Persatuan Islam Perspektif Rahbar
(last modified Wed, 27 Oct 2021 10:55:58 GMT )
Okt 27, 2021 17:55 Asia/Jakarta
  • Persatuan Islam Perspektif Rahbar

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan pidato di hadapan para tamu undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35 dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw dan Imam Jakfar Shadiq as.

Rahbar mengucapkan selamat atas kelahiran Rasulullah Saw dan Imam Shadiq as kepada umat Islam dan orang-orang merdeka di dunia. Menurutnya, milad Nabi Saw sebagai awal dari sebuah era baru dalam kehidupan umat manusia.

"Kelahiran Rasulullah Saw adalah sebuah kabar gembira bahwa era baru dari kehendak ilahi dan rahmat Allah Swt telah dimulai bagi umat manusia. Oleh karena itu, kelahiran ini adalah sebuah peristiwa yang sangat besar dan agung," tambahnya.

Ayatullah Khamenei menuturkan, "Allah Swt menurunkan kitab rahasia ke dalam kalbu Nabi yang suci, mengalirkannya melalui lisan suci beliau, menyerahkan program kebahagiaan umat manusia secara utuh, dan memerintahkan untuk melaksanakan program ini, serta menyeru para pengikutnya mengamalkannya juga."

"Lalu apa kewajiban umat Islam dan orang-orang mukmin? Nabi juga berbicara tentang dua masalah, pertama bertindak sesuai dengan Islam yang inklusif, dan kedua adalah masalah persatuan umat Islam. Kedua hal ini merupakan salah satu persoalan terpenting di zaman kita," jelasnya.

Ayatullah Khamenei dalam pidatonya, menyebut agama Islam dan ajarannya sebagai yang komprehensif, edukatif, dan untuk kebahagiaan, yang memiliki pedoman di semua aspek kehidupan manusia, tetapi musuh selalu berusaha untuk menodai citra Islam dan memperkenalkannya sebagai agama (urusan) pribadi dan hati.

"Kekuatan-kekuatan politik dan materialis sudah lama menegaskan Islam bukanlah agama yang komprehensif, yang punya pedoman untuk semua aspek kehidupan manusia, tetapi mereka memperkenalkannya sebagai masalah individu dan keyakinan hati. Dengan mengutip teori para penulis dan intelektual, mereka mengesahkan Islam dalam isu-isu penting seperti, peradaban dan manajemen masyarakat, ekonomi dan pembagian kekuasaan dan kekayaan, perang dan perdamaian, kebijakan internal dan eksternal, penegakan keadilan serta perlawanan anti-penindasan dan kejahatan, tidak dapat menjadi referensi pemikiran maupun pedoman praktis," tambahnya.

Padahal, lanjut Rahbar, agama Islam menawarkan panduan dan solusi bagi berbagai aspek kehidupan dan penghambaan manusia. Menurutnya, penjelasan tentang aspek komprehensif Islam ini menjadi salah satu tugas penting para cendekiawan, intelektual, peneliti, dan profesor dunia Islam.

Ia menerangkan ruang lingkup kegiatan dan keterlibatan Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia mulai dari urusan hati dan masalah ibadah sampai masalah politik, ekonomi, sosial, keamanan, dan urusan internasional. Siapa pun yang menyangkal hal ini tentu tidak memperhatikan penjelasan dan ayat-ayat al-Quran.

Ayatullah Khamenei menganggap "pemenuhan hak atas komprehensivitas Islam" dan "persatuan umat Islam" sebagai salah satu isu penting dan terkini bagi umat Islam dan seluruh kaum Muslim di dunia.

Pada kesempatan itu, Rahbar memuji para tokoh terkemuka di bidang persatuan dan pendekatan antar-mazhab mulai dari Almarhum Syeikh Muhammad Ali Taskhiri dari Iran, Syahid Syeikh Mohammad Ramadan al-Buthi dari Suriah, Syahid Sayid Mohammad Baqir al-Hakim dari Irak, serta Syeikh Ahmad al-Zein dan Syeikh Said Shaban dari Lebanon, dan semua tokoh yang aktif mempromosikan pendekatan antar-mazhab.

"Persatuan Islam bukanlah masalah pribadi dan kehendak hati, tetapi merupakan sebuah kewajiban tegas al-Quran dan perintah dari Tuhan, yang sudah diperintahkan dalam berbagai ayat al-Quran," ujarnya.

Allah Swt berfirman, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…" (Surat Ali Imran, ayat 103) "… janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu…." (Surat al-Anfal, ayat 46)

Rahbar juga menekankan bahwa masalah persatuan umat Islam bukanlah persoalan taktis yang terikat pada kondisi tertentu dan dilupakan dalam keadaan lain, tetapi persatuan adalah masalah prinsip, dan koeksistensi umat Islam di setiap saat akan memperkuat mereka.

"Hal yang membuat masalah persatuan umat selalu ditekankan adalah karena jarak yang jauh di antara mazhab-mazhab serta upaya serius musuh untuk memperbesar perselisihan dan kesalahpahaman," ungkapnya.

Saat ini, jelas Rahbar, diksi Syiah dan Sunni telah memasuki literatur politik Amerika Serikat, padahal mereka menentang dan memusuhi prinsip Islam.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menyinggung upaya AS dan para anteknya untuk menciptakan hasutan dan fitnah di berbagai tempat di dunia Islam. "Serangan bom yang tragis dan memilukan baru-baru ini di masjid-masjid Afghanistan yang menargetkan umat Islam dan jamaah shalat Jumat adalah di antara insiden yang sama, yang dilakukan oleh Daesh, dan para pejabat AS secara eksplisit menyatakan mereka yang menciptakan Daesh," terangnya.

Ayatullah Khamenei menganggap pertemuan tahunan tentang persatuan Islam belum cukup. Ia menuturkan, dalam hal ini harus dilakukan diskusi, penjelasan, dorongan, perencanaan, dan pembagian kerja secara permanen, dan sebagai contoh dalam kasus Afghanistan ini, salah satu cara untuk mencegah insiden tersebut adalah kehadiran pejabat yang terhormat Afghanistan di pusat-pusat dan masjid dan atau mendorong saudara-saudara Ahlu Sunnah untuk menghadiri pertemuan-pertemuan bersama.

Rahbar menyatakan salah satu tujuan Republik Islam Iran adalah meletakkan peradaban baru Islam, dan hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali dengan terciptanya persatuan antara Syiah dan Sunni.

Ia menganggap masalah Palestina sebagai indikator utama untuk menunjukkan persatuan umat Islam. "Jika persatuan Palestina dan umat Islam terwujud, masalah Palestina pasti akan selesai dengan cara terbaik. Dalam masalah Palestina, semakin serius kita berusaha untuk menghidupkan hak-hak bangsa Palestina, maka semakin dekat kita untuk mewujudkan persatuan di antara kaum Muslim," tegas Rahbar.

Ayatullah Khamenei menyesali kesalahan yang dibuat oleh beberapa pemerintah yang menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis. "Sayangnya, beberapa pemerintah membuat kesalahan. Mereka membuat kesalahan besar. Mereka berdosa dengan menormalkan hubungan dengan rezim penjajah Zionis. Langkah ini bertentangan dengan persatuan dan solidaritas Islam. Mereka harus berbalik dari jalan ini dan mengkompensasi kesalahan besar ini," imbuhnya.

Di bagian akhir pidatonya, Ayatullah Khamenei menekankan perlunya meneladani Rasulullah Saw, terutama dalam tiga hal yaitu kesabaran, keadilan, dan akhlak.

Mengenai kesabaran, Rahbar menuturkan kesabaran dalam kehidupan Rasulullah merupakan sebuah akhlak yang unggul. Sejak awal, Allah Swt mengajarkan Rasulullah untuk memiliki sifat sabar. Dalam surat al-Muddathir, Allah berfirman, "Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah…." Dalam surat al-Muzzammil, "Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik."

Dalam al-Quran, ada sekitar 20 kali perintah untuk bersabar yang ditujukan kepada Rasulullah Saw. Lalu, apa makna kesabaran? Kesabaran berarti ketahanan dan keteguhan. Artinya, manusia teguh dalam melawan nafsu yang mengajak pada dosa, melawan kemalasan dan kelesuan dalam melaksanakan tugas. Berdiri teguh dalam melawan musuh dan menjaga diri dalam menghadapi berbagai cobaan. Itulah artinya kesabaran.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menggambarkan keadilan sebagai tujuan utama dari pengutusan para nabi. Al-Quran sangat menekankan masalah penegakan keadilan bahkan dalam (menangani) musuh. Kita harus belajar berperilaku adil. Bahkan ketika kita berada dalam situasi di mana kita tidak setuju dengan seseorang, kita tidak boleh menodai penentangan kita dengan fitnah, kebohongan, dan penghinaan.

Poin terakhir yang disampaikan oleh Rahbar adalah berakhlak seperti akhlak Rasulullah Saw. Ia mengatakan etika Islam berarti kerendahan hati, pemaaf, berperilaku lembut, berbuat baik kepada orang lain, dan menahan diri dari berbohong, memfitnah, dan tidak berburuk sangka kepada saudara Muslim. Poin-poin ini harus selalu mendapat perhatian kita sebagai pedoman abadi. (RM)