Terorisme AS, Bioterorisme Negara AS dan Virus Ebola (2)
https://parstoday.ir/id/radio/other-i79533-terorisme_as_bioterorisme_negara_as_dan_virus_ebola_(2)
Banyak pendapat muncul sejak menyebarnya wabah virus Ebola di negara-negara Afrika khususnya Guinea, Republik Sierra Leone, dan Republik Liberia. Sebagian pakar menganggap Eroba hanya sebuah virus yang muncul karena kondisi iklim di Afrika.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Mar 14, 2020 16:16 Asia/Jakarta
  • Terorisme AS, Bioterorisme Negara AS dan Virus Ebola (2)

Banyak pendapat muncul sejak menyebarnya wabah virus Ebola di negara-negara Afrika khususnya Guinea, Republik Sierra Leone, dan Republik Liberia. Sebagian pakar menganggap Eroba hanya sebuah virus yang muncul karena kondisi iklim di Afrika.

Namun, sebagian yang lain percaya bahwa virus Ebola tersebar di Afrika karena rekayasa genetik oleh Amerika Serikat dan negara itu mengejar berbagai kepentingan melalui cara ini.

Sebagian hasil riset dan laporan tentang Ebola memperlihatkan sebuah fenomena yang wajar dan membantah campur tangan manusia dalam penyebaran virus ini. Menurut mereka, penyakit misterius ini muncul pada 26 Desember 2013 di sebuah desa kecil di Guinea, tapi diidentifikasi sebagai Ebola pada 21 Maret 2014.

Beberapa riset menyebutkan bahwa kasus pertama epidemi Eboba di Afrika Barat ditemukan pada bayi laki-laki berusia 18 bulan di desa Meliandou. Desa kecil ini terletak di wilayah hutan Gueckedou.

Sebagian bukti menunjukkan bahwa akibat pembalakan hampir 80 persen hutan di wilayah tersebut, binatang buas yang terkontaminasi dan jenis tertentu dari kelelawar ditemukan di daerah itu. Disimpulkan bahwa sumber alamiah virus Ebola berasal dari hewan. Korban pertama wabah Ebola diketahui bermain di dekat sebuah pohon yang menjadi sarang kelelawar sebelum menunjukkan gejala-gejala sakit.

Hingga pekan kedua Januari 2014, beberapa orang dari anggota keluarga anak tersebut termasuk beberapa ibu, dukun setempat, dan petugas medis rumah sakit Gueckedou juga tertular Ebola. Penyebaran wabah ini dan jumlah korban meninggal terus bertambah di pekan-pekan berikutnya.

Pada 22 Maret 2014, Institut Pasteur Prancis mengkonfirmasikan keberadaan virus Ebola di Guinea dan pada 23 Maret 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengumumkan penyebaran virus Ebola di situsnya.

Sebaliknya, sebagian pakar berdasarkan bukti-bukti dan dokumen menegaskan bahwa virus Ebola tersebar di Afrika karena rekayasa genetik yang dilakukan AS. Negara ini mengejar berbagai tujuan di balik penyebaran virus Ebola.

Surat kabar The Daily Observer, koran terbesar Liberia di Afrika Barat, menerbitkan sebuah artikel ilmiah pada 2014 yang menunjukkan bahwa AS adalah pencipta dan penyebar virus Ebola. AS melalui serangkaian operasi rahasianya di Afrika dan dengan sandi, “Nota Kesepahaman 200” telah menciptakan dan menyebarkan virus Ebola.

Profesor Cyril Broderick, pakar penyakit menular dan mikroba di Liberia dalam artikelnya di The Daily Observer, mengungkapkan bahwa virus mematikan Ebola adalah salah satu dari organisme genetik yang sudah dimodifikasi (GMO), yang dibuat oleh sebuah perusahaan industri-militer di AS.

Profesor Broderick kemudian bertanya, “Apakah penyebaran penyakit dan virus seperti Eroba dan HIV terjadi secara kebetulan atau sebuah aksi terencana?”

“Produsen eksklusif senjata-senjata biologi di Amerika secara spesifik bertugas mengontrol serta menguji coba virus-virus dan vaksin terkait di benua Afrika. Mereka telah membangun banyak pusat riset di Afrika khususnya di Afrika Barat sehingga terlihat sedang memberantas penyakit baru termasuk Ebola dan pembuatan vaksin atau memberikan pengobatan. Semua kegiatan ini dilakukan di bawah pengawasan pemerintah AS dan lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan mereka” jelasnya.

Profesor Broderick menekankan bahwa seluruh uji coba rahasia yang terjadi di negara-negara Afrika dilakukan oleh perusahaan industri-militer AS. Dia mengatakan Ebola adalah organisme yang dimodifikasi secara genetik dan diuji oleh Amerika di Afrika dengan kedok distribusi vaksin.

Sementara itu, Leonard G. Horowitz menuturkan Ebola adalah virus yang dibuat oleh ilmuwan Amerika di laboratorium. Horowitz adalah pakar kesehatan masyarakat yang dikenal secara internasional dengan kredensial Harvard dan ia telah menerbitkan sebuah buku berjudul Emerging Viruses: AIDS And Ebola: Nature, Accident or Intentional?.

Horowitz menjelaskan dalam bukunya bahwa virus AIDS dan Ebola tidak berasal dari monyet, tetapi virus ini dibuat secara biologis di laboratorium Amerika. Dia telah menjelaskan dalam bukunya bahwa virus seperti AIDS, Ebola, Small Pox, dan virus mematikan lainnya diciptakan oleh para ilmuwan.

Horowitz melakukan penelitian besar tentang asal-usul AIDS dan Ebola. Dalam bukunya Emerging Viruses, ia menyelidiki asal-usul AIDS, Ebola dan cacar. Dia juga memeriksa kegiatan CIA dan inisiatif kebijakan luar negeri AS di Afrika Tengah dalam menanggapi dugaan ancaman yang ditimbulkan oleh komunisme, Nasionalisme Hitam, dan populasi Dunia Ketiga.

Cyril Broderick mengatakan Barat khususnya Amerika, bertanggung jawab atas wabah Ebola di Afrika Barat. Menurutnya, Departemen Pertahanan AS mendanai uji coba Ebola pada manusia, uji coba yang dimulai hanya beberapa minggu sebelum wabah Ebola tersebar di Guinea dan Sierra Leone.

Broderick mengungkapkan bahwa pemerintah AS memiliki laboratorium penelitian yang berlokasi di sebuah kota bernama Kenema di Sierra Leone, yang mempelajari apa yang disebutnya “viral fever bioterrorism.”

Profesor Broderick meminta para pemimpin Afrika untuk bangkit melawan perang biologis dan tidak membiarkan rakyat Afrika menjadi tikus percobaan untuk mencapai tujuan kotor Amerika dan sekutunya. Dia menganggap perlunya mengambil tindakan hukum terhadap AS, Kanada, Prancis, dan Inggris untuk memperoleh kompensasi atas kerusakan yang terjadi karena ketidakadilan dalam kematian, cedera, dan trauma yang dipaksakan atas warga Liberia dan Afrika lainnya oleh virus Ebola dan virus lainnya.

Upaya pemberantasan Ebola di Afrika.

Sementara itu, Dr. Michelle Maden, spesialis penyakit infeksi dan bakteri Afrika Selatan menyakini bahwa Amerika memanfaatkan virus Ebola sebagai senjata biologis yang paling ideal, karena virus ini cepat menyebar dan mayoritas penderitanya meninggal. Siapa saja yang memiliki vaksin virus Ebola, maka mampu memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.

John La Prise, seorang dokter di Badan Perlawanan Ebola di Sierra Leone juga menyinggung langkah-langkah perusahaan ZEMP Amerika dalam mengembangkan contoh vaksin Ebola.

“Media-media Amerika dengan propaganda besar-besaran, awalnya menciptakan kepanikan serius tentang virus Ebola dan kemudian menawarkan obatnya. Contoh lain dari konspirasi media-media Amerika ini dapat disaksikan dalam kasus penyebaran wabah flu burung. Ini adalah gaya Amerika yang tidak manusiawi dan tidak bermoral, di mana komunitas internasional memilih bungkam terhadapnya,” ujarnya.

Dalam hal ini, sebuah media Rusia pada 2014 menyebut virus Ebola sebagai senjata biologis masa depan Washington dan menulis bahwa AS telah membuat vaksinnya 30 tahun yang lalu.

Para pejabat Korea Utara secara terbuka menyatakan AS adalah dalang dari wabah Ebola yang mematikan. Kantor berita Korea Utara, KCNA dalam sebuah laporan pada 2014 menyatakan AS telah menciptakan sampel awal virus Ebola yang bertujuan mengobarkan perang mikroba di negara-negara Afrika Barat.

Dr. Francis A. Boyle dalam sebuah wawancara dengan situs Aggeliki Dimopoulou, menuturkan bahwa laboratorium perang biologis Amerika di Afrika Barat adalah asal-usul epidemi Ebola.

“Apa yang kita hadapi di sini adalah perang biologis yang dilakukan di laboratorium bio-perang yang didirikan oleh AS di pantai barat Afrika. Laboratorium-laboratorium ini berada di jantung epidemi Ebola di pantai barat Afrika. Jadi, saya pikir laboratorium ini, satu atau lebih dari itu, adalah asal mula epidemi Ebola. Mereka melakukan hal yang sama di Nikaragua dan Kuba,” ungkapnya.

Dr. Leonard G. Horowitz dalam bukunya mengatakan bahwa para peneliti National Cancer Institute AS (NCI) selama tahun 1960-an, mencampurkan gen virus dari hewan yang berbeda untuk menghasilkan leukemia, sarkoma, penyusutan tubuh, dan kematian.

“Setelah mempelajari lebih dari 2.500 dokumen pemerintah dan laporan ilmiah, saya menyimpulkan bahwa virus seperti AIDS dan Ebola bisa dipastikan tidak alami. Saya memberikan kebebasan kepada para pembaca dan warga Amerika yang peduli dan dunia untuk memutuskan, apakah ini adalah sebuah kecelakaan mengerikan atau uji coba pengendalian populasi yang penuh rahasia dan berbahaya!” tulis Horowitz dalam bukunya Emerging Viruses. (RM)