan Khorasan langsung jatuh hati kepada beliau. Mereka berlomba-lomba melihat Imam Ridha dari dekat dan mengikuti ceramah serta diskusi beliau untuk menikmati lezatnya hakikat.
Imam Ridha tinggal di Marv, Khorasan selama sekitar dua tahun, setelah itu di tahun 203 Hq atas perintah Makmun beliau diracun dan akhirnya mereguk cawan syahadah pada hari terakhir bulan Safar.
Imam Ali bin Musa Al Ridha as sebagaimana Rasulullah Saw dan Maksumin yang lain, adalah teladan dan standar akhlak mulia serta penghambaan kepada Allah Swt. Beliau menyeru masyarakat untuk menjauhi keburukan akhlak dan kekotoran jiwa.
Dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, Imam Ridha menumbuhkan benih-benih Tauhid dan kecintaan pada Tuhan di tengah masyarakat dan membimbing mereka ke jalan penghambaan Tuhan dan kebahagiaan abadi.
Imam Ridha berkata, ukiran di cincin Nabi Isa as adalah dua kalimat yang diambil dari Injil, yaitu berbahagialah hamba yang mengingatkan akan Tuhan dan celakalah hamba yang melalaikan dari Tuhan.
Imam Ridha menjalankan tugas keimamahan Islam dan memimpin Muslimin selama 20 tahun. Di masa yang merupakan masa keemasan ilmu pengetahuan itu, Imam Ridha membuat para ulama besar agama lain dan para teolog tercengang karena keluasan ilmu dan argumen-argumen ilmiahnya yang kokoh. Mereka juga takjub dengan ilmu dan penguasaan sempurna Imam Ridha atas kitab-kitab suci agama lain.
Para intelektual Islam percaya, perkataan Imam Ridha adalah penjelasan ayat-ayat Al Quran seputar tauhid, kenabian, imamah, maad, keimanan dan kekufuran, dan secara umum merupakan deskripsi ajaran-ajaran akidah Islam menurut Al Quran. Kenyataannya, nasehat, teladan dan akhlak Imam Ridha adalah penjelasan ayat-ayat akhlak Al Quran.
Pada saat yang sama, Al Quran tampak jelas dan menemukan wujudnya dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan Imam Ridha. Ibrahim bin Abbas terkait hal ini menuturkan, ceramah, jawaban, penjelasan dan bukti-bukti yang disampaikan Imam Ridha seluruhnya berasal dari Al Quran dan beliau selalu mengkhatamkan Al Quran setiap tiga hari sekali.
Imam Ridha berkata, jika aku ingin mengkhatamkan Al Quran lebih cepat dari tiga hari, pasti aku lakukan, tapi aku tidak pernah melewatkan satu ayatpun tanpa merenungi ayat tersebut dan asbabu nuzulnya.
Salah seorang sahabat Imam Ridha pernah bertanya kepada beliau, bagaimana pendapat anda tentang Al Quran ? Imam Ridha berkata, Al Quran adalah firman Tuhan, jangan melanggar batas-Nya dan jangan mencari hidayah kecuali dari Al Quran, karena engkau akan tersesat.
Dengan penjelasan ini, Imam Ridha menerangkan bahwa hidayah dan jalan kebahagiaan hanya dapat ditemukan pada ajaran Al Quran, sebaliknya mendahului dan tertinggal darinya berarti kesesatan.
Imam Ridha menyebut Al Quran sebagai tali yang kokoh dari langit dan ajaran agung Tuhan yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka mendapatkan surga dan terhindar dari api neraka.
Al Quran tidak pernah lekang dimakan zaman dan meski dibaca berulang-ulang, nilai dan pengaruhnya tidak pernah berkurang, karena Allah Swt tidak menurunkan Al Quran hanya untuk masa tertentu. Al Quran adalah hujjat dan dalil bagi setiap manusia di seluruh fase kehidupannya yang diturunkan Tuhan.
Imam Ridha as dikenal sebagai Aalimu Aali Muhammad. Aba Salat menukil riwayat tentang Imam Musa Kadzim as berbicara kepada putra-putranya, saudara kalian Ali bin Musa adalah mata air pengetahuan Ahlul Bait. Maka sampaikan permintaan dan pertanyaan-pertanyaan agama kalian kepadanya dan ingatlah semua yang telah ia ajarkan kepada kalian.
Makmun kerap mengadakan sejumlah majelis debat untuk Imam Ridha as. Ia bermaksud meruntuhkan keluhuran ilmu dan kebenaran Ahlul Bait as. Dalam setiap majelis itu, Makmun mengundang para cendekiawan dari berbagai agama dan mazhab, dan meminta mereka untuk berdebat dengan Imam Ridha dengan harapan bisa mengalahkan beliau.
Namun berbeda dengan apa yang dibayangkan Makmun, perdebatan-perdebatan yang diikuti Imam Ridha dengan para cendekiawan dari sejumlah agama ternyata tidak menguntungkan Makmun, sebaliknya membawa masalah baginya dan kekhalifahannya.
Makmun menyadari bahaya bahwa perdebatan-perdebatan tersebut justru menarik perhatian dan simpati para ilmuwan dan masyarakat kepada Imam Ridha karena kecerdasan, kesucian dan kemuliaan beliau. Di sisi lain, acara tersebut justru memberikan peluang kepada Imam Ridha untuk menjelaskan tentang kebenaran keimamahan beliau.
Hal itu memaksa Makmun membatasi hubungan Imam Ridha dengan para pemuka agama dan pendukungnya, sehingga ia menghentikan majelis-majelis debat tersebut. Makmun memerintahkan Muhammad bin Amr Thusi untuk menjauhkan masyarakat dari majelis-majelis ilmu dan ceramah Imam Ridha as.
Imam Ridha as juga menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah-masalah spiritual dan ibadah. Beliau adalah manusia yang paling taat beribadah kepada Allah Swt dan paling suci di masanya. Imam Ridha memberikan makna yang sebenarnya kepada kemanusiaan nyata dengan unsur-unsur kesempurnaan dan sifat mulia yang dimilikinya.
Raja bin Abi Zahak berkata, aku bersumpah kepada Tuhan, aku tidak pernah melihat manusia yang lebih bertakwa, paling banyak berzikir dan paling takut kepada Allah Swt, selain Ali bin Musa Al Ridha. Beliau selalu membantu menyelesaikan permasalahan Muslimin dan sangat bekerja keras menyelesaikan permasalahan masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka.
Imam Ridha selalu menjenguk mereka yang sakit dan menjamu tamu dengan segala kerendahan hati, dan keluasan ilmunya membuat para pembesar dan pemikir Dunia Islam mendatangi beliau.
Selama masa kepemimpinannya, Imam Ridha mendidik banyak pemikir Islam yang menghasilkan banyak karya di berbagai bidang seperti tafsir Al Quran, hadis, akhlak, fikih dan pengobatan Islam.
Imam Ridha menjelaskan ajaran-ajaran Islam yang membebaskan bagi masyarakat. Di Madinah, beliau punya banyak murid yang selalu berkumpul untuk menimba ilmu dari beliau. Salah satu murid Imam Ridha adalah Zakaria bin Adam, yang merupakan wakil Imam di kota Qom.
Dalam suratnya untuk Zakaria, Imam Ridha berkata, Allah Swt menjauhkan marabahaya dari kota Qom karena keberadaanmu, sebagaimana Allah Swt menjauhkan bencana dari kota Baghdad karena keberadaan Imam Musa Kadzim as. Murid unggul Imam Ridha yang lain adalah Yunus bin Abdurahman, Shafwan bin Yahya, Hassan bin Mahbub dan Ali bin Maysam.