Iran, 40 Tahun Pasca Revolusi Islam (30)
(last modified Sun, 02 Dec 2018 09:26:50 GMT )
Des 02, 2018 16:26 Asia/Jakarta
  • Pawai memperingati kemenangan Revolusi Islam Iran di Tehran. (dok)
    Pawai memperingati kemenangan Revolusi Islam Iran di Tehran. (dok)

Sejarah hubungan Iran dan Amerika Serikat dipenuhi dengan masa lalu yang kelam, konspirasi, campur tangan, dan permusuhan. AS memusuhi bangsa Iran lewat berbagai cara selama 40 tahun terakhir. Hubungan ini selama lebih dari satu abad mencatat banyak kasus intervensi langsung dan tidak langsung AS dalam urusan rumah tangga Iran.

AS masih tetap sebagai Syaitan Besar dan melalui beragam skenario dan konspirasi, ingin mengejar kebijakan arogan dan memperluas hegemoni dengan kerja sama beberapa negara di Timur Tengah. Ini dibuktikan dengan komentar kasar dan ancaman rutin para pejabat Washington dari dulu hingga sekarang.

Namun, terlepas dari semua permusuhan ini, Revolusi Islam tetap bersinar dan berkibar. Bangsa Iran melawan semua tekanan untuk mencapai tujuan dan cita-citanya, dan dengan menanggung tekanan selama 40 tahun, bangsa ini telah menjadi teladan bagi banagsa-bangsa lain penuntut kebebasan di berbagai belahan dunia.

Dengan mencermati serangkaian tindakan konfrontatif ini dapat dikatakan bahwa AS telah melaksanakan beragam konspirasi selama empat dekade terakhir, dan dengan klaim palsu, menerapkan sanksi kejam terhadap Iran. AS bahkan mengambil tindakan tertentu untuk memperlemah Iran seperti, mendukung kelompok teroris atau menciptakan perpecahan dan menyebarkan Iranphobia.

Perang lunak dan penggunaan kekuatan militer, ancaman serta sanksi dengan tujuan mengubah sistem Republik Islam adalah di antara perilaku yang membentuk basis pemikiran para pejabat AS dalam berurusan dengan Iran. Mereka mempertimbangkan opsi apapun demi mencapai tujuannya melawan Iran.

Sekarang, statemen dan pola pikir yang sama sedang diputar ulang oleh para pejabat pemerintahan AS saat ini.

Peristiwa pendudukan Kedutaan AS di Tehran (sarang mata-mata).

AS terjebak dalam sebuah ilusi bahwa Republik Islam Iran – sama saja seperti rezim-rezim lemah dan boneka – akan ketakutan dengan ancaman dan sanksi. Jadi, menurut ilusi Washington, Tehran akan menyerah dengan ancaman atau tekanan.

Bangsa Iran sangat memahami esensi dan taktik Amerika, dan mereka berkata “tidak” terhadap tekanan dan arogansi Paman Sam. Ini sebuah jawaban penuh makna yang diberikan bangsa Iran kepada Amerika selama ini.

Republik Islam Iran dengan dukungan rakyat dan mengandalkan semangat revolusioner para pemuda, akan berdiri dengan kekuatan penuh untuk menghadapi arogansi Amerika.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan ribuan pelajar dan mahasiswa di Tehran pada 3 November 2018 mengatakan, "Bangsa Iran dengan motivasi, semangat dan kerja keras para pemudanya, akan memiliki masa depan yang cerah dan jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Generasi yang berbakat dan memiliki pemahaman yang baik ini, tidak diragukan lagi, akan mengantarkan Republik Islam Iran melewati berbagai rintangan dan kesulitan menunju titik yang diinginkan. Namun, tentu saja realisasi dari tujuan cerah ini membutuhkan pengenalan atas musuh utama dan jahat bangsa Iran yaitu Amerika Serikat,” tambahnya.

Menurut Ayatullah Khamenei, permusuhan akut AS terhadap bangsa Iran telah menyebabkan "kebutaan mata perhitungan" para pejabat Washington dan pengulangan kesalahan-kesalahan mereka.

Sikap bermusuhan AS menunjukkan bahwa negara itu terus berusaha untuk memperlemah unsur-unsur kekuatan rakyat Iran. Unsur ini termasuk nilai-nilai agama dan spiritual, budaya yang kaya, dan kesatuan etnis dan budaya, serta ketahanan dan kelangsungan sistem demokrasi religius di Republik Islam.

Selama 40 tahun terakhir, sistem Republik Islam sudah menjadi lebih dinamis dan kuat dengan mengandalkan unsur-unsur tersebut dan mencapai kekuatan prima untuk mempertahankan kemerdekaan, keamanan, dan integritas teritorialnya.

Di ranah diplomasi, Iran dalam visi 50 tahun ke depan menekankan pada multilateralisme dan penguatan diplomasi publik untuk membantu perdamaian internasional. Langkah ini ditujukan untuk mempromosikan keadilan dan mendukung gerakan-gerakan Islam dan penuntut kebebasan, khususnya dalam membela hak-hak rakyat Palestina.

Model ini tidak diragukan lagi akan menjamin keamanan dan ketenangan rakyat Iran, yang telah menyebabkan kegagalan konspirasi musuh selama 40 tahun terakhir.

Imam Khomeini ra.

Imam Khomeini ra di salah satu bagian dari surat wasiat politiknya menulis, “… tidak hanya bangsa kita, tetapi juga bangsa-bangsa Muslim dan orang-orang tertindas di dunia bangga bahwa musuh-musuh mereka – yang merupakan musuh Allah Swt, al-Quran dan Islam – adalah para predator yang tidak akan mundur dari segala kejahatan dan pengkhianatan untuk mencapai tujuan jahatnya, mereka tidak mengenal teman atau musuh demi sampai pada kekuasaan dan hasratnya yang hina. Dan di atas mereka semua adalah Amerika dan terorisme negara itu telah mengobarkan perang di seluruh dunia dan sekutunya adalah Zionis dunia, yang melakukan kejahatan untuk mencapai tujuannya, di mana pena dan lisan merasa malu untuk mengatakan itu.”

Dalam sejarah politiknya, Iran menyaksikan banyak intervensi dan konspirasi oleh kekuatan arogan. Di antara peristiwa genting ini adalah kudeta terhadap pemerintah Iran pada 1953. Intervensi AS bahkan bergerak lebih jauh lagi dengan memaksakan undang-undang kapitulasi terhadap bangsa Iran. Imam Khomeini ra pada Oktober 1964 menyebut kapitulasi sebagai “Dokumen Perbudakan Bangsa Iran.”

Sebelum kemenangan Revolusi Islam, AS mengerahkan semua upaya untuk melindungi rezim Shah dan mencegah kemenangan revolusi. Pasca kemenangan revolusi, AS mengubah kedutaannya sebagai basis untuk merancang dan menjalankan konspirasi melawan revolusi.

Tindakan AS sebelum dan setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran menunjukkan bahwa negara itu masih mempertahankan kebijakan pendongkelan sistem di Iran sebagai strategi utamanya dalam menyebarkan pengaruh di kawasan.

“Ungkapan ini bukan sesuatu yang baru dan para pejabat Amerika menggunakan ungkapan ini sejak awal kemenangan Revolusi Islam,” ungkap Ayatullah Khamenei mengacu pada penggunaan istilah “pendongkelan” oleh para pejabat Washington. (RM)