Ekonomi Resistensi dan Dukungan Terhadap Produk Nasional
Guna meningkatkan perekonomian sebuah negara, bukan hanya pemerintah yang bertanggungjawab menjalankan program ekonomi yang menguntungkan, tetapi masyarakat juga ikut bertanggungjawab atas perekonomian negara mereka. Mungkin tidak jauh dari fakta bahwa kewajiban masyarakat terhadap perekonomian negara tidak lebih kecil dari kewajiban pemerintah dalam hal ini.
Mendukung produksi dalam negeri dengan membeli produk asli dan domestik adalah langkah yang dapat dilakukan oleh setiap warga guna meningkatkan ekonomi domestik mereka. Gerakan ini sekarang disebut "Ekonomi Muqawama" atau Ekonomi Resistensi. Mendukung produksi domestik negara adalah cara pasti untuk keluar dari krisis ekonomi.
Studi tentang sejarah ekonomi berbagai negara, terutama negara-negara maju, menunjukkan bahwa mereka semua, dalam periode sejarah kehidupan ekonomi mereka, melalui manajemen impor, menerapkan dukungan terhadap produk domestik dan secara tidak langsung mereka telah menerapkan ekonomi resistensi. Bahkan masyarakat dan pemerintah negara-negara tersebut, pada beberapa periode, beralih ke barang domestik, memberikan kesempatan kepada produsen domestik untuk bersaing dengan produk asing serupa. Hal ini telah menyebabkan kemajuan dan peningkatan kualitas produk domestik, sedemikian rupa sehingga sekarang mereka telah menadi eksportir produk domestik.
Korea Selatan adalah salah satu negara yang tidak memiliki ekonomi yang makmur selama setengah abad, namun mampu mencapai statusnya saat ini dengan menerapkan program ekonomi berdasarkan kapasitas domestik. Produksi Domestik Bruto Korea Selatan pada tahun 2014 mencapai 1450 miliar dolar AS, dan berada peringkat ke-13 dunia. Selama dekade terakhir, negara ini telah menjadi pemimpin pasar berkembang di Asia Timur sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan dapat menjadi model terbaik bagi negara-negara lain di bidang ekonomi yang sukses.
Korea Selatan, yang lebih miskin dari Mozambik dan Bolivia, kini berada di antara negara-negara maju di dunia. Peningkatan luar biasa ini adalah karena dukungan masyrakat Korea terhadap produksi dalam negeri. Orang Korea memiliki kepekaan dan bias tinggi terhadap barang-barang dalam negeri mereka dengan cara menolak mengkonsumsi barang-barang asing yang sama.
Misalnya, terlepas dari fakta bahwa mobil seperti Toyota, Mercedes-Benz, BMW dan lain-lain, memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada mobil Korea, namun mobil asing tersebut jarang dilihat di jalanan Korea Selatan, dan kebanyakan masyarakat memilih membeli merek-merek kendaraan dalam negeri, seperti Hyundai dan KIA Motors. Sangat menarik untuk dicermati bahwa di sebagian besar negara dunia, mobil yang digunakan untuk acara formal adalah Mercedes-Benz sementara di Korea Selatan, yang digunakan adalah produk dalam negeri.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, salah satu negara yang dapat mencapai kemajuan signifikan berkat upaya pemerintah dan rakyatnya adalah Jepang. Fakta bahwa Jepang telah menjadi kekuatan besar di Asia dalam waktu kurang dari lima dekade dan setelah beberapa dekade menjadi kekuatan ekonomi internasional, kini negara tersebut menjadi fokus perhatian para ekonom dunia.
Banyak peneliti yang mendalami faktor keberhasilan Jepang khususnya pada sektor pendidikan yang efektif dengan kualitas tinggi dan investasi tinggi dalam pengembangan sumber daya manusia. Sistem pendidikan tersebut telah mampu mengajarkan konsep dasar pada diri siswa sejak kecil. Kerja keras dan loyalitas individu kepada organisasi tempat mereka bekerja, rasa komitmen terhadap pertumbuhan dan pengorbanan untuk negara, serta kesiapan untuk memperbaiki kegagalan dan mengakui kekeliruan, kesediaan untuk melakukan kerja kolektif, termasuk perilaku mengagumkan yang diajarkan Jepang kepada setiap warganya.
Orang Jepang belajar dari masa kanak-kanak bahwa kepentingan nasional adalah prioritas, dan warga negara harus bekerja sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Ini adalah aturan yang diungkapkan oleh pengusaha abad ke-19, bankir dan filsuf Jepang Shibosawa Eichi (1840-1931).
Setelah perang, warga Jepang bekerja lebih dari empat belas jam sehari untuk membangun negara mereka dan memajukannya. Jam kerja Jepang rata-rata pada tahun 1983 lebih dari negara lain, yaitu 2152 jam, atau 254 jam lebih tinggi dari Amerika Serikat. Ciri positif dari warga Jepang adalah bahwa mereka hidup sederhana dan menekankan konsumsi produk dalam negeri.
Negara lain yang setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, mampu mencapai kemajuan ekonomi pesat dalam waktu singkat adalah negara Jerman. Transformasi besar ini dikenal sebagai keajaiban ekonomi Jerman.
Setelah Perang Dunia II, perubahan politik yang sesuai di negara ini memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi signifikan. Jerman fokus pada kemajuan ekonomi mereka dengan meningkatkan produksi nasional, yang merupakan pilar kunci dari ekonomi resistensi. Dalam ekonomi yang tangguh, produksi nasional menjadi prioritas, dan juga didukung oleh kondisi tenaga kerja dan investasi domestik.
Budaya kerja dalam masyarakat Jerman telah menjadi sebuah nilai, sehingga setiap orang Jerman memiliki komitmen yang kuat dan teguh terhadap pekerjaannya. Kebijakan pemerintah dan upaya rakyat Jerman telah mengarah pada kesimpulan bahwa produksi domestik Jerman sekarang memiliki kualitas luar biasa di berbagai bidang. Sekarang Jerman dipandang sebagai ekonomi terbesar dan terkuat di Eropa dan zona euro.
Kontrol impor, pelatihan dan pengembangan keterampilan pegawai dan buruh, penekanan pada industri berbasis pengetahuan dan peningkatan kemampuan, manajemen dan kedisiplinan, penyimpanan dan penghematan serta pola konsumsi yang benar, merupakan kunci keberhasilan perekonomian Jerman. Yang lebih penting lagi, masyarakat Jerman menolak mengkonsumsi produk luar negeri, yang terkadang memiliki perbedaan harga dan kualitas, guna membantu negara.
Produk domestik dan dukungannya merupakan sebuah teka-teki multilapis. Negara-negara yang punya kekuatan di bidang ini telah mencoba banyak cara. Mereka telah menempatkan pertumbuhan ekonomi di garis terdepan dan mereka telah menciptakan sebuah budaya dalam masyarakatnya.
Melihat secara teliti dan terfokus pada kemajuan ekonomi negara-negara maju, akan jelas bagi kita bahwa semua negara tersebut telah mengurangi impor selama periode waktu tertentu dan mendongkrak produksi dalam negerinya. Misalnya, Amerika Serikat, yang menempati peringkat pertama dalam ekonomi global, telah lama terisolasi dan tidak mengijinkan impor produk luar negeri, dan sekarang masyarakatnya merasakan dampaknya. Tentu saja, Jepang dan Korea Selatan juga menempuh jalur yang sama.
Pada periode itu, produksi domestik akan meningkat dan masyarakat akan mendapat manfaat dari produksi nasional mereka. Kesempatan ini membuat pabrik-pabrik domestik mampu bersaing dengan menawarkan produk yang lebih unggul dan terjangkau, dan kompetisi tersebut akan meningkatkan kualitas produk mereka. Dukungan pemerintah kepada produsen, dengan menutup pintu masuknya produk asing dari waktu ke waktu, akan membuat orang membeli barang-barang domestik guna membantu perekonomian negara. Dengan membeli orang-orang dari produk domestik dan dukungan mereka, produsen juga akan berusaha untuk menyediakan produk-produk berkualitas lebih baik.
Peran masyarakat dalam mengkonsumsi produk dalam negeri merupakan masalah yang memerlukan sebuah pembudayaan . Doktor Mehdi Sadeqi Shahedani, seorang ekonom Iran mengatakan, budaya negara sehingga bertindak seperti Jepang dan Korea daripada barang dari negara lain untuk mengkonsumsi barang negara mereka digunakan. ini tergantung pada sistem budaya negara bagaimana bisa pikiran mempengaruhi konsumen. "Kita melihat di seluruh dunia bahwa konsumen tidak dipaksa untuk mengkonsumsi produk nasional, tetapi dalam hal ini diperlukan sebuah pembudayaan, misalnya di Jepang dan Korea telah dibudayakan dalam masyarakatnya untuk mengkonsumsi dan membeli produk dalam negeri dan bukan produk asing ini dan ini bergantung pada kebijakan pembudayaan yang dilakukan pemerintah."
Secara lebih jelas, Doktor Shehedani menyinggung kunci kemajuan ekonomi dengan mengatakan, "Satu hal dalam sejarah perdagangan yang harus diketahui; dukungan terhadap produk dalam negeri akan membuat Anda kaya."