Pengguna X dari Iran: Zionisme Tidak Mengenal Syiah atau Sunni
-
Presiden Iran Masoud Pezeshkian
Pars Today - Pengguna media sosial X di Iran, saat merayakan Pekan Persatuan, menilai persatuan umat Islam sebagai salah satu ajaran terpenting Nabi Muhammad Saw.
Ahli Sunnah menganggap tanggal 12 Rabiul Awal, sementara umat Syiah menganggap tanggal 17 Rabiul Awal sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Imam Khomeini ra, pendiri Republik Islam Iran, yang juga merupakan pembawa pesan persatuan di dunia Islam, memanfaatkan momen ini untuk mempersatukan dan mendekatkan kelompok-kelompok Islam, dan menamakan periode antara kedua tanggal tersebut "Pekan Persatuan".
Pada kesempatan ini, Konferensi Internasional ke-39 tentang Persatuan Islam diselenggarakan di Tehran minggu ini, yang dihadiri oleh Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan sekelompok ulama dari dunia Islam.
Menurut laporan Pars Today, pengguna media sosial X di Iran, saat merayakan Pekan Persatuan, menganggap persatuan umat Islam sebagai salah satu ajaran terpenting Nabi Muhammad Saw.
Terkait hal ini, seorang pengguna bernama Mahdis menulis di X, "Nabi Muhammad Saw menyatukan umat yang berbeda dengan ajarannya dan menciptakan bangsa yang bersatu. Beliau mengajarkan kesetaraan, keadilan, dan empati, serta menunjukkan cara membangun masyarakat yang bersatu dengan akhlak yang baik."
Rasaaf, pengguna X lainnya mengatakan, "Zionisme Internasional bermaksud menghancurkan Islam, dan karenanya tidak ada perbedaan antara Syiah dan Sunni. Zionisme dengan mudah membunuh kaum Sunni di Suriah, Gaza, Yaman, Irak, dan ..., serta kaum Syiah. Akal sehat dan kesalehan mendikte umat Islam di seluruh dunia untuk menentang fenomena yang tidak menyenangkan ini."
Ismaili percaya, "Persatuan umat Islam adalah aset yang tak tergantikan yang terbukti dalam mendukung kaum tertindas, terutama rakyat Gaza."
Hosseini, aktivis X Iran lainnya menulis, "Pekan Persatuan adalah pengingat akan tanggung jawab historis. Bangsa Islam harus memilih solidaritas, bukan perpecahan."
Seorang pengguna bernama Nima menekankan, "Iran berada di garda terdepan dalam mendukung Palestina dan perlawanannya. Persatuan ini merupakan tanda persatuan Islam dalam menghadapi tantangan."
Yousef Shams Al-Dini menganggap Quds sebagai jantung umat Islam dan mengatakan, "Jika umat Islam mengesampingkan perbedaan yang dibuat-buat, hal itu dapat mengubah persamaan global demi kebebasan Palestina."
Mary juga menekankan kepada komunitas Muslim global, "Setiap peluru yang ditembakkan di Gaza adalah gema perpecahan kita. Jika umat Islam bersatu, akankah seorang anak Palestina gugur di bawah reruntuhan? Persatuan bukan sekadar slogan melainkan sebuah tanggung jawab. Hari ini, Palestina meminta kita untuk bersatu."
Terakhir, Zahra Jalali menyebut persatuan sebagai faktor penting dalam meningkatkan kekuatan politik dan budaya dunia Islam dan menulis, "Persatuan umat Islam akan menjadi pencegah serius terhadap musuh bersama. Contoh-contoh kerja sama Islam yang berhasil, seperti dukungan untuk perjuangan Palestina atau kegiatan ilmiah dan budaya bersama, menunjukkan peran efektif persatuan dalam memperkuat identitas Islam."(sl)