Laporan Konferensi Persatuan Islam di Tehran
Konferensi Internasional Persatuan Islam dilaksanakan di Tehran, Iran setiap tahun antara tanggal 12 hingga 17 Rabi’ul Awal dengan kehadiran para tokoh terkemuka, cendekiawan, dan ulama dunia Islam.
Pertemuan ini bertujuan untuk menciptakan persatuan dan solidaritas di antara umat Islam, kesepahaman ulama dan ilmuwan demi mendekatkan pandangan ilmiah dan budaya mereka, serta untuk mengkaji dan menyajikan solusi praktis demi mencapai persatuan Islam dan pembentukan umat yang satu di dunia Islam.
Namun, Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-34 diselenggarakan secara virtual karena situasi khusus yang disebabkan oleh wabah virus Covid-19, yang telah menyebar ke seluruh dunia. Konferensi tahun ini dimulai dari 29 Oktober hingga 2 November 2020 dan mengusung tema, “Kerja Sama Islami dalam Menghadapi Musibah dan Bencana.”
Acara ini dibuka oleh Sekjen Forum Pendekatan Antar Mazhab Islam, Hujjatul Islam Hamid Shahriari selaku ketua panitia konferensi. Sekitar 350 pemikir dari hauzah dan universitas dari Iran dan 47 negara dunia berpartisipasi dalam bentuk sembilan webinar regional (Amerika Utara, Asia Tengah dan Kaukasus, Amerika Selatan, Eropa, Afrika Selatan, Anak Benua India, Asia Timur dan Tenggara, Afrika Utara, dan Asia Barat) serta 10 webinar khusus Republik Islam Iran.
Para pemikir dunia Islam berbicara tentang tema konferensi dan isu-isu yang dihadapi dunia Islam. Seorang Marja’ Besar Syiah di kota Qum, Ayatullah Nasir Makarim Shirazi dalam pesan video untuk upacara pembukaan konferensi, menyebut penyelenggaraan pertemuan ini sebagai salah satu kebanggaan dan inisiatif yang sangat penting.
“Konferensi Internasional Persatuan Islam adalah sebuah gerakan penting untuk menghadapi orang-orang yang anti-persatuan dan menyampaikan pesan-pesan pemersatu kepada dunia Islam,” kata Ayatullah Makarim.
Ia menilai setiap upaya untuk persatuan Islam sebagai ibadah yang sangat penting dan berharga. “Memperjuangkan persatuan sejalan dengan ajaran Islam dan al-Quran. Kami berharap mereka yang berada dalam kelalaian akan bangun dan mengubah jalannya, dan semua bergerak seirama dengan persatuan Islam,” tambahnya.
Islam sangat menekankan masalah solidaritas bagi pengikutnya. Di satu sisi, al-Quran menyerukan orang-orang yang beriman untuk berpegang teguh pada jalan petunjuk dan keselamatan, yaitu tali Allah Swt yang kuat. “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah…” Di sisi lain, Dia melarang umat Islam untuk memutuskan tali silaturahim dan kasih sayang. “Dan janganlah kamu bercerai berai…”
Pesan dari firman Allah ini adalah bahwa tegaknya agama tidak mungkin tercapai dengan adanya perpecahan dan cerai-berai. Persatuan dan konvergensi inilah yang akan mengantarkan umat Islam ke tempat tujuan.
Pandemi virus Corona di dunia – meskipun pahit dan membuat ribuan orang berduka – telah memperkuat keyakinan spiritual dan agama orang-orang di seluruh dunia, dan ini pada gilirannya akan mengarah pada penguatan solidaritas dan persatuan umat Islam serta umat manusia yang mencari Tuhan dan penganut monoteisme.
Saat ini kaum Muslim di berbagai belahan dunia telah meningkatkan kerja sama, solidaritas, dan saling membantu dalam menghadapi wabah virus ini. Kaum Muslim bertindak atas dasar riwayat yang menyebutkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Forum Pendekatan Antar Mazhab Islam menaruh perhatian pada pandemi Covid-19 dan meyakini bahwa fenomena apapun yang berdampak global, akan membutuhkan lebih banyak kerja sama dan partisipasi dari pemerintah dan bangsa-bangsa Muslim untuk menghadapinya. Dengan sendirinya ini akan menjadi faktor terpenting bagi persatuan dan konvergensi di dunia.
Kasih sayang, kerja sama, dan amal kebajikan adalah berkah dari persatuan Islam. Ketua Komunitas Ulama Irak, Sheikh Khalid al-Mulla dalam konferensi tersebut mengatakan, “Kita telah belajar bahwa kita dapat dengan mudah menghadapi bahaya apapun yang dihadapi umat Islam. Berapa banyak bahaya yang telah kita hadapi, musuh-musuh umat dan agama kita telah menciptakan perpecahan dan fitnah di antara aliran pemikiran Islam.”
“Oleh sebab itu, ketika kita menyaksikan kebaikan, kasih sayang, kerja sama, dan keramahan umat Islam dalam krisis seperti wabah virus Corona, ini semua memberi kita semacam ketenangan pikiran. Beginilah seorang Muslim sejati,” ungkapnya.
Sekjen Asosiasi Muslim Cina, Jong Ping Ma juga mengatakan bahwa antusias dan kesadaran kaum Muslim untuk berbuat baik kepada masyarakat dalam menghadapi wabah Corona patut dipuji. “Aksi ini merupakan manifestasi dari keluhuran kehidupan insani dan keutamaan kemanusiaan dalam menghadapi pandemi ini. Perlu kita ketahui bahwa kita hanya hidup sekali dan jika kita menyia-nyiakannya, kita tidak akan memiliki kesempatan untuk hidup kembali,” ujarnya.
Penyebaran virus Corona di berbagai negara dunia dianggap sebagai ancaman serius bagi kehidupan manusia, tetapi juga telah menciptakan banyak peluang seperti, ketertarikan pada agama, spiritualitas dan ibadah, kerja sama internasional, dan menghadirkan gaya hidup baru.
Semua orang menjadi tahu tentang urgensitas mengatasi kemiskinan dan ketimpangan di seluruh dunia, terutama di bidang kesehatan khususnya di negara-negara dengan pondasi ekonomi yang lemah. Ini semua membutuhkan perhatian serius dari lembaga-lembaga internasional, aktivis sektor publik, terutama para tokoh dan cendekiawan agama-agama besar dunia.
Ulama Besar Sunni Provinsi Golestan Iran, Akhund Isamuddin Guklan menuturkan, “Dalam situasi seperti ini, umat Islam perlu bahu-membahu. Kami meminta semua ilmuwan di negeri Islam, menteri, politisi, diplomat, dan secara khusus para dermawan untuk mewujudkan sebuah persatuan global di tengah masyarakat Muslim dan memberikan perhatian kepada para dokter Muslim terutama selama periode ini.”
“Sebagai umat Islam, kita pernah menjadi teladan di bidang medis dan pengobatan, dan negara-negara non-Muslim mendatangi kita dan belajar kedokteran dari para dokter Muslim. Oleh karena itu, secara khusus kita perlu membentuk sebuah persatuan global untuk para dokter umat Islam. Para dermawan dan lembaga-lembaga pemerintah perlu memperhatikan masalah ini dan mendukung para dokter ini, serta memberikan dana yang diperlukan untuk membentuk persatuan ini,” imbuhnya.
Sejauh ini, para pakar telah memberikan berbagai analisa tentang kondisi dunia pasca-Corona, dan semua sepakat bahwa pandemi ini telah mempengaruhi semua hubungan politik, sosial, budaya, dan ekonomi di berbagai negara di dunia. Namun dengan mengamalkan ajaran Islam yang kaya, dunia Islam bisa meminimalisir dampak negatif dan memperoleh manfaat berupa konvergensi, sinergi, dan pertumbuhan di tengah masyarakat Muslim.
Ketua Mahkamah Agung Iran, Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi.
Direktur Pusat Islam Tauhid di Oslo, Hujjatul Islam Sayid Shamshad Razavi mengatakan, “Jika umat Islam bersatu, mereka bisa mengatasi semua musibah. Ketika manusia menjalin persatuan, musibah dan penderitaan akan diangkat dari mereka. Harus dikatakan bahwa ini adalah berkah dari pengutusan Rasulullah Saw dan ini bermakna rahmat Ilahi.”
“Jika manusia berpikir mengapa Tuhan Yang Maha Esa menguji manusia, ini karena Dia bermaksud untuk mendidik manusia dan mereka harus tahu bahwa ujian Tuhan ini bersifat universal,” tegasnya.
Upacara penutupan Konferensi Persatuan Islam di Tehran dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung Iran, Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi dan sekjen Forum Pendekatan Antar Mazhab Islam serta delapan tokoh besar lain dari dunia Islam.
Dalam pidatonya, Ayatullah Raisi menyebut perpecahan di kalangan umat Islam sebagai strategi sistem hegemonik, sementara persatuan, solidaritas, empati, dan kebersamaan sebagai strategi sistem Islam. Menurutnya, siapa pun yang secara sadar atau tidak sadar dan sengaja atau tidak sengaja bertindak bertentangan dengan persatuan dan menyulut perpecahan, maka ia berada dalam perangkap musuh. Dan siapa pun yang berusaha untuk mempersatukan umat Islam, ia telah bergerak di jalan yang benar.
Ayatullah Raisi menekankan pentingnya persatuan dengan mengatakan, “Persyaratan persatuan adalah bahwa kita semua harus berjuang untuk bergerak secara koheren melawan musuh dan menggunakan semua kapasitas dunia Islam untuk menghadapi musuh dunia Islam.”
Peserta konferensi kemudian meresmikan situs pusat informasi, Wiki Vahdat dan meluncurkan Radio Vahdat sebagai inisiatif baru dari konferensi tahunan ini. Agenda lain konferensi adalah melaksanakan seminar yang melibatkan para pakar Iran dan luar negeri untuk membahas tema-tema seperti peran media, kerja sama antar-universitas, kerja sama negara-negara Muslim dalam mewujudkan pemerintahan yang luhur, dan kerja sama negara-negara Muslim dalam manajemen krisis internasional.
Para peserta juga meluncurkan buku yang disusun oleh Forum Pendekatan Antar Mazhab Islam tentang fatwa para ulama terkait masalah Palestina. (RM)