Iran, 40 Tahun Pasca Revolusi Islam (29)
-
Perayaan ulang tahun kemenangan Revolusi Islam Iran di Tehran. (dok)
Amerika Serikat melakukan banyak konspirasi terhadap Republik Islam pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran. Pada awal kemenangan Revolusi Islam, Kedutaan Besar AS di Tehran menjadi sarang mata-mata dan pusat koordinasi di antara kekuatan anti-revolusi.
Sejak awal kemenangan revolusi, AS memulai konspirasi untuk mengalahkan revolusi ini dan memaksa bangsa Iran menyerah. Paman Sam tahu betul bahwa kemenangan Revolusi Islam akan membahayakan kepentingan ilegal Amerika di kawasan, karena Revolusi Islam menyebabkan kebangkitan bangsa Iran dan mendorong sebuah perubahan penting.
Selama 40 tahun terakhir sejak kemenangan Revolusi Islam, arogansi global yang dipimpin AS berulang kali melakukan banyak kejahatan terhadap rakyat Iran. Salah satu kejahatan ini menembak jatuh pesawat komersial Iran dengan 290 penumpang. Aksi keji ini dilakukan oleh kapal perang Vincennes di perairan Teluk Persia pada 3 Juli 1988.
Aksi Amerika melawan Iran telah memasuki arena kompetisi internasional dalam satu dekade terakhir dan dirancang dalam konteks isu-isu seperti, masalah nuklir dan Iranphobia dengan tujuan mengisolasi dan mengucilkan Republik Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah arahan kepada para pejabat negara tahun lalu mengatakan, "Banyak persoalan kita dengan AS benar-benar tidak mungkin diselesaikan, karena masalah AS dengan kita adalah (keberadaan) kita sendiri yaitu Republik Islam sendiri, bukan karena hak asasi manusia. Amerika punya masalah dengan nafas Republik Islam.”
Fakta ini adalah sebagian dari realitas penyebab dan akar permusuhan Amerika dengan Iran. AS ingin menampilkan citra negatif dan mengesankan Revolusi Islam sebagai ancaman serta memperkenalkan Republik Islam Iran sebagai sebuah gerakan perusak stabilitas di wilayah Asia Barat. Padahal, strategi Amerika sendiri telah menciptakan tantangan keamanan di lingkungan sekitar Iran selama bertahun-tahun.

Pada dasarnya, esensi kebijakan AS belum berubah dan merupakan kelanjutan dari konspirasi yang sama di masa lalu, tetapi dalam kemasan baru yang bisa dilihat dari keputusan-keputusan Presiden Donald Trump di masa sekarang.
“Amerika sedang mencari kesempatan untuk memaksakan kehendaknya atas bangsa Iran, dan esensi Amerika saat ini adalah sama dengan esensi Amerika era Reagan, dan sama sekali tidak ada perbedaan antara Demokrat dan Republik,” ujar Rahbar.
Jadi permusuhan Amerika terhadap Iran tidak pernah berhenti. Pemerintah AS dengan melanggar janji dan komitmennya, berulang kali memperlihatkan bahwa mereka berusaha mencelakakan bangsa Iran dan menghancurkan sistem Republik Islam.
Namun, bangsa ini telah menunjukkan perlawanan terhadap arogansi, ancaman, dan sanksi Amerika dan Eropa. Mereka tidak mundur dari membela hak dan independensinya, dan selama semangat revolusioner ini masih ada, maka kekuatan mana pun tidak akan mampu mencelakakan bangsa Iran.
Pada upacara pengukuhan kepresidenan Hassan Rouhani di Tehran, Ayatullah Khamenei menuturkan, “…Pada tahun-tahun itu, beberapa pihak seperti pejabat Amerika saat ini secara terbuka memusuhi bangsa Iran dan trik beberapa (dari mereka) juga ibarat tangan besi dalam sarung tangan beludru, tetapi semua desain ini justru telah meningkatkan rasa percaya diri masyarakat dan para pejabat Iran dan menemukan cara-cara untuk melawan trik musuh."
Hari ini sistem Republik Islam Iran menikmati stabilitas sosial, keamanan, persatuan nasional, dan kekuatan pertahanan. Iran terus bergerak untuk mencapai kemajuan ilmiah dengan tetap memegang prinsip-prinsip revolusi.
Menurut Ayatullah Khamenei, keselamatan Iran dari (cengkraman) hegemoni kejam Inggris dan Amerika sudah cukup untuk membuktikan stabilitas kekuatan Republik Islam Iran. “Keselamatan negara dari keburukan rezim despotik dan monarki turun-temurun, perlawanan terhadap semua konspirasi selama 40 tahun terakhir, dan peningkatan kredibilitas dan martabat Iran di kawasan dan dunia adalah indikasi lain dari kekuatan Republik Islam,” ungkapnya.I

Pemerintahan Islam menang menghadapi front musuh selama delapan tahun perang yang dipaksakan. Ketangguhan ini bisa disaksikan dari kemenangan rakyat Iran dalam Revolusi Islam dan Perang Pertahanan Suci, serta dari perlawanan mereka terhadap konspirasi musuh selama 40 tahun terakhir, karena bangsa ini tidak pernah merasa lemah dan tunduk dalam menghadapi berbagai konspirasi dan serangan musuh.
Tentu saja, 40 tahun Revolusi Islam bukanlah titik pemberhentian bagi gerakan evolusi sistem Republik Islam. Menurut ungkapan Ayatullah Khamenei, “Sekarang kita masih berada di tahap awal, dan kita harus melanjutkan jalan kemajuan dan mencapai puncak yang dicita-citakan oleh bangsa dan revolusi dengan upaya, kerja keras, profesionalitas, keberanian, perencanaan, dan penggunaan sarana dengan tepat.”
Namun, lanjutnya, syarat untuk menempuh jalan berliku kemajuan dan berhasil mengatasi rintangan adalah memiliki pemahaman dan pengenalan yang tepat tentang ancaman musuh dan zona tempur.
“Terlepas dari kekuatan keras Amerika, tapi faktanya mereka tidak berada dalam posisi kuat, karena faktor utama dan penentu kekuatan dalam konfrontasi global adalah kekuatan lunak dalam artian logika, argumentasi, dan gagasan baru, di mana Amerika sangat lemah dalam hal-hal ini. Karena tidak punya logika dan argumentasi, mereka (mengandalkan) sikap arogan dalam berbicara,” jelas Rahbar.
Para politisi besar dan pakar politik dunia memuji bangsa Iran karena perlawanannya terhadap semua tekanan selama 40 tahun dan pada saat yang sama membuat kemajuan dan menjadikan dirinya sebagai sebuah kekuatan yang berpengaruh.
“Realitas negara menunjukkan bahwa bangsa dan generasi mudanya tidak akan lagi dilecehkan dan tidak akan mengikuti kekuatan asing dan musuh, mereka akan membawa Iran tercinta ke puncak kemuliaan dan kebanggaan, dan mereka memiliki tekad dan kemampuan untuk melakukan ini dengan rahmat Allah Swt,” tegas Ayatullah Khamenei dalam pidatonya di hadapan ribuan relawan Basiji di Stadion Azadi Tehran, 4 Oktober 2018. (RM)