Iran, 40 Tahun Pasca Revolusi Islam (26)
(last modified Sun, 04 Nov 2018 10:17:26 GMT )
Nov 04, 2018 17:17 Asia/Jakarta
  • Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menghadiri pawai akbar basiji di Stadion Azadi Tehran pada awal Oktober 2018.
    Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menghadiri pawai akbar basiji di Stadion Azadi Tehran pada awal Oktober 2018.

Musuh-musuh Republik Islam Iran selama 40 tahun terakhir mengerahkan seluruh upaya mereka untuk merusak citra dan menghadirkan ilustrasi subjektif tentang Revolusi Islam. Misi mereka mencoreng citra dan mengkampanyekan Iranphobia.

Bagian dari kampanye ini fokus pada masalah peran regional Iran, terutama setelah Revolusi Islam menginjakkan usianya ke-40 tahun. Musuh ingin mencitrakan Iran sebagai perusak stabilitas dan pemicu ketidakamanan di wilayah Asia Barat. Namun, konspirasi mereka kehilangan daya tariknya di hadapan peran hakiki Iran dalam menjaga dan memperkuat keamanan regional dan internasional.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pertemuannya dengan ratusan ribu relawan basiji di Stadion Azadi Tehran pada awal Oktober 2018, mengatakan rezim arogan ingin merongrong unsur-unsur kekuatan Republik Islam Iran.

Rahbar menyebut sebagian dari basis kekuatan Republik Islam Iran yaitu: stabilitas politik, keamanan publik, persatuan nasional, komitmen terhadap prinsip-prinsip revolusi, pengembangan dan pendalaman budaya revolusioner dan Islam, kemajuan cepat sains dan teknologi, kemajuan militer, kekuatan rudal, dan kehadiran Iran di kawasan.

"Unsur apa saja yang menyebabkan Republik Islam Iran kuat akan menjadi target serangan kekuatan arogan. Ini akan menjadi salah satu fokus konfrontasi dengan kekuatan arogan," tambahnya.

Di era rezim despotik Pahlevi, kebijakan luar negeri Iran secara mutlak mengekori kekuatan-kekuatan dunia dan tidak memiliki ikhtiar sama sekali, padahal negara ini memiliki posisi yang sangat strategis di Asia Barat. Namun, Iran pasca Revolusi Islam memiliki posisi unggul dalam transformasi regional dan bahkan global.

Revolusi Islam Iran – sebagai peristiwa fenomenal di Asia Barat dalam 200 tahun terakhir – telah menjadikan perlawanan terhadap hegemoni Barat dan tindakan anti-kemanusiaan rezim dukungan Barat di kawasan yaitu rezim Zionis Israel, sebagai prioritas utama tujuan strategisnya.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei.

Pengaruh Iran di kawasan tidak tertanam melalui pendekatan hegemoni dan dominasi ala Barat, tetapi lewat pendekatan ideologis dan diskursif. Hal ini membuat Amerika Serikat frustrasi karena mereka telah menghabiskan miliaran dolar untuk memperkuat hegemoninya di wilayah geostrategis Asia Barat.

Oleh sebab itu, para pejabat Washington mulai melakukan propaganda dengan cara memberikan kesan yang salah dan subjektif tentang pengaruh dan kekuatan regional Republik Islam Iran.

Tidak ada keraguan bahwa sistem Republik Islam Iran menyimpan unsur-unsur kekuatan yang permanen. Dengan unsur kekuatan ini dan bonus geopolitik, Iran berhasil menjadi sebuah model yang sukses dalam memainkan peran regional.

Revolusi Islam juga telah memperkuat semangat resistensi dengan cara meraih simpati bangsa-bangsa di kawasan. Sekarang spirit ini muncul dalam bentuk kelompok-kelompok perlawanan untuk menentang hegemoni Amerika dan rezim Zionis di kawasan.

Republik Islam Iran, berdasarkan prinsip-prinsip strategisnya selalu mengejar perdamaian dan keamanan internasional di semua dimensinya. Iran memasuki perimbangan regional dan internasional sebagai sebuah pemain aktif dan dalam konteks politik independen. Sistem Republik Islam yang memperjuangkan perdamaian telah mendorong Iran untuk terlibat aktif dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan global.

Iran memainkan peran yang bertanggung jawab di forum-forum internasional dengan tujuan membantu memecahkan berbagai krisis regional, termasuk Yaman, dan membantu mengakhiri tragedi Muslim Rohingya di Myanmar. Kontribusi ini bertujuan untuk mewujudkan dunia yang aman, sebuah dunia yang tidak ada perang dan penggunaan senjata pemusnah massal di dalamnya.

Republik Islam Iran percaya bahwa dunia dengan konvergensi konstruktif, dapat melawan ancaman-ancaman kolektif termasuk terorisme. Anggota Parlemen Iran dari kota Shahroud, Doktor Kazem Jalali menuturkan, “Hari ini Dunia Islam menghadapi sebuah masalah yang disebut terorisme, dan Uni Antar-Parlemen sejauh ini mampu mengambil sikap tegas terhadap Daesh dan kelompok-kelompok teroris anti-Islam di kawasan sehingga deklarasi dan sikap mereka memiliki pengaruh yang lebih besar.”

Situasi regional khususnya dalam satu dekade terakhir, menunjukkan bahwa perdamaian yang adil dan menyeluruh di kawasan mustahil terwujud tanpa mengakhiri pendudukan dan arogansi. Iran selalu menekankan hal ini selama bertahun-tahun dan sekarang Republik Islam percaya bahwa solusi untuk memecahkan persoalan regional termasuk isu Palestina, adalah pemulihan hak bangsa-bangsa.

Perdamaian di Timur Tengah hanya akan terwujud melalui proses penentuan nasib sendiri, kepulangan semua pengungsi ke tanah leluhur mereka, dan pembentukan negara merdeka Palestina dengan ibukota al-Quds al-Sharif. Ini harus diwujudkan lewat sebuah referendum yang diikuti oleh semua suku dan penduduk asli tanah Palestina baik Muslim, Kristen, dan Yahudi.

Peringatan Hari Quds Sedunia di Iran. (dok)

Tetapi, Zionis sedang meyakinkan komunitas dunia bahwa orang-orang Palestina adalah pengungsi yang harus bertahan hidup tanpa memiliki tanah. Sejalan dengan ini, Israel dan Barat mengubah istilah resistensi menjadi terorisme dan melakukan upaya panjang untuk memaksakan kesepakatan kompromis.

Ayatullah Khamenei menilai isu Palestina sebagai masalah utama Dunia Islam. Dalam pertemuan dengan para peserta Konferensi Uni Parlemen Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam ke-13 (PUIC) di Tehran pada 16 Januari 2018, Rahbar mengatakan, “Jangan pernah berpikir bahwa melawan rezim Zionis adalah pekerjaan sia-sia, namun dengan izin dan pertolongan Allah Swt, perjuangan melawan rezim Zionis akan membuahkan hasil seperti halnya gerakan muqawama (perlawanan) yang telah lebih maju dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.”

Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei menyinggung tiga peristiwa bersejarah tentang Palestina yaitu: "pendudukan bumi Palestina," "pengusiran massal jutaan warga Palestina" dan "pembantaian massal dan kejahatan besar kemanusiaan" terhadap mereka, dimana kejahatan dan penindasan ini tidak ada padanannya dalam sejarah.

Ketiga peristiwa ini di samping sebagai sebuah bukti atas kezaliman terbesar dalam sejarah, juga pengingat akan tanggung jawab Dunia Islam yang terlupakan tentang isu Palestina dan masalah pendudukan.

“Kita tidak boleh membiarkan imperium propaganda Barat yang berbahaya –dimana pada umumnya dikelola oleh Zionis – membuat isu-isu penting Dunia Islam menjadi terabaikan, dan dengan konspirasi yang senyap, mereka menghapus persoalan-persoalan penting umat Islam,” ujar Rahbar.

Republik Islam Iran telah menunjukkan kepada dunia bahwa tanggung jawab besar ini tidak bisa diabaikan dalam kondisi apapun, dan sistem Republik Islam pada usianya yang ke-40 tahun tetap konsisten membela hak-hak bangsa Palestina. (RM)