Feb 28, 2023 18:55 Asia/Jakarta
  • Film Once Upon A Time in Hollywood
    Film Once Upon A Time in Hollywood

Bagi para pemimpin organisasi periklanan terbesar dan termahal di Barat, selalu menjadi prioritas untuk menghadirkan citra impiannya. Hollywood adalah kota yang tinggi dan mahal di negara bagian California yang menghadap ke kota Los Angeles.

Pada abad terakhir, kompleks produksi film besar ini telah menjadi basis periklanan terpenting bagi perusahaan produksi film untuk mempromosikan budaya Amerika. Produser dan beberapa sineas ternama Amerika dan Eropa selalu berusaha menunjukkan kejayaan Barat kepada negara-negara lain di dunia dengan membuat karya-karya mahal (Big Pronunciation). Selama Perang Dunia Pertama, sebagian besar sutradara perusahaan film Amerika berkumpul di Hollywood.

Berinvestasi untuk menarik pembuat film terkenal dari belahan dunia lain, termasuk Eropa, juga menjadi tujuan yang dikejar secara serius oleh perusahaan produksi film di Hollywood. Fritz Lang, F. W. Murnau , dan di tahun-tahun berikutnya sutradara terkenal seperti Billy Wilder adalah bagian kecil dari komunitas budaya dan sinematografi Eropa, yang karena situasi kritis benua ini setelah Perang Dunia Pertama dan Kedua, hijrah ke Hollywood. Tentu saja, perlu dicatat bahwa investasi besar lembaga keuangan di Amerika juga efektif untuk menerima dan menarik sutradara dan aktor terkenal Eropa.

Setelah Perang Dunia Kedua, di samping menghasilkan uang dan pendapatan dari perusahaan-perusahaan Amerika yang terkenal, mata para manajer Hollywood dan pemilik modal, yang sebagian besar kebetulan adalah orang Yahudi, tertarik pada narasi keagamaan. Antara tahun 1945 dan 1965 untuk membuat karya semacam itu digelontorkan dana besar-besaran, dan film populer seperti "Ten Commandments", "Samson and Delilah" dan "Ben-Hur" dibuat pada waktu bersejarah ini dengan biaya yang sangat besar.

Dana besar ini sepertinya digelontorkan untuk menutupi fakta pahit di dalam Hollywood.

Meskipun narator Hollywood jarang mencoba membuat film dengan tema atau konten di balik layar dan menggambarkan konflik dan poin negatif dari serial ini, namun sesekali dibuat film-film yang mengungkap realitas pahit pembuatan film di kota ini, bertentangan dengan keinginan sutradara dan produser utama di Hollywood, dan mengungkap realitas pahit pembuatan film di kota sinematik ini.

Untuk mengenal fakta di balik layar Hollywood, mari kita pelajari bersama dua film yang baru-baru ini dibuat dan alur ceritanya merupakan bagian terkecil dari balik layar simena Amerika.

Akhir Masa Emas, Kisah Kejahatan dan Ketidakamanan di Hollywood

Salah seorang sutradara yang namanya sudah dikenal di Hollywood adalah Quentin Tarantino. Sutradara asal Knoxville, Tenesse ini pernah berseloroh bahwa sepanjang karirnya hanya akan menelurkan 10 film saja. Entah benar atau nggak, tapi di tahun 2019 lalu, karya terbarunya sekaligus filmnya yang ke-9 berjudul Once Upon A Time in Hollywood baru saja dirilis.

Sebagai seorang sutradara, Tarantino dikenal dengan beberapa ciri dalam filmnya. Di antaranya banyak memuat unsur ketegangan, dialog yang panjang dan kompleks serta banyaknya adegan kekerasan atau tembak-menembak. Apakah Once Upon A Time In Hollywood memiliki semua kriteria tersebut?

Rick Dalton yang diperankan oleh Leonardo Wilhelm DiCaprio adalah seorang aktor kawakan yang sepanjang tahun 50-an membintangi serial televisi terkenal berjudul Bounty Law. Banyaknya adegan action membuat dia harus digantikan oleh stuntman bernama Cliff Booth (Brad Pitt) dalam pengambilan gambar adegan-adegan berbahaya. Seringnya bertemu di set membuat mereka bersahabat.

Dalton butuh orang yang mendampinginya bepergian karena SIM-nya dicabut sedangkan Booth kesulitan mendapat pekerjaan sebagai stuntman karena ada rumor dia membunuh istrinya. Di tahun 1969, Dalton mulai khawatir karirnya memudar sebagai aktor. Dia bertemu dengan Marvin Schwarz, seorang agen yang menawarinya untuk bermain di film Spaghetti Western di Italia.

Merasa bahwa film jenis tersebut di bawah levelnya, Rick nggak langsung menerima tawaran tersebut. Mendapat tawaran itu justru membuatnya semakin galau memikirkan tentang karirnya. Dalton yang tinggal di kawasan elit Hollywood, menemukan bahwa ada tetangga baru yang tinggal di samping rumahnya.

Ternyata tetangganya itu bukan orang sembarangan, dia produser film terkenal, Roman Polanski yang tinggal bersama sang istri, Sharon Tate, seorang aktris yang tengah naik daun. Dalton melihat sebuah peluang kalau dia bisa berteman dengan mereka dan mengembalikan karirnya ke puncak. Dalton mendapat kesempatan untuk tampil di pilot serial televisi berjudul Lancer.

Berbeda dengan Bounty Law, kali ini dia mendapat karakter antagonis. Ketika pengambilan gambar, dia kesulitan untuk melafalkan dialog dan meminta waktu untuk menyendiri sebelum kembali dan berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya di depan kamera serta mendapatkan kepercayaan dirinya lagi.

Setelah mengantar Dalton ke set, Booth berkeliling menggunakan mobil di daerah Hollywood. Dia bertemu seorang gadis hippie bernama Pussycat. Pussycat mengajak Booth ikut ke tempat tinggalnya untuk bertemu dengan teman-temannya yang tinggal di sebuah peternakan. Merasa ada waktu luang sebelum menjemput Dalton, Booth mengiyakan ajakan tersebut.

Sesampainya di peternakan, Booth mengenali tempat tersebut karena pernah syuting di sana. Dia kemudian mencari pemilik peternakan yaitu George Spahn. Walau sempat dilarang oleh Pussycat dan teman-temannya, Booth bersikukuh menemui Spahn yang sudah tua dan hanya bisa terbaring di tempat tidur.

Setelah itu, Booth yang akan pergi menjemput Dalton menemukan ban mobilnya sudah disobek oleh orang-orang di peternakan dan perkelahian terjadi yang dimenangkan Booth dengan mudah. Karir Dalton kembali menanjak, bahkan dia menjadi bintang utama di film Spaghetti Western dan menghabiskan enam bulan di Italia.

Dia kemudian menikahi aktris Italia, Fransesca Cappuci. Keberadaan sang istri membuat Dalton mengakhiri kerja samanya dengan Booth. Sekembalinya ke Amerika, mereka berniat melaksanakan pesta perpisahan. Bagian cerita film ini sedikit banyak merupakan narasi dari aksi "Charles Manson" , seorang pembunuh berantai dan pemimpin sekte bernama sama di Amerika, yang secara brutal membunuh Sharon Tate.

Tapi Tarantino mengubah kisah nyata dan Rick Dalton berdiri sebagai pahlawan bagi Manson dan rekan senegaranya sehingga mereka harus pergi. Kisah film Once Upon a Time in Hollywood diakhiri dengan pergantian cerita utama, peristiwa yang menimbulkan banyak kontroversi di Hollywood dan banyak nama tokoh terkenal yang disinggung tentang pembunuhan Sharon Tate.

Memunculkan Sharon Tate di film sempat menjadi polemik karena cara meninggal aktris yang dibunuh ketika mengandung delapan bulan itu sangatlah tragis. Hal itu dianggap bisa memancing kenangan buruk. Begitu juga dengan keputusan Tarantino untuk menghadirkan Manson Family sebagai sosok yang bertanggung jawab atas kematian Tate.

Dalton dan Booth menjadi sosok sentral di film ini. Keduanya memiliki kondisi yang bertolak belakang. Dalton hidup di kawasan elit Hollywood, sementara Booth tinggal di trailer sederhana bersama anjing kesayangannya. Dalton bahkan sempat berkata kalau Booth ingin lebih sukses, dia harus pindah agar punya banyak koneksi dengan orang-orang berpengaruh di Hollywood.

Cerita utama film Once Upon A Time in Hollywood menceritakan nasib pahit seorang bintang sinema dan televisi Amerika yang dilupakan, di mana ia terpaksa meninggalkan negaranya karena himpitan ekonomi dan kembalinya sang bintang juga menunjukkan kondisi krisis dan tidak stabil Hollywood.

Kerajaan "Babylon" adalah metafora untuk kejatuhan dan kehancuran

Babylon adalah film drama komedi berskala epic yang menggambarkan kisah pergulatan para insan film di era transisi industri perfilman Amerika yang kelak dikenal sebagai Hollywood, antara akhir 1920-an hingga awal 1930-an.

Film arahan Damien Chazelle ini dibintangi oleh Brad Pitt, Margot Robbie, Diego Calva dan Jovan Adepo. Selain mereka, ada juga beberapa aktor dan aktris terkenal lainnya yang tampil di berbagai adegan meski dalam durasi yang singkat.

Sinopsis

Los Angeles, tahun 1926. Manuel “Manny” Torres sedang berusaha keras mengantarkan seekor gajah untuk dijadikan salah satu atraksi di pesta milik pimpinan Studio Kinoscope. Dia membantu Nellie LaRoy, seorang gadis dari New Jersey yang memiliki impian menjadi seorang bintang film, masuk ke dalam pesta.

Mereka berdua menikmati kokain sebelum turun ke lantai pesta. Manny juga mengutarakan impiannya kepada Nellie untuk menjadi bagian dari industri film di Los Angeles.

Manny mengeluarkan gajah ke tengah pesta untuk mengalihkan perhatian para tamu selagi rekan-rekannya menyelundupkan keluar aktris muda yang mengalami overdosis. Nellie yang asyik berjoget di tengah keramaian, dipilih untuk menggantikan aktris tersebut di sebuah produksi film.

Di pesta itu juga hadir penyanyi kabaret keturunan Cina-Amerika bernama Lady Fay Zhu dan pemain terompet keturunan Afrika-Amerika bernama Sidney Palmer.

Di akhir pesta, Manny diminta untuk mengantar aktor terkenal Jack Conrad ke rumahnya. Sebagai rasa terima kasih, Jack mengajaknya untuk ikut dalam produksi film yang dibintanginya.

Nellie memulai syuting perdananya yang berhasil memukau semua orang yang hadir di lokasi dengan talenta akting luar biasanya. Berulang kali permintaan sutradara kepadanya berhasil dijalani dengan baik, filmnya sukses besar dan dia menjelma menjadi bintang dalam sekejap.

Manny mulai mendapat kepercayaan pihak studio, setelah berhasil membawa kamera pinjaman yang menyelamatkan jadwal syuting sebuah film perang kolosal. Dia kini menjabat asisten produser yang ikut terjun dalam memberikan ide dan proses produksinya di studio MGM.

Ditemukannya teknologi suara dalam produksi film membuat banyak pihak harus segera bisa beradaptasi. Nellie mulai khawatir dengan tersebarnya gosip bahwa suaranya buruk dan akan meredup seiring berpindahnya era film bisu ke film dengan suara yang lebih modern.

Namun, berbeda halnya dengan Manny yang melihat era baru perfilman ini sebagai sebuah peluang. Dia berhasil mengorbitkan Sidney Palmer yang awalnya hanya seorang musisi pengisi latar instrumen sebagai bintang.

Dalam sebuah pesta, Nellie yang rasa kekhawatirannya kini semakin tinggi memberontak dengan melakukan tantangan berkelahi dengan ular berbisa.

Di tengah gurun, bersama rombongan tamu pesta, Nellie nekat memegang ular derik yang malah menggigit lehernya. Semua orang panik dan berlarian ke sana-kemari, hingga Fay memotong ular itu dan menghisap bisanya dari leher Nellie.

Sementara itu, Jack berkabung dengan kematian sahabatnya, George Munn. Dia nekat bunuh diri karena sudah tidak kuat menahan besarnya tekanan di industri film. Ditambah lagi dengan kesulitannya dalam mendapatkan wanita untuk dicintai.

Los Angeles, tahun 1932. Manny kini menjadi produser eksekutif di Kinoscope setelah kesuksesannya membuat acara musik bagi Sidney di studio MGM. Tugas utamanya adalah mengembalikan performa Nellie LaRoy di era baru industri film ini, selain itu juga memperbaiki kepribadian dan sikap buruknya.

Manny juga mengajak serta Sidney pindah ke studio baru dengan dukungan fasilitas mewah. Manny merekrut Elinor St. John, seorang kolumnis gosip senior, untuk mengajari Nellie kepribadian dan sikap yang baik sebagai seorang aktris elegan.

Sementara itu, popularitas Jack semakin menurun dengan hasil buruk beberapa filmnya. Dia kini kesulitan untuk mendapatkan peran di sebuah produksi film, bahkan untuk film berbujet kecil sekalipun.

Sidney yang kini memiliki acara musik sendiri dengan kelompok orkestra yang lengkap, menghadapi permasalahan sendiri terkait sindiran bernada rasial dari para pimpinan studio. Dia bahkan rela wajahnya disemir agar tampak lebih hitam di layar. Tidak tahan lagi, Sidney memutuskan untuk keluar dari studio tersebut.

Demi menjaga citra Nellie, Manny memecat Fay yang terlihat akrab dengan Nellie dan berkembang gosip bahwa mereka adalah pasangan lesbian.

Manny dan Elinor kemudian membawa Nellie untuk menghadiri sebuah pesta kalangan atas yang membuat Nellie merasa insecure dengan berbagai sindiran kepadanya. Nellie mengakhiri pesta dengan aksi brutalnya merusak hidangan makanan di meja.

Nellie tenggelam dalam kokain dan judi hingga dia memiliki hutang dalam jumlah besar kepada seorang gangster, James McKay.

Syuting Babylon

Manny berusaha mencari uang dalam jumlah besar untuk membayar hutang Nellie. Bersama The Count, seorang aktor misterius, Manny membawa tas berisi uang kepada James. Manny merasa khawatir ketika tahu uang yang mereka bawa adalah uang palsu dari properti film.

Mereka diajak oleh James ke sebuah pesta liar dengan maksud memperkenalkan seorang penampil agar bisa menjadi pemain film. Manny dan The Count berusaha menyelamatkan diri ketika James mengetahui bahwa uang yang dipegangnya adalah palsu.

Sementara itu, Jack membaca artikel tulisan Elinor yang menyatakan bahwa kariernya kini berada di penghujung. Jack, yang merupakan sahabat Elinor, menyatakan bahwa dirinya akan tetap abadi lewat film-filmnya. Setelah bertemu Fay di hotel, Jack menembak dirinya sendiri di kamarnya.

Manny menjemput Nellie untuk melarikan diri ke Meksiko. Saat di rumah The Count, anak buah James menembak semua orang yang ada di sana. Hanya Manny yang selamat dan diizinkan pergi, namun dengan syarat tidak kembali ke Los Angeles lagi.

Jika "Babylon" adalah metafora untuk nama kerajaan sejarah "Babylon" di Mesopotamia, yang akhirnya digulingkan oleh Achaemenids, namun dalam film " Chazelle" adalah kisah kerajaan visual dan budaya yang mempromosikan budaya Amerika ke orang-orang di dunia selama bertahun-tahun. Dalam cerita "Babylon", Damien Chazelle menunjukkan perilaku egois dan tidak manusiawi di Hollywood, yang di kerajaan mewah dan mahal ini tidak memiliki akhir yang bahagia untuk bintang penghasil uangnya sendiri, dan menjadikan mereka korban dari pemilik kekayaan.

Kisah buruk bintang Hollywood

Once Upon A Time In Hollywood dan Babylon menceritakan peristiwa di balik layar dan kejadian Hollywood di dua era yang berbeda.

Kisah Babylon terjadi di masa setelah perang dunia kedua dan tahun-tahun ketika kapitalis semakin menyadari keuntungan besar dari sinema sebagai industri entertainment, dan mereka bersaing untuk masuk ke Hollywood. Masuknya audio ke sinema juga merupakan perubahan besar yang semakin menarik para penonton. Namun di masa tersebut, uang dan kekayaan juga memainkan peran vital dalam perubahan sinema AS dan Hollywood di tingkat dunia.

Perang dunia kedua menjadi kesempatan yang tepat bagi industri sinema dan tentunya pemerintah AS untuk memanfaatkan kapasitas seni ketujuh untuk kepentingan mereka, meski di imperatur ini, kekayaan dan kemakmuran bintang film juga dikorbankan.

Once Upon A Time In Hollywood juga merupakan akhir dari masa keemasan Hollywood di dekade 60-an abad 20, ketika sinema Amerika dan investor terpaksa menghentikan banyak proyek mahal karena biaya tinggi. Karya Barat dan sejarah yang mahal tidak menguntungkan Hollywood, dan Amerika memiliki pesaing Eropa di pihak mereka yang membuat karya yang lebih sukses dengan biaya lebih rendah.

Di awal tahun 70-an abad ke-20 dan dengan tumbuhnya gerakan hippie atau "hippieisme" di Amerika yang melakukan pendekatan protes terhadap kebijakan Gedung Putih, khususnya Perang Vietnam, Hollywood juga dipaksa untuk mundur dalam rencananya, dan di era ini, sutradara Generasi baru telah muncul. Gerakan "hippie" dibentuk sebagai protes terhadap kapitalisme Barat, dan di Amerika, banyak anak muda tertarik padanya, yang para pendukungnya mempromosikan kehidupan sederhana tanpa kemewahan.

Sinema protes dan pembuat film yang protes Amerika tahun 70-an bukan lagi satu-satunya narator cerita pemilik perusahaan besar, dan mereka mulai memproyeksikan realitas masyarakat Amerika secara serius.

 

 

Tags